Part 58: Tiba-Tiba Lamaran?

106 6 1
                                    

Empat bulan berlalu semenjak hasil rapat dewan direksi diumumkan. Aktivitas kantor kembali seperti semula, tak ada perubahan. Lembur dan jam makan yang tak teratur kembali menghantuiku. Aku dan Kean serta anggota tim Pak Myer harus sering bolak balik Jakarta-Bali untuk memantau kondisi pembangunan disana. Baru sebulan yang lalu, pembangunan sudah memasuki 80% dari kata selesai, sehingga pekerjaan tak lagi sebanyak sebelumnya.

Kean masih sering mengadakan rapat mendadak untuk memantau perkembangan beberapa departemen. Sambil memperhatikan Kean yang sedang bermain basket bersama Raka, Denis dan Dimas. Aku memilih duduk di sudut lapangan dengan bubur kacang hijau yang menemani tontonan menarik dari para laki-laki itu. Beberapa wanita yang melewati lapangan terlihat melirik sekilas permainan mereka. Pagi ini, kami memutuskan untuk jogging di taman Kondominium Kean. Karena disini fasilitasnya jauh lebih lengkap dan suasanya juga jauh lebih mendukung untuk berolah raga.

Rencanan Kean juga akan mengajakku makan malam berdua. Setelah sekian lama kita tidak menghabiskan waktu bersama. Denis akan berangkat ke Bali siang ini, sedangkan Raka harus kembali ke Rumah Sakit. Dimas? Dia sibuk dengan acara kencan buta yang sedang gencar-gencarnya di atur oleh mamanya semenjak beliau mendengar aku sudah tidak jomblo lagi. Ketika seniorku mengatakan ini dengan wajah memelas meminta bantuanku, aku hanya menghadiahi tawa senang mendengar pengakuannya.

***

Kean mengadakan makan malam diatas Kondominiumnya. Segala macam menu sudah terhidang dengan tampilan yang menggugah selera. Sambil melirik Kean yang sedang mengambil sebotol wine, aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rooftop. Rooftop ini sangat luas, dan bahkan kemerlap kota terlihat jelas dari atas sini. Menikmati semilar angin dan wangi anggur yang ikut tercampur di udara karena Kean mulai menuangkannya ke dalam gelas. Laki-laki itu membuka dan menuangkan anggur bak bartender terkenal, aku terkekeh geli melihat raut wajah ekspresif yang dibuatnya.

"Kenapa tiba-tiba minum anggur?" tanyaku melirik Kean yang sepertinya bersemangat untuk menyantap minuman itu begitu laki-laki itu duduk.

"Hanya ingin saja, bukankah cuacanya bagus beberapa hari ini. Aku sudah menyimpan anggur ini cukup lama. Dan menurutku sekarang waktu yang tepat untuk meminumnya,"

Aku mengangguk setuju, cuaca memang sangat bagus beberapa hari ini. Selain itu, malam ini bintangnya juga bersinar sangat terang. Aku bertanya-tanya apa semua momen yang sangat indah ini dapat aku mengabadikannya menjadi sebuah lukisan?

Sambil mengihirup aroma anggur dan menyesapnya sebentar, aku kembali mengedarkan padangan ke arah lampu kota yang juga terlihat sangat cantik malam ini.

"Apa kamu suka pemandangannnya?" tanya Kean sepertinya dia memperhatikan semua gerak-gerikku sedari tadi.

"Mmm, ini sangat cantik," jawabku dan kembali menyesap anggur yang masih dengan setia ku pegang.

"Jangan hanya minum, kamu juga harus makan sesuatu. Beberapa hari ini kulihat nafsu makanmu tidak sama lagi. Apa ada masalah?" tanya Kean sambil menyodorkan steak kearahku.

"Tidak ada masalah, hanya nafsu makanku sedang menurun. Mungkin karena perubahan hormon," jawabku sekenanya dan mulai menusuk steak sapi yang sudah dipotong kecil-kecil oleh Kean.

Pria itu didepanku juga mulai menyuap makannannya. Kami mengobrol ringan tentang banyak hal selama makan.

Mulai dari Raka yang sepertinya sudah mendapatkan tentengan baru yang kece. Hingga Alexi yang sepertinya mulai merasa risih dengan Dimas menjalani kencan buta yang diatur mamanya. Kean hanya menanggapi dengan dengan bijak. Dan tahu jika kami tak bisa berbuat apa-apa jika itu sudah menyangkut hati.

Kean juga mengatakan bahwa kakek akan kembali ke Singapura bersama orang tuanya. Sedangkan Kenrick sedang sibuk merintis bisnis baru. Yaitu bisnis fashion. Aku sempat terkaget-kaget mendengar perubahan jalur bisnis Ken ini. Tapi sepertinya Kean tidak. Dia malah memandang ide Kenrick cukup menarik. Jadi dia hanya membiarkan saja, toh itu usaha adiknya.

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang