Jangan lupa vote and commentnya ya
Ah, jika ada kritik dan saran yang mendukung silahkan ditambahkan di kolom komentar
Terima kasih
***
Unknow: Apa kamu juga berharap menghancurkan perusahaan papamu?
Pesan dari nomor yang tidak dikenal masuk kedalam inbox ku. Tidak diragukan lagi, aku tahu siapa pelaku yang mengirim pesan ini. Abrisam Polliton. Aku mengabaikan pesan itu dan kembali fokus pada pekerjaanku yang harus diselesaikan hari ini. Tapi kembali dentingan mewarnai suasana ruanganku pertanda satu pesan baru.
Unknow: Temui aku di sini besok pukul 2 siang
Pria tua itu kembali mengirimkan pesan, kali ini berupa perintah lengkap dengan alamat untuk 'meet and great' kami. Apa yang direncanakan pria tua ini? Sudah sangat jelas, tidak ada kata santai jika kami bertemu, karena setiap kali dia menatapku hanya ada pertengkaran yang menjadi akhir pertemuan itu. Jadi, apa yang ingin dia lakukan dengan pertemuan yang hanya akan berkahir dengan pertumpahan darah itu.
Aku menghela nafas gusar, kali ini bukan karena aku takut bertemu dengan laki-laki tua itu. Tapi aku berusaha menerka apa yang ingin pria tua itu sampaikan padaku hingga harus bertemu tatap muka seperti ini. Sama sepertiku yang tak ingin memperlihatkan wajahku di depannya lagi, pria tua itu juga tak ingi lagi melihat wajahku. Meskipun dengan alasan yang tentu saja berbeda denganku. Aku takut dan frustasi jika bertemu dengannya, maka dia lebih karena benci dan marah jika melihatku.
Sambil berfikir sebentar, aku kembali melirik pesan dari nomor tidak dikenal itu. Dan memutuskan menemuinya sesuai janji.
***
Aku melangkah masuk ke ruangan kakek. Tepat seperti dulu, ruangan kerja ini tidak berubah sama sekali. Ruangan yang didominasi dengan perabotan kayu dengan dominan warna coklat tua, sangat cocok dengan karakter sang empu ruangan yang terlihat keras.
"Duduk!" nada perintah itu sangat khas pria didepanku.
Aku menyandarkan diriku dan duduk dalam diam, tak bersuara atau menatapnya sama sekali. Melihat aku yang hanya diam tak mengatakan apa- apa, laki laki itu melemparkan dengan ringan satu berkas.
Dan sekilas aku melirik berkas itu dan sadar jika dia memanggilku karena Kean mulai bertindak tegas dengannya. Jadi ini karena isu kesepakatan kami dengan Tech Care menggantikan perusahaannya yang selama ini menjadi pemegang teknologi utama di La-Gufta.
"Saya tidak menyangka, anda akan memanggil saya karena alasan ini," ucapku lalu menggeser sedikit berkas itu kembali kearahnya.
"Kamu sepertinya memang berniat menghancurkan keluargaku," jawabnya penuh dengan cemoohan.
"Sepertinya kata menghancurkan sudah masuk dalam kata sakaral di keluarga anda Pak Abrasam," balasku dengan nada yang juga mencemoohnya. "Kenapa anda begitu takut dengan wanita seperti saya? Saya tak memiliki kekuatan apapun untuk 'menghancurkan' keluarga anda," jawabku santai sambil menekankan kata menghancurkan saat menatap matanya yang mulai kesal dengan sikapku.
"Jadi kamu mau bilang, bukan kamu yang menjadi penyebab CEO baru itu berlagak seperti ini. Ah, sepertinya kamu sudah mulai berani membantahku semenjak Bapak Shagufta mendukungmu." Ucap pria tua didepanku, "Apa kamu berlagak didepanku saat ini?" teriaknya dan membuatku sedikit meremas jemariku untuk menghilangkan rasa terkejut sekaligus gugupku.
Aku menghembuskan nafas, menenangkan detak jantung. Menghadapi kepala keluarga Polliton tidaklah mudah. Jika kakek Kean adalah singa, maka pria tua didepanku lebih seperti macan kumbang yang akan menerkammu jika kamu lemah sedikit saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous
RomanceHai, namaku Adresia Michael Polliton. Hiduku awalnya biasa biasa saja, hingga aku dipindahkan ke kantor pusat dan bekerja sebagai sekretaris dari bos lucknut. Keano Adrana Shagufta. Pria bengis. Berhati dingin. Si Perfeksionis yang minta di di kun...