Jangan lupa vote and commmentnya ya
Terima kasih
***
"Menikah?" ulangku. Kata-kata itu menggema sedari tadi ditelingaku. Tapi aku masih belum bisa memastikan apakah tadi bos setan ini baru saja mengatakan menikahiku. Apa dia mabuk? Atau jangan-jangan dia kerasukan sesuatu?
"Kamu nggak lagi kerasukan sesuatu kan?" tanyaku. Takut jika yang aku ajak berdebat dari tadi adalah setan mesum penunggu apartemenku.
"Apa maksudmu?" tanya setan didepanku dengan raut wajah bingung. Aku langsung menarik tanganku yang sedari tadi digenggam setan terkutuk ini.
"Kamu baru saja mengajakku menikah..." teriakku tak habis pikir, sedangkan Kean disisi lain malah menatapku 'apa yang salah dengan itu' yang membuatku mulai mempertanyakan sikap rasional Kean.
"Iya menikah, apa yang salah? Jika kamu mau, kita bisa menikah secepatnya." Jawabnya santai.
"Oh! Kurasa dia benar-benar kerasukan. Apa karena dia mabuk jadi mudah dimasuki setan?" gumamku memandangnya ngeri. Kean terkekeh geli dengan ekspresi wajahku. Membuatku mendelik kesal. Yang hanya dijawab dengan tawa oleh Kean.
"Ini aku. Kean. Kenapa kamu mengira aku kerasukan segala?" tanya Kean ketika aku sudah mulai bertindak normal didepannya.
"Kamu tiba-tiba mengatakan akan menikahiku seperti kerasukan. Jadi aku mengira mungkin kamu sedang mabuk atau kerasukan sesuatu." Jawabku apa adanya.
Kean terkekeh. Dia menatapku dan memperbaiki posisi duduknya.
"Itu karena aku ingin meyakinkanmu, kalau aku ini serius. Makanya aku mengatakan agar kamu yakin. Aku bahkan siap untuk menikahimu jika kamu mau." Kean menatapku. Merasa diperhatikan seperti itu, aku bergerak gelisah di kursi panas ciptaan Kean.
"Tunggu. Aku mengatakan akan menikah itu sebagai perumpamaan. Bukan menginginkan kamu benar-benar menikahiku," tuturku. Lalu menatap Kean.
"Oke, baiklah. Jadi jika aku berhasil meyakinkanmu. Apa kamu akan menerima tawaran itu?"
"Tawaran apa? Menikahimu? Apa kamu gila? Kamu bahkan belum mengenalku. Dan kamu mengatakan akan menikahiku. Apa menikah seperti tawar menawar di pasar loak sekarang?" kataku emosi.
"Kamu mengajukan syarat tak ada sikap posesif berlebihan, tak ada intrik perebutan kekuasaan, tak ada drama karena gosip murahan. Jadi jika aku menyanggupinya tak ada lagi alasan untukmu menolakku, Micha." Kata Kean.
"Kean, ini tak sesederhana itu. Masih ada mama, papa dan kakekmu yang harus kita taklukkan. Masih ada dewan direksi yang harus kita jinakkan. Jadi jangan membawa harapan tinggi untuk itu."
"Tenang saja, tak akan ada drama karena orang tuaku tidak akan menentang kita. Aku jamin tak ada drama kakek akan menyiram air dan melemparkan uang padamu." Jelas Kean dengan percaya diri. Aku terheran-heran dari mana sikap percaya dirinya ini berasal?
"Hah, bahkan jika kakek menyiramiku dengan segelas air dan melemparkan uang. Aku hanya akan menghindari gelas itu dan menerima uangnya dengan akurasi yang tepat," kataku menjawab dengan tegas, "Tapi bukan itu poin nya, karena kakek bahkan bisa berbuat lebih dari itu," kataku menjawab dengan lelah.
"Tepat, sekali. Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri Micha. Dan mengenai kakek. Kamu tenang saja. Kamu sudah menjinakkannya jauh-jauh hari." Kata Kean. Membuatku bingung.
"Siapa yang menjinakan siapa?" tanyaku.
"Apa kamu tak sadar, kamu sudah menjinakkan kakek sejak kamu menyerahkanku padanya malam itu," balas Kean. Aku terpana dengan kata-kata ajaib yang keluar dari mulut Kean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous
RomanceHai, namaku Adresia Michael Polliton. Hiduku awalnya biasa biasa saja, hingga aku dipindahkan ke kantor pusat dan bekerja sebagai sekretaris dari bos lucknut. Keano Adrana Shagufta. Pria bengis. Berhati dingin. Si Perfeksionis yang minta di di kun...