XV

432 65 279
                                    

Happy reading ◉⁠‿⁠◉

Dear dunia...

Apakah aku harus menyukai pelangi dulu, agar hujan tak lagi memenuhi hari-hari ku?



"panggilan kepada Fania agar menemui wali kesal XI IPA¹ di ruang guru." Suara itu terdengar nyaring melalui speaker sekolah yang aktif, Fania yang mendengarkan hal itupun langsung beranjak menuju ruang guru.

"Ka, Fania duluan yah!" Teriaknya sembari berlari kecil.

"Iyah, hati-hati!" Sahut Zega, ia memperhatikan Fania yng lari membelah kerumunan sekolah.

Jarak dari perpustakaan ke ruang guru lumayan jauh, harus melewati beberapa koridor yang di padati para siswa yang berlalu lalang.

"Fania kenapa di panggil yah?" Tanya Daniel sembari menaruh buku di atas meja.

"Mungkin ada hal penting," jawab Lia menghentikan aktivitasnya sebentar.

"Mungkin." Daniel manggut-manggut mengerti.

Setelah melewati beberapa koridor, akhirnya Fania sampai di depan sebuah ruangan yang cukup besar. Banyak para guru yang berlalu lalang di dalam ruangan itu. Ada guru yang sedang berbincang, berdiskusi, ada juga yang sedang menasehati beberapa siswa yang sering bolos atau masuk ruang BK.

Fania menarik napas panjang, ia berdoa semoga saja tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Dengan rapi, Fania membuka knop pintu, kemudian memasuki ruangan itu. Beberapa sorot mata menatapnya hingga saat ia berhenti di depan meja seorang guru yang di ketahui adalah wali kelasnya.

"Maaf Bu, ada apa ibu memanggil saya?" Tanya Fania sopan.

Wanita yang sudah menginjak usia dewasa itu tersenyum tipis, "duduk dulu!" Katanya

"Ibu cuma mau nanya, bagaimana dengan kemah kali ini? Kamu nggak ikut juga? Sedari dulu kamu nggak pernah iku Fania, kenapa?"

Fania merunduk, ia memainkan jari-jarinya, "maaf Bu, kali ini juga Fania nggak bisa ikut."

"Kenapa? Kamu nggak di bolehin sama orang tua kamu?"

"Fania nggak punya cukup uang untuk ikut Bu," ucap Fania dengan suara yang memelan.

Guru tersebut menghela nafas pelan, terlihat tatapannya yang begitu sendu. "yaudah, nggak papa. Kalau mau ikut tinggal kabari aja yah! Masih ada waktu beberapa hari lagi untuk daftar."

"Iyah Bu, makasih ya Bu. Saya pamit dulu Bu." Fania berjalan keluar dari ruangan itu.

                            💚💚💚

Setelah selesai bekerja di cafe, Fania memilih pulang dengan berjalan kaki. Kenapa tidak naik bus? Ya, Fania ingin mencoba mengumpulkan uang untuk biaya akomodasi camping nanti.

Siapa tau, dalam beberapa hari ini Fania bisa mengumpulkan uang untuk biaya akomodasi nanti. Ia tau, untuk ikut camping itu adalah hal yang sangat mustahil, biaya akomodasinya saja sangat mahal. Maklum, sekolah mahal.

Tapi, tidak ada salahnya berharap, bukan?

Fania menyusuri jalanan kota yang begitu ramai dan padat, langit senja yang sangat indah ikut menemani perjalanan Fania.

Saat asik berjalan, Fania tak sengaja melirik salah satu Boneka dari dinding kaca toko. Entah kenapa, ia sangat tertarik untuk melihat Boneka itu. Ia menatap lamat boneka itu dari luar toko, memperdekat langkahnya hingga menatap jelas detail dan bentuk boneka itu.

Sedari dulu Fania ingin sekali memiliki boneka kecil untuk menemaninya tidur, tapi apa boleh buat? Boro-boro untuk beli boneka, makan saja sudah cukup bagi Fania.

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang