Chp 36. Hukuman

488 14 1
                                    

こんにちは

幸せな読書

Selamat Membaca

"Kenapa lo marah, takut kalo istri lo beneran jadi istri gue?"

"Lo gak usah ganggu istri gue! Dasar laki-laki brengsek!"

"Jaga mulut lo. Lepasin tangan Gue!" teriak Kara pada suaminya.

Endra menatap mata Kara dengan tajam. Dia menarik istrinya dan memasukkannya ke dalam mobil meninggalkan Bima.

"Lo gak bisa kasar kayak gini sama gue Ndra!" gerutu Kara didalam mobil.

Endra hanya diam mengemudikan mobilnya.

Hingga dirumah, Endra menarik kembali tangan Kara. Dibawanya Kara ke dalam kamar dan mengunci Kamar.

Brukk

Tubuh Kara dijatuhkan dengan kasar di kasur oleh Endra. Endra melepas kemeja yang ia pakai dan mendekati Kara yang ketakutan

"Gue udah bilang sama lo! Gue gak mau lo deket-deket sama cowok lain! Apa gue masih kurang buat nyenengin lo. Gue kurang buat muasin lo!" kata Endra yang sedikit menyentak dengan suara pelan

"Gue gak deket-deket sama Bima Ndra, gue cuma—"

"Cuma apa!! Lo udah gue biarin, gue nurutin semua permintaan lo yang konyol dan lo apa! Lo nyepelein gue Ra! Lo gak bisa ngehargai gue sebagai suami lo!"

"Bukannya gitu Ndra, gue..." Kata-kata Kara terhenti.

Dia ketakutan, dan tidak tau bagaimana cara menjelaskannya.

Endra emosi, dia mulai membuka baju Kara dengan paksa. Seperti yang sering dia katakan sebelumnya. Dia akan memperkosa Kara jika dia macam-macam.

"Lo mau ngapain Ndra!"

"Lepas! Ini hukuman buat lo!"

Kara hanya pasrah dengan perbuatan Endra.

Endra membuka semua baju istrinya dengan kasar, membuangnya dengan asal.

Dia melakukan permainan yang cukup kasar, bisa dibilang tanpa cinta. Beberapa kali Kara mengerang kesakitan, tapi tidak dihiraukan oleh Endra.

Setelah puas, Endra ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, meninggalkan Kara yang diselimuti oleh bed covernya.

Endra tau dia keterlaluan, tapi Kara memang perlu diberi hukuman karna sudah sering kali diperingati.

"Lo gak mandi?" tanya Endra setelah keluar dari kamar mandi

Kara hanya mengangguk, dia masuk dan mandi.

Mereka akhirnya tertidur setelah kejadian itu. Endra tidur dengan keadaan marah, dan Kara tidur dengan keadaan sakit hati. Ya sakit hati atas perlakuan kasar dari suaminya.

-(#)-

"Lo bisa jelasin, kenapa kemarin lo bisa sama Bima?"

Siang ini Endra pulang kantor lebih cepat, tak lain untuk menemui Kara dan membahas tentang hari lalu.

Kara masih sama, duduk dikamar berdiam diri. Bahkan dia nampak seperti orang linglung.

"Ra. Lo jelasin ke gue sekarang!" tambah Endra

"Ndra. Gue..." Kalimat yang tak dilanjut Kara.

Dia mendekati suaminya, dan memeluk Endra dengan air mata yang sudah pecah.

"Jelasin ke gue Ra! Lo ada hubungan apa sama Bima! Dan kenapa kemarin lo seakan-akan belain Bima?" Endra tetap kekeh dengan pertanyaannya. Bahkan pelukan Kara tidak ia balas.

Best Of Name (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang