XII

478 60 186
                                    

Happy reading ◉⁠‿⁠◉

Dear dunia...

Ada yang ingin ku katakan padamu, bahwa aku tidak pernah merasakan kehangatan dunia.

Sore ini Fania terlihat sibuk, ia mondar mandir untuk melayani satu persatu pelanggan cafe tempat ia bekerja. Gadis itu  mengusap keringat di dahinya, hari ini pelanggan yang datang cukup ramai.

Fania melakukan pekerjaannya dengan baik,  ia menarik nafasnya dalam-dalam, lelah. Kata itu sangat pantas untuknya, ia baru pulang sekolah dan langsung bekerja, ia juga harus belajar lebih lagi untuk persiapan olimpiade sekolahnya.

Ia menatap satu persatu pelanggan yang mulai berpulangan. Kemudian ia duduk di salah satu kursi, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Kalau cape istirahat aja dulu!" Ujar pak Agus yang melihat Fania tengah kelelahan.

"Eh, pak." Fania dengan cepat kembali berdiri. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Canggung.

"Hahahah, Fania kamu nggak perlu segan! Kalian semua pekerja di sini, sudah bapak anggap sebagai anak sendiri." Pak Agus tertawa kecil sembari duduk di hadapan Fania, "duduk aja!" Titahnya pada Fania yang berdiri canggung.

"Udah gimana sekolah kamu?" Tanya pak Agus.

"Baik kok pak, cuman agak sedikit sibuk." Jawab Fania ramah

"Kalau kamu Vanes?" Tanya pak Agus mengalihkan pandangannya pada Vanes yang tengah mendata uang di meja kasir.

"Saya pak?" Tanya Vanes memastikan

Pak Agus mengangguk. Melihat itu, Vanes langsung menjawab pertanyaan pak Agus tadi.

"Kuliah aku baik pak, ya ... Sama seperti Fania, aku juga sedikit sibuk." Jawabnya dengan kekehan kecil.

"Hahaha, karyawan bapak pada pintar-pintar kayaknya," Ucap pak Agus sembari tertawa renyah.

Vanes dan Fania yang melihat itupun tersenyum, ya ... Pak Agus memang orang yang sangat ramah dan baik. Dia adalah bos yang selalu mengerti keadaan karyawannya.

"Oh Iyah, bapak ke sini mau bicara," Ujar pak Agus mengehentikan tawanya.

"Mau bicara apa pak?" Tanya Vanes.

"Nggak mau pecat kita,'kan pak?" Tanya Fania sedikit canggung, ia menggigit bibirnya takut.

"Oh ... Tidak, bapak cuma mau bilang, kalau Minggu depan kalian yang bakal mengelola cafe ini untuk sementara." Jelasnya menatap Fania dan Vanes bergantian.

"Kenapa gitu, pak?" Tanya Vanes mengerutkan keningnya

"Bapak bakal sibuk ngurus perusahaan," ucapnya

Fania dan Vanes yang mendengar itu turut bingung, mereka tak mengerti maksud dari pembicaraan bos mereka itu.

"Perusahaan? Bapak punya perusahaan juga?" Tanya Fania penasaran

Pak Agus mengangguk, "kalian tidak tahu?"

Vanes dan Fania menggeleng serentak.

"Jadi sebenarnya bapak itu punya perusahaan, dan cafe ini punya istri bapak. Nah, semenjak ibu sakit-sakitan, nggak ada yang ngurus cafe ini, terus aku bilang sama ibu, 'gimana kalau di tutup aja cafenya?' tapi dia nggak mau. Makanya bapak cari pekerja buat ngurus cafe ini." Jelas pak Agus panjang lebar, Fania dan Vanes turut mengangguk paham mendengar penjelasan pak Agus.

"Pantesan bapak ngizinin Fania kerja, walau cuman sebentar." Ucap Fania

"Iyah, karna kalau di tutup ibu akan marah, katanya dia nggak mau ngecewain para pelanggannya kalau tiba-tiba tutup."

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang