Bab 18: Gosip (Revisi)

132 12 1
                                    

Setelah makan, Aku dan Mira mencuci tangan di tempat yang telah disediakan pihak PMI. Untuk donor darah, kami diharuskan mencuci tangan hingga siku. Aku mengikat rambutku yang sempat aku lepaskan tadi, menyingsing lengan bajuku yang berupa sweter longgar dengan dalaman kemeja putih. Mira disebelahku juga melakukan hal yang sama.

"Lo udah pernah donor darah mbak?" Tanya Mira sambil membuka kancing lengan kemejanya dan menyingsingkannya asal. Mira kemudian menyerahkan sabun cair yang telah dia gunakan padaku. Aku menerimanya dan menekan tube nya sedikit kemudian mulai mengusapnya di telapak tanganku hingga busanya melimpah.

"Pernah, waktu kuliah gue sering ikut acara donor di kampus..." Aku mengusap usap telapak tanganku.

Tapi saat aku ingin membersihkakan lengan hingga sikuku, sweater yang sudah aku singsingkan malah melorot kebawah. Menyebabkan ujungnya yang tebal basah dan berat karena air keran yang mengalir. Aku mengangkat tanganku cepat. Mengusahakannya agar tak menyerap air keran.

Sambil mencoba menarik kembali Sweaterku tapi tak berhasil. Akhirnya aku mengacungkan tangan keatas. Tapi busa sabun yang dicampur betadine di telapak tangaku juga ikut mengalir dari atas. Membuat lengan sweaterku berwarna kuning. Aku melirik Mira yang ada disebelahku, kedua tangannya penuh dengan busa, lengan bajunya juga basah oleh air. Dia menatapku meminta bantuan, kami tertawa karena situasi kami yang sama.

"Edra..." panggil Mira saat melihat Edra yang masih menyuap makan siangnya di dekat kami.

"Bantuin dong." Sambungku melihat Edra yang menatap kami berdua bergantian. Aku menatapnya dengan wajah manis, sesekali mengerjapkan mata untuk menggodanya. Edra masih menatapku dan Mira malas. Lalu dia mengalah dan akhirnya berdiri.

"Lo tu ya mbak... nggak bisa sehari nggak godain gue?" katanya sambil beranjak kearah kami.

"Gue paling suka godain lo, karyawan paling bontot disini." Ucapku sambil mengerling manja padanya. Mira disebelahku tertawa melihat Edra yang salah tingkah saat aku goda.

"Tolong geser lengan baju gue dikit ke atas dong. Sampai siku." Kata Mira yang dihampiri Edra duluan. Aku menunggu Edra yang sedang berusaha melipat lengan baju Mira.

Edra dengan serius melipat lengan kemeja Mira. Dengan gerekan lambat, lebih lambat dari siput yang sedang merayap. Aku yang melihat itu mendesak Edra karena tanganku semakin pegal, terlalu lama mengambang di udara.

"Dra, lo ngapain sih, dari tadi nggak selesai selesai... tangan gue udah pegal nih." Omleku saat melihat Edra dengan serius melipat lengan baju Mira.

"Lo tinggal singsingkan dikit keatas. Nggak perlu di lipat dengan rapi kayak gitu." Ucapku kesal melihatnya masih saja melipat rapi lengan kemeja Mira.

"Sabar napa sih mbak, kerja tu nggak boleh setengah setengah. Gue lipat kayak gini biar nggak jatuh lagi. Lagian cuma bentar udah pegal, kemarin kemarin siapa yang sok kuat." Jawab Edra masih menyelesaikan satu lagi lengan kemeja Mira, dia bergerak sangat lambat. Wah, ini anak sepertinya mau balas dendam nih.

"Lo mau balas dendam ke gue ya Dra?" Aku menjawabnya kesal, "kita liat siapa yang bakalan teriak sambil nangis ke gue nanti." Ucapku tak kalah semangat ketika membayangkan Edra yang ketakutan.

"Bodo amat. Sekarang rasain deh tu ya pagal pegal. Gue lama lamain lagi ah," ucap Edra menggodaku. Dia melipat lengan kemeja Mira dengan gerakan lambat membuatku bertambah kesal.

Mira malah terkekeh geli melihat pertengkaran kecil kami.

"Edra! Lo awas ya," teriakan ku. Kalau seperti ini, mending aku cuci tangan dari tadi. Ketika aku ingin berbalik menuju keran air Kean menarik lenganku yang mengambang lurus di udara.

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang