Jangan lupa vote and commentnya ya
Selamat membaca
***
Begitu aku keluar dari kamar, suara ribut mama dan Raka memenuhi dapur yang digabung dengan ruang makan. Disana Kean terlihat duduk dengan nyaman. Sesekali terdengar dia terlibat dalam obrolan Raka dan mama.
Aku melangkah ke kamar mandi dengan handuk dan pakaian ganti tersampir di lenganku. Lalu dua puluh menit berikutnya setelah aku selesai mandi, mereka bertiga masih setia mengobrol di meja makan. Aku mendekati trio kwek kwek dan menarik satu kursi disebelah Kean.
Sudah terhitung dua hari sejak aku keluar dari rumah sakit. Kean berkunjung setiap hari. Dan karena hari ini weekend dia malah datang pagi pagi buta untuk mengganggu tidur cantikku.
"Re, nih makan. Nak Kean bawain sarapan buat kamu." Aku mengambil bubur ayam yang disodorkan mama kearahku. Lalu bergumam terima kasih kearah Kean yang ada disampingku.
Di atas meja ada pisang goreng yang dicelupkan dengan saus coklat dan stroberi. Lalu roti panggang buatan mama dan setoples biskuit yang selalu tersedia ketika mama di apartement ku. Aku menyuap bubur ayam. Mendengarkan obrolan trio kwek kwek yang membahas tentang butik yang dikelola mama sejak papa meninggal.
"Dimana tante belajar buat biskuit se-enak ini?" tanya Kean ketika mama mendorong setoples biskuit pisang kearahnya.
"Gimana enak?" tanya mama antusias ketika Kean terlihat menyukai biskuit buatannya.
"Enak tante. Gurih" ucap Kean. Menambahkan. Wajah mama langsung berseri seri.
"Tante rajin ikut kelas masak. Bulan Maret lalu tante ikut les lagi khusus pastry. Rere juga ikut. Ya nggak Re?" tanya mama saat aku masih sibuk menikmati bubur ayam di depanku.
Aku mengangguk membenarkan perkataan mama, tampa tau bom yang akan aktif setelah tindakanku barusan. Raka melirikku sesaat, dengan wajah penasaran. Saat ini pasti dia bertanya tanya kapan aku dengan sukarela mengikuti kelas memasak dengan mama. Karena selama ini, hanya ini satu satunya yang membuatku tak sejalan dengan mama. Memasak.
Meskipun aku bisa memasak makanan sederhana, tapi mama selalu merecoki ku untuk ikut kelas memasak. Bagi mama, wanita yang ahli memanjakan lidah orang lain adalah wonder woman masa kini.
"Lucunya kami sampai dorong dorongan buat masuk kelas. Soalnya anak ini malah nggak mau tante ajak ikutan kelas masak. Padahal chef nya kan ganteng banget. Ibu ibu di kelas yang sama dengan tante sampe-sampe udah banyak yang booking dia buat jadiin calon mantu." Kata mama.
Mama melirikku dengan pandangan geli. Merasa ditatap, aku menoleh kearahnya sambil masih menikmati bubur ayam di mangkuk. Begitu aku menatapnya, mama kembali mengarahkan perhatiannya ke arah Kean. Lalu ekspresinya langsung berubah. Bagaimana aku mengatakannya ya... mata mama berbinar usil dan wajahnya serta bibirnya menahan senyum.
Aku tau mama yang paling usil dikeluarga kami. Sifat usilnya ini jugalah yang menurun padaku. Sudah bisa dipastikan setelah ini pasti akan jatuh korban lagi. Aku menoleh kearah Raka yang ada didepanku. Dia sepertinya tak melihat perubahan ekspresi mama karena fokus pada topik – Mbak Rere ikut kelas masak? – yang membuatnya semakin penasaran.
"Lah kamu pake kabur segala. Tapi mama heran deh, waktu itu kenapa kamu cepat banget sih pulangnya? Padahal waktu itu chef Rio nanyain kamu kerena kamu main kabur aja. Dia kira kamu ada masalah." Aku menatap mama setelah mendengar perkataannya barusan.
Lah? Kenapa tiba tiba bahas chef Rio?
Mama menatapku, meminta penjelasan. Raka masih setia menunggu jawabanku. Sedangkan Kean menoleh karena penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous
RomanceHai, namaku Adresia Michael Polliton. Hiduku awalnya biasa biasa saja, hingga aku dipindahkan ke kantor pusat dan bekerja sebagai sekretaris dari bos lucknut. Keano Adrana Shagufta. Pria bengis. Berhati dingin. Si Perfeksionis yang minta di di kun...