IV

633 82 339
                                    

Happy reading ◉⁠‿⁠◉

Dear dunia...

Kenapa aku begitu berbeda?
Kenapa semua orang terlihat bahagia kecuali aku?
Setahu ku ... kami terlahir di bumi yang sama.
Tapi, kenapa aku begitu menyedihkan?

Fania berjalan menuju tempat sampah untuk membuang botol mineral yang telah ia habiskan isinya. Ia sudah melewatkan 2 mata pelajaran hanya karna hukuman itu. Seandainya saja ia tetap berada dalam kelas, sudah pasti ia sempat membersihkan kelas itu. Tapi, ia juga perlu mengisi perutnya, Fania menghela napas berat, lelah rasanya.

Fania menyusuri lorong koridor yang begitu ramai, banyak siswa siswi berlalu lalang pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Iya, ini sudah jam istirahat.

Fania berjalan menghampiri kelasnya, semoga saja masih ada materi yang tertinggal di papan tulis. Jika tidak, ia tak tahu harus meminta catatan siapa, pasalnya ia tidak punya teman.

Fania masuk ke dalam kelas, tak ada orang. Kelas itu begitu sepi dan sunyi, mungkin para penghuni ruangan itu sedang berada di kantin ataupun di perpustakaan.

Saat ia ingin duduk di kursi tempatnya, ada satu benda yang menarik perhatiannya. Itu buku catatan, tapi milik siapa? Ia mengambil buku itu, ada potongan kertas kecil berisi pesan singkat di atas buku itu.

"Nih, lo boleh pinjam. Tapi lo harus balikin besok ke loker 107, pagi-pagi gue cek udah harus ada." Fania membaca surat itu dengan suara pelan seolah menggumam.

"Ini punya siapa yah? Kok baik banget mau bantuin aku?!" Katanya pada diri sendiri.

"Kamu ... Fania,'kan?" Tanya seorang lelaki yang berjalan menghampiri Fania

"Eh, Iyah ka," jawab Fania, ia sedikit tersentak dengan kedatangan ketua osis itu.

Ketua osis yang di ketahui berna Zega itu tersenyum, "kamu anak olimpiade sains,'kan?" Tanyanya

"Iyah ka, ada apa yah ka?" Balas Fania.

"Nanti pulang sekolah ngumpul di ruangan anak olimpiade!" Titahnya. "Kamu bawa bekal kan?" Lanjutnya.

"Iyah ka, bawa. Nanti pulang sekolah yah ka?" Tanya Fania memastikan.

"Iya, jangan sampai telat ya! Bentar doang kok ngumpulnya, paling cuma ngasih materi doang." Jelas lelaki itu.

"Iya ka, makasih infonya," ucap Fania sopan.

"Oke, gue duluan!"

Setelah kepergian Zega, Fania langsung memasukkan buku catatan yang ia temukan tadi ke dalam tasnya. Namun ada hal yang menarik perhatiannya, di mana bekal makan siangnya? Ia langsung mencari bekal makan itu. ia mengeluarkan semua isi tasnya, tapi kotak bekal makannya sama sekali tidak ada.

Fania mengigit bibirnya, "kemana perginya?" Gumamnya

Saat sibuk mencari bekalnya, seseorang datang menghampiri Fania.

"Hey girl, nyari apa?" Tanya Lydia sembari bersedekap dada. Raut wajahnya bak iblis yang tersenyum remeh.

Fania diam, ia tidak mau berurusan dengan Lydia. Lebih baik dia mencari bekal makannya.

"Kok diam sih?" Tanya Yura sembari menoel pelan bahu Fania. Merasa terabaikan, Lydia dan antek-anteknya semakin mengganggu Fania.

"Lo kalau di tegur, nyahut." Sarkas Cindy mendorong Fania hingga terjatuh.

"Ahkk ..." Fania meringis , ingin sekali ia melawan tapi tak bisa.

"Lo nyari ini?" Tanya Lydia sembari menunjukkan satu kotak bekal makan yang berada dalam genggamannya.

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang