VI

540 69 342
                                    

Happy reading ◉⁠‿⁠◉

Dear dunia...

Kenapa engkau membiarkan luka memeluk ku begitu erat?

Pagi ini, Fania sangat sibuk. Ia sedang memasak di dapur seorang diri, ia bangun diam-diam supaya bundanya tidak terganggu dan tetap tertidur. Bunda Talia sudah cape lembur semalam. Jadi, Fania yang akan memasak untuk pagi ini.

Fania akan membuat tempe orek pagi ini, itu adalah menu andalannya. Tak lupa juga, ia membuatkan teh hangat untuk sang bunda. Namun, Fania tak sengaja menyenggol wajan panas berisikan minyak panas.

Prankkk!!! Ahk!!

Wajan yang berisi minyak panas itu terjatuh ke lantai mengenai tangan Fania, jari-jari Fania sakit dan perih.

Fania memegang tangannya yang perih terkena minyak panas, tangan itu memerah dan bergetar sangking perihnya. Ia meniup-niup tangannya kemudian berlari ke kamar mandi, ia memasukkan tangannya ke dalam air.

Setelah dirasa agak mendingan, Fania keluar dari kamar mandi, ia kembali ke dapur untuk memperbaiki minyak yang tumpah tadi. sial, tangannya memerah sekarang. Kenapa ia sangat teledor? Lain kali ia harus berhati-hati. Fania menatap tangannya yang terluka akibat minyak panas, ia menghembuskan napasnya panjang.

Setelah merapikan dapur, Fania bergegas mengoleskan salep dan menutupi tangannya dengan perban. Bundanya tidak boleh tau kejadian ini, untung saja ia tidak terbangun sewaktu kejadian tadi. Kelihatanya, bunda Talia sangat lelah. Ia bahkan tidak terbangun saat wajan jatuh tadi.

Fania menatap bundanya yang terlelap tidur, ia tersenyum, kemudian mencium singkat pipi sang bunda. "Fania berangkat sekolah yah, Bun" pamitnya kembali menutup pintu kamar sang bunda.

Fania berjalan menuju halte bus dekat rumahnya, ia berjalan melewati gang kecil untuk cepat sampai di jalan raya.
Fania sangat cantik pagi ini, dia menggunakan sepatu yang baru di beli oleh bundanya semalam.

Ia berjalan dengan senyum yang menghiasi wajahnya, meski sesekali ia meringis saat tanganya kembali berdenyut sakit. Pagi ini sangat cerah, bahkan burung turut bernyanyi mengitari langit.

Fania naik ke dalam bus, ia menatap jalanan pagi yang mulai padat. Banyak orang berlalu lalang dengan segala aktivitasnya.

"Ka?" Panggil seorang anak kecil yang bersebrangan dengannya. Ia duduk dalam pangkuan neneknya.

Fania melirik ke Kanan dan ke kiri, kemudian menunjuk dirinya sendiri, "Aku?" Tanya Fania menatap anak itu. Anak perempuan yang berusia 5 tahun itu mengangguk.

"Tangan Kaka kenapa?" Tanya anak itu sembari menunjuk tangan Fania yang terbungkus perban putih.

"Oh ini ... Heheh, Ini kena minyak panas tadi," jawab Fania malu-malu, ia menggaruk tengkuk kepalanya.

Anak itu menghampiri Fania, "sini tangan Kaka!" Anak itu meletakkan tangan Fania di pahanya.

Fania menaikkan sebelah alisnya,"mau ngapain?" Tanya Fania.

Anak itu mengeluarkan spidol kecil berwarna pink, "pasti tangan Kaka sakit banget, biar tangan Kaka nggak sedih. Aku mau kasih senyum, biar dia cantik kayak Kaka," tutur anak itu sembari menggambar smile di perban putih itu menggunakan spidol pink miliknya.

"Hhahah ... Makasih yah," ucap Fania tertawa kecil sembari mengusap kepala anak itu.

💚

Fania menghembuskan napasnya panjang, ia berharap tidak ada kejadian buruk hari ini.
Ia berjalan menyusuri koridor menuju loker sekolahnya. Ia harus mengembalikan buku catatan yang ia pinjam kemarin.

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang