Part 28: Rasa Malu Yang Haqiqi (Revisi)

116 15 1
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya

Selamat membaca

***

Kean meraihku tampa peringatan. Tangannya yang berada di pinggangku menarikku dengan lembut mendekat padanya saat dia menghisap bibir merahku. Dia dengan ringan menghisap bibirku untuk melemaskan otot – ototku yang tegang karena tindakannya. Sejujurnya aku tak tau harus berbuat apa. Disisi lain, Kean mengambil langkah berani saat aku masih belum sadar dari keterkejutannku.

Dia malah menggunakan lidahnya untuk memperdalam ciuman. Aku bisa mencicipi rasa anggur yang pahit dan buah segar dari mulutnya. Dengan ahli dia menggulung lidahnya di dalam mulutku. Bermain main dengan lidah, gusi dan gigiku.

Apa yang terjadi?

Kenapa dia tiba-tiba menyerangku. Mataku langsung terbuka begitu Kean berhenti. Dia menatapku, lalu dengan cepat menggulung kembali lidahnya sambil mempertahankan kontak mata dengannku.

"Kenapa kamu begitu terkejut?" ucapnya. Suaranya serak dan dalam, membuatku takut jika Kean tiba – tiba menyerangku lagi tampa peringatan. Saat aku melihat mata Kean yang semakin lama tumbuh menggelap. Alarm di otakku langsung berbunyi, menuntut kewaspadaan.

"Bukankah aku sudah peringatkan Micha, jangan terlalu kentara... Kamu mempersulitku." Katanya sambil mengusapkan jempolnya dipipiku yang sudah terasa semakin panas sejak kami melakukan kontak mata tadi.

"Cobalah untuk menyembunyikannya sebanyak yang kamu bisa. Jika aku merasakannya, itu hanya membuatku ingin menembusnya."

"Hah?" aku berkedip dengan wajah bodoh. Sama sekali tak mengerti kemana arah pembicaraan Kean barusan.

Tapi disisi lain, Kean malah semakin mendekat, merapatkan tubuhnya padaku. Membuatku kembali gugup dan bergerak mundur.

"Kamu terlihat gugup. Terkadang ketakutan seperti ini membuatku ingin memenuhinya."

"Aku tak gugup, apa lagi takut," sergahku segera.

Berbeda dengan apa yang aku katakan, kakiku kembali melangkah mundur begitu Kean mendekat kearahku. Senyum geli muncul diwajahnya. Lalu dengan cepat matanya menatap nakal pada wajahku yang memerah karena malu.

"Oh, Benarkah?" sindirnya, masih dengan wajah nakal.

"Berapa kali aku peringatkan Micha, cobalah untuk menyembunyikannya sebanyak mungkin. Jangan membuat ekspresi wajah seperti ini. Jika kamu melakukannya, itu hanya membuatku ingin menggodamu lebih banyak. Dan mungkin itu akan sampai pada titik tidak bisa dihentikan..." katanya dan kembali meraih pinggangku.

Mataku membesar karena tindakannya yang begitu cepat. Kean tertawa puas melihat ekspresiku. Dan mulai menciumku sekali lagi. Dengan lembut dan manis. Kakiku sudah lemas karena tindakannya. Sehingga tak sanggup lagi menopang berat tubuhku. Aku menelan nafas gugup.

Kean dengan ringan mencium bibirku. Lidahnya dengan lembut merusak bagian dalam mulutku. Dia perlahan lahan berjalan masuk dan menyentuh gusi serta sisi pipiku. Saat Kean berhenti, aku merasa bisa mengambil nafas lega. Tapi dengan cepat dia mengganti posisinya dan mengunci bibirku lagi. Aku terkejut dan menatapnya heran. Kean menatapku geli melihat mataku yang membulat sempurnya karena tindakannya. Aku bisa merasakan senyum bertengger dibibirnya saat dia kembali menciumku.

Setelah dia puas melahap bibirku. Kean mendengus geli dan mengusap bibirku yang kesemutan karena ulahnya.

Lalu sebelum aku protes karena tindakannya. Suara beberapa orang yang mendekat kearah kami menggangguku. Aku langsung menyeret Kean menjauh dari balkon. Bersembunyi dibalik pilar besar yang ada di balkon. Aku tak ingin membiarkan orang lain melihat kondisiku seperti ini. Apalagi terlihat berduaan dengan Kean. Wajahku masih merah karena malu.

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang