Kean menarikku masuk ke dalam mobil. Sedangkan Dimas sudah berpisah dengan kami setelah mengucapkan terima kasih. Tak ada yang berbicara selama beberapa menit ini. Aku melirik kearah Kean yang masih di liputi awan gelap. Sepertinya dia masih marah.
Dan aku menyadari dia tak hanya marah pada Eghan, tapi juga padaku. Aku sadar Kean akan marah padaku setelah mengetahui bahwa aku menyembunyikan fakta dimana aku juga termasuk dari mereka yang pernah di ganggu dan di lecehkan oleh Eghan.
Aku kembali mencuri pandang kearah Kean yang masih setia dengan wajah dinginnya. Tapi suasana hatinya yang kacau terlihat jelas dari sorot matanya.
"Ke," panggilku. Dan Kean tak menjawab panggilanku barusan. Dia tetap fokus pada setir ditangannya.
"Ke, aku..." Kean langsung membanting setir mobil dan menepi ke jalan.
Aku cukup terkejut dengan gerakannya yang tiba-tiba. Kemudian Kean menoleh padaku dengan tatapan tajam.
"Apa saja yang sudah laki-laki itu lakukan padamu?" tanya Kean dengan nada dingin.
Nafasnya berat dan aku tahu dia sedang mencoba mengatur amarahnya. Kean terlihat siap untuk membantai seseorang. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku katakan yang sebenarnya saja? Tapi aku takut Kean akan meledak dan berbuat sesuatu pada Eghan.
"Jangan pernah befikir untuk menyembunyikannya lagi Micha, aku bisa membaca apa yang kamu pikirkan dari matamu." Kata Kean, dan membuka sabuk pengamannya dan menghadap padaku.
Aku menatap Kean ragu-ragu tapi tak berani membantah lagi.
"Apa kamu tahu apa yang melintas dipikiranku sekarang?" ujar Kean.
"Saat aku tak ada, selama sepuluh tahun ini. Aku gila karena penasaran pada apa yang terjadi antara kamu dan senior mu itu. Bukan hanya itu, apa yang sudah kamu lalui selama ini? Jadi saat ini aku hanya bisa membayangkannya dengan rasa pecayaku padamu, karena itulah aku masih bisa mengontrol kemarahanku yang bahkan sudah meledak sejak tadi." Kean memutar tubuhku dan mengangkat kepalaku yang masih tertunduk.
"Aku akan menjelaskannya padamu, tapi kamu harus mendengarkannya dalam keadaan tenang." Jawabku dan Kean mengangguk.
Aku menarik nafasku dan menenangkan diri. Kepalaku mulai mencari kata yang tepat untuk menjelaskan situasi ini pada Kean.
"Pada awalnya Eghan menggaggu Alexi. Aku sudah pernah bilang, kalau Alexi adalah mahasiswi yang cukup terkenal di kampus. Dia cantik dan juga lemah lembut. Makanya banyak yang suka dengannya. Nah, salah satunya Eghan. Jadi dulu Eghan pernah mendekati Alexi. Kamu tahu kan dia tipe orang yang bersikap ramah dan tak bisa menolak orang lain. Meskipun aku dan Dimas sudah memberi tahu untuk berhati-hati tapi karena Alexi terlalu mudah percaya pada orang lain dan selalu positif thinking jadi Eghan dengan mudah mendekatinya," jelasku pada Kean. Dia mendengarkanku dalam diam.
"Waktu itu, Alexi pernah hampir dilecehkan oleh Eghan. Tapi dia berhasil lari dan menamparnya. Sejak itu, Eghan semakin berani karena Alexi tak mengatakannya pada siapapun. Hingga akhirnya aku dan Dimas tahu. Aku langsung melabrak Eghan dan memukulnya hari itu. Tapi yang anehnya, dia malah menjadikanku target berikutnya. Kamu tahu, aku sering membantu seniorku di club karate. Mereka selalu menjadikanku tameng untuk menghindari mantan pacar mereka. Sehingga aku dikenal sebagai playgirl karena itu. Dan kerena itu, Eghan jadi semakin berani dan menganggapku murahan karena dia percaya gossip gosip itu. Ditambah lagi sikap kasarku padanya membuatnya lebih tertantang." Kataku pada Kean dengan nada geram mengingat bagaimana perilaku Eghan dan masa-masa jahiliyah ku dulu.
"Jadi apa saja yang sudah dia lakukan padamu?" tanya Kean dengan hati-hati. Tapi aku tahu dia sedang berusaha untuk tidak terkuasai kemarahannya.
Aku menggenggam tangan Kean yang terkepal di atas stir mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous
RomanceHai, namaku Adresia Michael Polliton. Hiduku awalnya biasa biasa saja, hingga aku dipindahkan ke kantor pusat dan bekerja sebagai sekretaris dari bos lucknut. Keano Adrana Shagufta. Pria bengis. Berhati dingin. Si Perfeksionis yang minta di di kun...