V

615 80 353
                                    

Happy reading ◉⁠‿⁠◉

Dear dunia...

Kau tahu? Di dunia ini, orang miskin akan mempertaruhkan nyawanya untuk hidup.

Fania berjalan bersama Zega di koridor sekolah, mereka berdua memasuki ruangan yang di mana sudah banyak yang menunggu mereka.

Fania dan Zega duduk bersama di kursi mereka masing-masing, banyak tatapan sinis yang Fania dapatkan saat duduk bersebelahan dengan Zega, sang ketua OSIS yang terkenal dengan ketampanannya itu.

"Oke, kita mulai sekarang ya!" Ucap seorang guru datang memasuki ruangan itu.

Selama 2 jam diskusi di lakukan antara anak-anak olimpiade di ruangan itu, semua sibuk mengeluarkan opini beserta argumen mereka. Iya, di ruangan ini di isi dengan orang-orang pintar dan ambisius, terlihat sekali dengan cara mereka membooking soal-soal. Kacamata yang khas, beserta catatan buku-buku yang bersebaran di atas meja. Kertas-kertas berisi rumus dan pembahasan soal itu mengisi penuh setiap sudut meja.

"Oke, kita bagi tim sekarang!" Guru yang biasa di panggil dengan sebutan pak Steven itu menatap semua anak-anak olimpiade.

"Tim matematika ada tiga orang, biologi juga tiga orang, kimia tiga orang, dan fisika ... Kita kurang satu orang lagi." Pak Steven memandang satu persatu siswanya. "Fania? Kamu bisa,'kan ngambil dua olimpiade sekaligus? Karna aku yakin, cuma kamu yang mampu ngambil dua mata pelajaran sekaligus." Ujarnya menatap Fania penuh harap.

Fania mengangguk "aku akan berusaha semaksimal mungkin pak," jawab Fania meyakinkan.

"Oke, kamu ngambil matematika dan fisika! Bapa berharap sama kamu Fania." Ucapnya

Fania hanya tersenyum membalas ucapan pak Steven.

"Keren kamu Fan," ucap Zega tersenyum menatap Fania "btw ... Kita satu tim di matematika, 'kan?" Tanyanya.

"Iyah ka," jawab Fania ramah.

💚

Fania berjalan menuju loker sekolahnya, dia ingin menyimpan buku-bukunya. Saat sudah sampai, Fania membuka loker itu dan matanya tertuju pada sebuah paper bag. Ia memeriksa paper bag itu, terdapat seragam yang baru di dalamnya.

Fania menatap sekitarnya, tak ada satupun orang. Lalu siapa yang memberikan paper bag ini? Fania menggaruk tengkuk kepalanya. Fania berniat memasukkan seragam itu ke dalam tasnya dan membawanya pulang.

Ia berpikir ini mungkin dari lelaki yang menolongnya tadi, tapi ... Untuk apa lelaki itu memberinya seragam? Karna seragam Fania basah tadi? Tapi, seragam Fania sekarang sudah kering.

Sudahlah, ia harus mencari lelaki itu terlebih dahulu. Ia berjalan menuju lapangan sekolah, ia berdiri memperhatikan semua siswa siswi yang berlalu lalang untuk pulang.

"Hey, lo ngapain di sini?" Tanya Lydia menghampiri Fania.

"Lo mau caper? Tepe-tepe?" Tanya Yura dengan senyum iblisnya.

"Dia mau open Bo kali ya?" Ucap Cindy menertawakan Fania.

Lydia mendekat, ia mengikis jarak antara mereka berdua. Sedangkan Fania semakin merunduk, ia meremas sisi roknya.

Lydia menginjak kaki Fania "Lo mau bersaing sama gue? Lo nyadar Fania, lo cuma gadis miskin," ucapnya, Fania meringis kesakitan saat kakinya di injak kuat oleh Lydia.

"Lo nggak bakal bisa bersaing sama gue tolol, sana gih! Temenan sama gembel sana, di kolong jembatan!" Ucapnya tersenyum miring, ia semakin kuat menginjak kaki Fania. "Yuk guys, cabut!" Ucapnya, kemudian berlalu sembari mendorong Fania hingga terjatuh.

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang