XXVIII

289 26 0
                                    

Happy reading🤗



Dear dunia

Berada di fase mengasihani diri adalah part paling menyedikan dalam kehidupan.


"Kita ngapain kesini?" Fania bertanya dengan raut wajah kebingungan. Ia menatap Haikal yang baru saja mendaratkan bokongnya di atas kursi taman.

Kali Haikal membawa Fania ke tempat favoritnya, iyah, tempat dimana Haikal bisa merasakan ketenangan setelah datang ke tempat ini.

Haikal tersenyum, "memandang ciptaan Tuhan paling indah," balasnya menatap langit senja di hadapannya.

Fania manggut-manggut turut duduk di sisi Haikal, "senja emang ciptaan Tuhan paling indah," ujarnya memandang matahari yang hendak terbenam itu.

Hal itu membuat pandangan Haikal beralih menatap gadis di sampingnya itu, "yang ini juga ciptaan Tuhan paling indah," ujarnya, Fania yang mendengarkan hal itu beralih menatap ke arah orang yang mengeluarkan sumber suara.

Fania terseyum, "makasih ..."

"Harusnya aku yang bilang makasih," Haikal berujar sembari menyugarkan rambutnya, "harusnya aku yang berterimakasih pada Tuhan karna sudah menciptakan mu di dunia," lanjut pria itu setelah menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Ini bukan Haikal yang ku kenal," Fania termangu mendengar penuturan Haikal. "Sejak kapan kamu berubah jadi kayak gini?" Tanyanya menatap Haikal dengan mata yang memicing

"Sejak jatuh cinta sama kamu?"

Fania hanya membalasnya dengan tertawa.

"Aku suka kamu ketawa kayak gini," celetuk Haikal membuat Fania berhenti tertawa.

"Kenapa?" Tanya Fania dengan sebelah alis terangkat.

"Cantik" hanya satu kata itu yang keluar dari bibir Haikal, namun kata itu mampu membuat Fania terdiam.

"Kamu belajar gombal dari siapa?" Gadis itu menatap serius  laki-laki di hadapannya.

"Itu bukan gombal, itu Fakta, dan Fakta adalah realita," santai Haikal balik memandang senja yang hendak tenggelam bergatikan malam.

"Kamu tau fan? Jatuh cinta sama kamu adalah ketidaksengajaan yang jauh lebih indah dari seribu hal yang pernah aku rencanakan," laki-laki itu menghembuskan nafas panjang, "Kamu adalah orang pertama yang berhasil membuat ku mempunyai rasa cinta sedalam ini"

Fania diam, ia terpaku mendengarkan semua kata-kata yang keluar dari mulut Haikal. Matanya menatap sendu laki-laki yang selalu ada untuknya, laki-laki yang selalu membantunya, menghiburnya bahkan mencintai dengan tulus, dalam persekian detik air mata gadis itu jatuh membasahi wajahnya yang mulus.

"Makasih," ucapnya sedikit bergetar

Haikal turut memandang gadis itu, ia cukup terkejut mendapat wajah Fania berlinang air mata. "Kenapa?" Tanya laki-laki itu lembut.

Fania menatap senja namun tatapannya begitu hampa dan kosong, "Aku pikir aku adalah perempuan yang tidak akan pernah di cintai setulus ini, aku kira dunia akan selalu kejam dan jahat pada ku, aku kira semua orang akan senang saat melihat ku menderita, aku pikir takdir nggak akan memberiku kesempatan untuk bahagia," suara perempuan itu memelan. Ia meremas ujung kemejanya merunduk menyembunyikan matanya yang memerah akibat menangis.

"Hey ... sekarang ada aku!" Haikal berujar sembari menghapus jejak air mata di pipi Fania.

Haikal tau seberat apa Fania menghadapi dunia yang selalu menitipkan beban yang begitu berat pada pundak gadis ini, ia tau seberapa besar Fania untuk terus mencoba bertahan, ia bahkan tau bahwa gadis ini selalu menampilkan senyum palsu agar semua terlihat baik-baik saja.

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang