XXV

345 31 2
                                    

                       Dear dunia

Katanya kita harus bahagia, karna hanya dengan begitu kita bisa terus menjalani hidup.

Happy reading 🤗

Langit semakin gelap, matahari telah kembali ke peraduannya, menyisakan rembulan yang bersinar ditemani bintang-bintang yang mulai bermunculan.

Di bawah lampu jalan yang sedikit remang terdapat seorang laki-laki yang berdiri sejak beberapa jam yang lalu. Laki-laki itu selalu mengarahkan pandangannya pada sebuah kafe kecil di sebrang jalan.

Laki-laki berhoodi hitam itu sibuk memperhatikan sosok seorang gadis yang sedang mondar-mandir di dalam cafe minimalis tersebut. Laki-laki itu tersenyum tipis, ia mengambil ponsel dari dalam kantong celananya, kemudian mengambil gambar perempuan tersebut.

Ckrekk!

Laki-laki itu menatap layar ponselnya yang berisi gambar hasil jepretannya tadi, ia mengangkat sudut bibirnya tersenyum tipis.

“Cantik.” Satu kata itu terucap pelan dari bibirnya.

Setelah kembali menyimpan ponselnya, laki-laki itu kembali memperhatikan gadis yang menjadi pusat perhatiannya sedari tadi.

“Maaf ...,” ucapnya pelan saat melihat wajah lelah gadis itu.

Drrt...! Drrrt...! Drrt...!

Laki-laki itu mengambil kembali ponselnya.

“Hmm?”

“Eh, Haikal lo gila yah? Ngapain lo pesan minuman sama makanan sebanyak ini? Lo kan punya restoran, gimanasih ...”

Haikal memutar bola matanya malas, dari suaranya saja Haikal sudah tau siapa sosok yang sedang berdumel di sebrang sana, siapa lagi kalau bukan Daniel, hanya laki-laki itu yang cukup deket dengan Haikal.

“Berisik!”

“Eh, nggak boleh gitu dong, mentang-mentang lo udah punya duit, nggak bisa sembarangan beli, lagian ... kurang kerjaan banget sih lo!”

“猴子吵闹!”

Tuth ...

Haikal memutuskan panggilan secara sepihak, Haikal ingin menjaga kupingnya tetap aman, soalnya mendengarkan Daniel mendumel bisa membuat gendang kuping ironman pecah.

Daniel mengerutkan keningnya, ia sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya.

“Sejak kapan Haikal bisa bahasa thionghoa?”

💚💚💚

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Fania keluar dari cafe tempat ia bekerja. Wajah gadis itu nampak lelah, terlihat sekali wajahnya nampak lusuh dan lemah.

Haikal yang sedaritadi menunggu gadis itu pun langsung mengikutinya dari sebrang jalan. Yah Haikal, laki-laki itu sangat merasa bersalah karna Fania jadi bekerja hingga larut malam.

Fania berjalan menyusuri jalanan yang mulai sepi, hanya tersisa beberapa pejalan kaki yang berjalan di tepi jalan. Fania terus melangkahkan kakinya, sesekali ia melirik jalan untuk mencari bus yang lewat.

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang