Jangan lupa vote and comment nya ya.
Selamat membaca,
Chocomellow.
***
Acara resepsi pernikahan Mbak Alya berlangsung meriah. Aku menjauh dari Kean yang terlihat tenggelam dengan para bos besar di ujung ruangan. Setelah kejadian lipstick di bibir Kean, aku melarikan diri ke rombongan Mira dan Edra yang sedang mengobrol dengan Dimas dan Mbak Meli. Karena tak sanggup lagi melihat wajah Pak Casey dan Pak Ardi yang tersenyum geli melihat tingkah Kean padaku.
Sambil mengunyahi es batu yang tersisa di gelas, aku menatap Kean dari tempatku berdiri. Mataku memancarkan leser, siap membunuhnya kapan saja jika dia tiba-tiba ditinggal sendirian. Kean sesekali masih melirik kearahku. Sementara Pak Ardi dan Pak Casey serta beberapa orang disekitarnya menatapnya heran. Lalu saat mereka sadar kemana arah tatapan Kean, mereka tertawa jemawa padaku. Dengan rasa malu yang bercokol dihatikku, aku mengunyah es batu hingga menimbulkan derakan yang keras. Menyalurkan rasa malu dan dendam pada Kean yang geli melihat tingkahku.
Sementara aku sibuk menyorot Kean tajam, empat orang disekitarku menatapku penuh tanda tanya. Belum lagi tingkahku yang seperti kesal dan geram dengan sesuatu hingga mengunyahi es batu seperti itu. Semakin membuat mereka berempat penasaran.
Aku kembali memasukan es batu ke mulutku. Gertak. Gertak. Gertak.
"Kunyah dengan lembut. Kalau lo makan seperti itu, gigi lo bisa patah," kata Dimas. Aku menoleh kearahnya. Lalu memasukan kembali es batu ke dalam mulutku, tak mempedulikan keprihatinannya pada gigiku yang mungkin patah malam ini.
Dimas mengambil gelas dari tangaku. Kemudian menggantinya dengan sepiring cheese cake.
"Makan ini," ucap Dimas. Dia menyodorkan sendok padaku.
"Gue nggak pantas makan ini," jawabku dengan wajah ditekuk lemas. Lalu menyerahkan piring cheese cake padanya dan kembali mengambil gelasku yang masih berisi es batu.
"Sekarang kenapa lagi?" Dimas menatapku bingung. Aku hanya menggelengkan kepala, lalu kembali mengunyahi es batu yang masih tersisa banyak.
Lalu suasana kembali tenang. Mbak Meli melirik aku dan Dimas yang masih terdiam. Lalu kembali menatap pada Mbak Alya dan pasangannya yang ada di depan.
"Lo udah ngucapin selamat ke Alya?" tanya Mbak Meli. Mendengar itu, aku menoleh kearah Mbak Alya yang tersenyum bahagia malam ini. Begitu berbeda dengan sikapnya yang menggila beberapa bulan ini.
"Belum. Lo gimana Mbak? Lo udah kesana?" tanyaku sambil mengarahkan tatapan pada Mbak Alya yang masih meladeni tamu-tamu yang berbaris untuk bersalaman dan mengucapkan selamat padanya.
"Gue juga belum. Ah, gue juga pengin cepat-cepat nikah...." Aku menoleh kearah Mbak Meli yang mengerang tak berdaya.
"Gue juga, Yang sabar aja, nanti ada waktunya," jawabku.
"Apa lagi gue Mbak, mama gue udah kayak cacing kepanasan liat gue nggak pernah bawa perempuan kerumah," kata Dimas. Edra dan Mira tersenyum mendengar rengekan Dimas.
"Sabar ya Dim." Mbak Meli melirik Dimas memberikan dukungan.
"Re, lo mau nggak gue ajakin blind date?" ajak Mbak Meli. Aku menoleh kearah Mbak Meli dengan tampang putus asa.
"Nggak usah mbak. Dari pada kacau. Gue nggak pintar membaca karakter seseorang. Gue ini... sampah." Ucapku dengan sedih dan tak berdaya di akhir kalimat. Lalu menoleh kearah Kean yang masih berdiri di samping Pak Casey. Dia melirikku. Membuatku menggigit es batu semakin keras dan cepat.
"Lo kenapa sih Re? Lo nggak bakal makan itu es batu seperti sekarang kalau lo nggak lagi kesal dan gelisah. Jadi apa yang terjadi?" Dimas kembali menatapku penasaran. Mengetahui kebiasaanku kambuh lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous
RomanceHai, namaku Adresia Michael Polliton. Hiduku awalnya biasa biasa saja, hingga aku dipindahkan ke kantor pusat dan bekerja sebagai sekretaris dari bos lucknut. Keano Adrana Shagufta. Pria bengis. Berhati dingin. Si Perfeksionis yang minta di di kun...