Chp 58. Jantung untuk Kara

439 15 1
                                    

こんにちは

幸せな読書

Selamat Membaca

"Ya Allah, bantulah hambaMu ini untuk mencari jalan terbaik. Permudahkanlah jalan Hamba untuk menemukan titik terbaik untuk hamba dan istri hamba."

"Angkatlah penyakitnya, gugurkan dosanya dan berikanlah dia kesembuhan Ya Allah.Hamba mohon yang terbaik Ya Allah. Aamiin"

Itulah kiranya doa Endra setelah melaksanakan sholat subuh didalam kamar Kara.

Sudah sebulan lebih Kara koma, dokterpun tidak kunjung mendapat pendonor jantung untuk Kara.

Endra duduk disamping kasur Kara, dia memasangkan cincin pernikahan mereka yang sempat dilepas beberapa waktu lalu.

"Ra, gue pasangin lagi ya. Biar lo inget waktu kita nikah dulu. Lo ingetkan pas kita nikah, malem pertama lo takut gue perkosa dan lo hampir aja nangis dikamar lo. Lucu ya kan Ra? Lo gak pingin bangun? Katanya lo mau cerita sama Adek tentang pertemuan pertama kita? Yang lo takut kalo gue culik pas pulang sekolah itu. Haha" tawa hambar yang keluar dari mulut Endra.

Sungguh ucapan yang hanya didengar oleh Kara tanpa memberi respon apapun.

Disisi lain, Bima mencoba berkonsultasi pada dokter yang menangangi Kara.

"Dokter, bisa cek kondisi saya? Jika memungkinkan saya bersedia mendonorkan jantung saya untuk Askara"

"Golongan darah Bapak apa?"

"AB+, sama dengan Askara"

"Baik, saya periksa dulu ya Pak" ujar dokter tadi.

Setelah pemeriksaan, sorenya baru Bima mendapat info dari dokter bahwa dia bisa mendonorkan jantungnya untuk Kara.

"Pak Bima, saya akan beri tahu dulu konsekuensi setelah donor jantung adalah—"

"Meninggal, saya sudah tau itu dokter. Maka dari itu saya sudah memikirkan ini semua matang-matang. Saya rela meninggal demi Askara Dok, dia itu lebih penting dari nyawa saya." putus Bima dari perkataan dokter

"Baik, kami akan bicarakan dengan pihak keluarga. Jadi berapa biaya yang harus diberikan keluarga Bu Askara untuk bapak?"

"Tidak perlu Dokter, saya relawan jantung untuk Askara. Saya juga akan bicarakan dengan keluarga Askara"

Dokter cukup terkejut dengan pernyataan Bima. Sungguh, ini yang dinamakan cinta. Pikir dokter tersebut.

"Baik, besok pagi akan saya urus lagi ya Pak, Terima Kasih"

-(#)-

Tok tok

Bima menemui Endra diruangan Kara pagi ini. Disana sudah ada Faiz dan Aisyah.

"Bima?" sapa Faiz

"Iya, Gue boleh pinjem Mahendra? Ada yang mau gue omongin"

"Gue?" Beo Mahendra yang turut mendengar

Bima hanya menjawab dengan anggukan.

Mereka berdua jalan menuju taman rumah sakit. Mahendra dengan kemeja marronnya dan Bima dengan kemeja hitamnya.

Kedua lelaki yang sama-sama mencintai Askara, kini mereka duduk dibangku taman.

"Ada apa Bim?" Endra membuka pembicaraan.

"Askara"

"Kenapa sama Kara"

Best Of Name (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang