XVII

393 60 219
                                    

Happy reading ◉⁠‿⁠◉

Dear Dunia

Aku tidak berharap apa-apa lagi hari ini, apa yang terjadi terjadilah.

Pagi ini, Haikal tengah berjalan di koridor sekolah. Ia melihat sekeliling sekolah yang begitu sepi, jelas, ini masih pukul 06.00. kenapa lelaki itu datang ke sekolah sepagi ini? Biasanya dia adalah orang paling terakhir memasuki sekolah. Entahlah, lelaki itu memang sangat aneh, tidak heran jika dia melakukan hal-hal yang di luar nalar.

Haikal berjalan menuju ruang guru, setibanya di depan ruangan tersebut, Haikal langsung memasuki ruangan itu. Kemudian ia berjalan menuju salah satu meja di barisan kedua, lalu meletakkan sebuah amplop coklat di atas meja tersebut.

Setelah meletakkan amplop tersebut, Haikal mengambil secarik kertas dan terlihat sedang menuliskan sesuatu di kertas itu. Setelah dirasa selesai, Haikal beranjak meninggalkan ruangan itu begitu saja.

Sosok laki-laki berhoodie hitam itu tengah berjalan di koridor, ia mengenakan tudung Hoodie nya sembari memperhatikan sekitar sekolah. Ia berjalan menaiki tangga menuju rooftop sekolah, setelah sampai di rooftop, haikal membuka tudung hoodienya dan menatap langit pagi yang indah dengan udara yang sejuk.

Haikal mengambil earphone dari dalam sakunya, kemudian membuka ponselnya untuk memutar lagu yang akan bersenandung di telinganya. Lift me up - by Rihana, adalah lagu yang Haikal pilih untuk menemani paginya.

Saat hendak menutup matanya untuk menikmati semilir angin yang berhembus, Haikal tak sengaja melihat sosok seorang gadis yang tengah berlari di lapangan sekolah. Haikal memicingkan matanya untuk memperjelas siapakah sosok gadis itu, Haikal menghembuskan nafasnya gusar.  "Dasar bego!" Umpatnya pelan.

Ya, Haikal barusaja melihat Fania, sosok gadis yang tengah berlari dari lapangan sekolah menuju ruangan kelasnya. Haikal yakin, gadis itu pasti akan piket sendirian lagi seperti biasanya. Entah kenapa Fania tidak mengadu kepada guru, bahwa selama ini hanya dialah yang membersihkan kelas setiap piket.

💚💚💚

"Oi? Anak olimpiade?!" Teriak Daniel sembari berlari kecil menghampiri Fania

Fania yang mendengar itupun langsung mengalihkan pandangannya kearah sumber suara, ia menunjukkan dirinya menggunakan telunjuknya, "aku?" Tanyanya saat mendapati Daniel berlari ke arahnya.

Daniel langsung memegang kedua lututnya saat sudah tiba di depan Fania. "Bentar, hirup oksigen dulu," ucapnya dengan nada ngos-ngosan.

"Anak olimpiade!?" Panggilannya kembali memandang wajah Fania yang tengah heran sekaligus kebingungan.

"Iyah, ka?" Balas Fania.

"Lo ikut camping kan?" Tanya Daniel, yang di jawab gelengan oleh Fania.

"Lah, terus kalau Lo nggak ikut, yang terdaftar di Mading siapa?" Heran Daniel, pasalnya ia baru saja menempelkan pengumuman di Mading sekolah, dan setau Daniel nama Fania tertulis di daftar yang akan ikut camping nanti.

"Enggak tau ka, solnya aku nggak ikut camping," jawab Fania jujur.

"Terus siapa? Setan gitu? Yang nama Fania di sekolah inikan cuma Lo doang," ucap Daniel ngotot

"Tapi bukan aku ka, mungkin ada siswa lain yang namanya Fania juga."

"Lo periksa sendiri deh di Mading kalau Lo nggak percaya! Besok jangan lupa bawa barang yang sudah di tentukan sama panitia, nanti gue kirim lewat wa." Peringat Daniel, "dari tadi di cariin nggak keliatan," dumel Daniel dengan mulut yang misuh-misuh.

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang