XIII

441 63 229
                                    

Happy reading ◉⁠‿⁠◉



Dear dunia...

Kau tahu? Diam adalah jeritan terbaik dalam hidup.

Haikal dan Fania berjalan bersama, setelah percakapan tadi mereka menjadi sedikit canggung. Fania berjalan tepat di samping Haikal sembari menenteng garam yang ia beli dalam kantong plastik.

Keduanya terdiam, Haikal bahkan tak berminat membuka percakapan sama sekali. Dia memang orang aneh, dia hanya berjalan sembari memasukkan tanganya dalam kantong hoodie-nya.

Fania menatap Haikal, "aku boleh nanya lagi?" Tanya Fania mencoba untuk tidak canggung.

"Apa?" Tanya Haikal tetap berjalan.

"Kamu suka warna hitam?" Tanya Fania.

Haikal mengerutkan keningnya menatap Fania heran, untuk apa perempuan di depannya ini menanyakan hal konyol seperti itu. Haikal hanya mengangguk sebagai jawaban, melihat itu Fania juga mengangguk paham.

"Berarti, semua baju kamu warna hitam?" Fania kembali bertanya, ia menatap Haikal yang tetap fokus pada jalannya.

"Iyah, sempak gue juga warna hitam, mau lihat?" Tanya Haikal dengan raut wajah datar.

Fania langsung menggeleng, "e-nggak," ucapnya sedikit terbata.

Haikal tak memperdulikan respon Fania yang terbata, ia hanya fokus pada jalannya sendiri, bahkan ia mempercepat langkahnya, Fania berusaha berjalan cepat agar bisa menyeimbangi langkah lelaki itu.

"Kenapa hitam?" Tanya Fania berusaha menyamakan langkah kakinya dengan haikal.

"Karna duniaku gelap," jawab Haikal menghentikan langkahnya.

hal itu membuat Fania menubruk badan lelaki itu, Fania mengelus keningnya yang sakit akibat bertabrakan dengan badan tegap lelaki itu.

"Maaf," ucap Haikal membalikkan badannya menghadap Fania, "sakit?" Tanyanya, mengelus lembut kening Fania.

Fania menggeleng, "dunia kamu gelap?" Tanya Fania, mengingat perkataan Haikal tadi.

"Hmm" Haikal mengangguk pelan.

"Segelap apa?" Tanya Fania lagi.

"Segelap langit tanpa bintang," jawab Haikal.

Fania menatap sendu wajah Haikal yang merunduk menatapnya, tinggi keduanya begitu berbeda, tatapan Haikal begitu teduh, sendu dan juga lelah. Entah apa yang terjadi pada lelaki itu.

"Pertanyaan lo udah terjawab semua? Kita harus cepat pulang, kapan nyampenya nanti tuh garam." Unjuk Haikal pada kantong plastik dalam genggaman Fania.

"Iyah, yaudah ayok pulang" Fania berjalan terlebih dahulu, sedangkan Haikal mengikuti langkah Fania dari belakang.

Namun, belum sempat beberapa langkah Fania berjalan, tiba-tiba ia berhenti kemudian berbalik mendekati Haikal. Haikal pun menatap aneh Fania, kenapa perempuan itu berbalik? Takut setan? Tidak mungkin.

"Kenapa?" Tanya Haikal sedikit khawatir melihat wajah panik Fania.

"Anjing"

"Lo ngatain gue anjing?" Tanya Haikal kesal

Fania menggeleng, "bukan, ada anjing di depan." Jelas gadis itu. Ia memegang erat lengan Haikal, bersembunyi di balik badan lelaki itu.

Haikal merotasikan matanya jengah, "nggak usah panik! Kalau lo nggak panik nggak bakal di gigit." Terang Haikal memberi saran.

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang