24

578 35 0
                                    

Selamat membaca...

Mr. Na || I'm not the first
~
.
.
.

"Na Jaemin???"

Yena terkejut saat mendapati seseorang berdiri disamping nya adalah Jaemin. Bagaimana bisa Jaemin menemukannya.

Mata sembab Yena menatap manik kelam Jaemin yang seperti didalam nya penuh harap.

Harapan mereka bertemu. Harapan mereka bersama lagi. Harapan mereka untuk saling mencintai.

Jaemin ikut berjongkok. Menatap nisan ibu Yena lantas mengusap pusara nya.

Tatapan Yena tak lepas dari lelaki tampan dihadapan nya. Dia tak ingin berkedip. Yena takut ini hanya mimpi. Hanya bayangan. Hanya khayalan.

Jaemin menoleh. Balik menatap manik kecokelatan Yena. Kemudian senyuman Jaemin perlahan terlihat. Benar benar senyuman yang Yena rindukan. Senyuman yang membuat Yena tenang. Yang membuat Yena luluh. Senyuman yang tak pernah Jaemin perlihatkan pada siapa pun.

Air mata Yena jatuh. Membasahi pipi. Lantas Jaemin perlahan mengusap dengan jemari nya. Membuat Yena merasakan kembali elusan tangan Jaemin. Sungguh Yena sangat merindukan lelaki ini.

Jaemin menarik Yena kepelukannya. Mendekap erat Yena seperti tak ingin melepasnya. Merasakan hangatnya pelukan yang selama ini Jaemin rindukan. Mencium aroma tubuh Yena yang selalu Jaemin harapkan selalu bisa ia cium setiap hari. Hati nya berdebar merasakan getaran yang seperti terasa diseluruh tubuh nya. Jaemin sangat merindukan gadis ini.

Kini Yena dan Jaemin duduk dikursi taman. Ini masih area pemakaman. Terdapat taman tak jauh dari sana.

Ke dua nya duduk menatap deretan nisan yang terlihat berjejer rapi. Waktu pun semakin sore. Hanya matahari belum tenggelam saja.

"Kenapa kau pergi?"

Pertanyaan Jaemin membuat Yena menunduk. Dia tak tahu harus berkata apa. Tak mungkin dia bicara karena alasan ayah Jaemin. Ini akan semakin membuat Jaemin dan ayah nya tak akur.

"Kontrak kerja ku habis."
Tangannya meremat ujung blouse milik Yena. Ia masih menunduk. Tak mau menatap Jaemin.

"Kau bisa pamit dulu padaku."

Jaemin menoleh. Melihat Yena yang menunduk menarik tangan nya kemudian menggenggam jemari lentik nya. Merasakan tangan kasar Yena yang pasti selalu bekerja keras itu.

Yena tak menoleh. Hanya menatap sepasang sepatu kets putih pemberian ibu nya.

"Yena-ya. Jangan pergi lagi dariku."

Suara Jaemin melembut. Seperti orang yang sedang memohon. Lantas Yena menoleh. Menatap kembali manik kelam Jaemin. Menatap lelaki yang sangat ia rindukan.

Yena hanya menatap. Tak berkata apapun. Entah apa yang harus dia ucapkan.

Jaemin mendekatkan dahi nya bersentuhan dengan dahi Yena. Menangkup sebelah pipi gadis itu agar mendekat.

"Berjanjilah jangan pergi lagi dariku. Karena...." kalimat Jaemin terpotong.

"Aku mencintaimu."

Kata kata ini pertama kali Yena dengar dari mulut Jaemin. Sebelum nya Jaemin hanya menganggap Yena adalah milik nya. Tapi tak pernah bilang bahwa Jaemin mencintai nya.

Yena sangat bahagia mendengar kalimat itu. Entah hanya bualan. Entah hanya rayuan.

"Aku merindukan mu."
Kembali Jaemin bersuara dengan nada rendah nya.

1. Mr. Na || I'm not the first 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang