Kai memandang Jinhae dalam diam menatapnya lekat bahkan di tengah lamunannya, sedangkan wanita Oh itu yang sejak tadi menjadi objek utama dari Kai kini sukses membuatnya geram setengah mati.
Mendesah kasar lalu menoleh menatap penuh pada sosok kawannya itu dengan memicing tajam.
"Wae? Waeyo?" Bentak Jinhae mulai tak sabar.
Ayolah Jinhae sedang menikmati acara santainya menonton televisi tapi pria satu yang sejak tadi bersamanya di sana justru mengganggunya meski hanya berupa tatapan.
"Kau ini kenapa?" Tanya Kai bingung.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu, ada apa denganmu sejak tadi melihatku, ha?"
"Ah itu.. aku hanya mencoba membaca pikiranmu saja tadi.---lagipula kau juga tau kebiasaanku itu."
Jinhae memejamkan matanya menahan amarahnya sekali lagi. Kai adalah sosok pria yang sangat sulit untuk di tebak. Walaupun begitu Jinhae akui Kai adalah pria paling mengerti dirinya terlepas seberapa dekat dan lamanya mereka saling berteman.
Keheningan kembali menyelimuti keduanya. Jinhae yang sudah menonton televisinya lagipun tak menjadikan gadis itu tertarik lagi akan acara yang di tampilkan dalam layar kaca tersebut, bayangan akan sosok ayahnya sekali lagi mengusik ingatan juga keresahannya selama ini.
"Kai."
"Hem?"
"Jika Baekhyun benar-benar memiliki dendam pada ayahku dan ingin membunuhnya, apa yang harus aku lakukan?---kau juga tahu benar bahwa hubunganku dengan ayahku tak pernah sejalan. Haruskah aku melindunginya sekuat tenaga di saat aku membencinya?" Tanya Jinhae tanpa menolehkan kepalanya menatap arah Kai.
Sedangkan pria Kim itu yang sejak tadi memandang gadis Oh itu hanya bisa menatap sendu terlalu bingung untuk memberikannya jawaban yang mungkin saja mampu membuat gadis itu tenang.
"Sehun.---kau seharusnya berbicara jujur dengan kakakmu itu mengenai hal ini. Tidak benar jika kau melakukannya sendiri."
"Malam itu Baekhyun tidak membunuh Yerim."
Kai menegang mengerjapkan matanya mencoba untuk tetap bersikap tenang, "apa maksudmu?"
"Ada seseorang yang membunuh Yerim malam itu dan Baekhyun melihatnya."
"Mwo?"
"Yerim tak pernah menceritakan hal apapun padaku tentang hidupnya dan Sehun pun juga diam.---apa kau pikir ini masuk akal? Bagaimana bisa mereka semua tak ada satupun yang mengatakannya padaku selama bertahun-tahun sedangkan mereka juga tahu Yerim adalah teman dekatku." Ucap Jinhae dengan suaranya bergetar menahan tangis.
Kai sendiri juga tak tahu harus mengatakan apa sebagai tanggapan. Ia sendiri pun belum terlalu yakin tentang hal yang ia ketahui dalam kasus kematian Yerim. Jika benar Baekhyun bukan pelakunya lalu siapa yang membunuh gadis Park itu?
××××
Baekhyun masuk ke dalam rumahnya pelan lalu mengganti sepatunya dengan sandal rumahan berjalan menuju arah dapur yang kemudian mengambil air minum dingin di sana dan meminumnya.
"Kau sudah pulang?" Tanya Jinhae yang baru saja keluar dari kamar sambil mengucir rambutnya asal berjalan mendekat.
Memeluk pinggang istrinya itu lembut dan mengecupnya sekilas sebagai sambutan.
"Kenapa belum tidur?"
"Aku kan sudah bilang jika aku akan menunggumu pulang."
Baekhyun tersenyum terkekeh geli yang setelahnya menuntun Jinhae itu duduk di sofa panjang di ruang tengah.
"Ada apa? Apa kau ada masalah dengan Chanyeol?"
Baekhyun menggenggam tangan Jinhae lembut dan juga erat mencoba tetap memberi kehangatan sebelum pada akhirnya ia mendongak menatap istrinya itu lekat.
"Berjanjilah padaku untuk selalu bersama. Seberapa besar kita memiliki dendam satu sama lain dengan tujuan berbeda jangan pernah untuk berpisah. Arrachi?"
Setelah mengatakan itu Baekhyun langsung merengkuh Jinhae memeluknya erat menjadikan wanita Oh itu hanya bisa terdiam mencerna setiap perkataan yang baru saja dirinya dengar.
"Baek, ada apa denganmu? Apa kau bertengkar dengan Chanyeol?"
Baekhyun terdiam, ia tidak tahu harus mengatakan apa pada Jinhae sebagai penjelasan. Untuk saat ini Jinhae tidak perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya karena Baekhyun juga tahu benar ini adalah masalahnya dan Jinhae hanya perlu percaya kepadanya.
🎀
"Ahhh...Baekh.. eunghh."
Desahan juga erangan yang telah lama tak Baekhyun dengar kini ia kembali mendengarnya dengan jelas dan dalam keadaan yang baik-baik saja.
Permasalahan mereka mungkin belum sepenuhnya selesai namun keduanya tetap sepasang suami istri yang telah resmi menikah berhubungan intim seperti ini sudah seharusnya mereka lakukan sebagai rutinitas kewajiban keduanya.
Hentakan kuat dan cepat mengikuti tempo menjadikan Jinhae tak kuasa menahan desahan meski dalam pagutan ciuman yang panas. Cengkraman tangannya pada bahu kokoh Baekhyun yang berada di atasnya terus membuatnya menggila.
"Akhh.. ahhh.."
Lenguhan panjang keduanya justru menjadi hal awal baru untuk ronde selanjutnya.
Giliran Jinhae yang memulai pertama membalikkan posisinya menjadi atas dan kembali menggerakan pinggulnya mencari kepuasan.
Suara penyatuan tubuh keduanya bagai alunan musik yang terdengar di kala sunyi terselimuti dinginnya malam. Gairah yang sempat tereda kini kembali membara bergejolak juga semakin panas.
Jinhae mendongak melepaskan pagutan bibir keduanya yang sempat saling melumat menikmati pergumulan panas ini yang entah sudah berapa lama mereka lakukan karena yang pasti Baekhyun ataupun Jinhae tak pernah menyianyiakan waktu berharga semacam ini disaat mereka sendiri pun sulit untuk melakukannya.
Melupakan sejenak luka hati dan niatan keduanya melampiaskan segalanya pada permainan ranjang mereka yang tak pernah tak memuaskan.
"Ahh.. ahhh.. eunghh."
Sampai di ujung puncak kenikmatan yang mereka ciptakan untuk yang kesekian kalinya dengan sigap pun Baekhyun membalikkan posisi tubuhnya menjadi di atas sang istri, bergerak semakin cepat lalu menggeram bersama dengan mendesah panjang sebagai akhirannya.
"Gomawo." Bisik Baekhyun sambil memejamkan mata dan memeluk Jinhae erat.
Sedangkan Jinhae yang sempat menganggukkan kepalanya mulai menyamankan dirinya pada pelukan hangat suaminya itu sambil melamun.
"Aku ingin segera mengetahui kebenaran yang sebenarnya terjadi dan menghentikan semuanya lalu kita hidup bahagia layaknya sebuah keluarga.---bisakah itu terjadi Baekhyun?" Ucapnya dalam hati.
××××
BRAK!!!
Sehun membuka pintu ruangannya dengan kasar menggeram penuh amarah. Memukul mejanya kasar menatap tajam ke arah luar dari jendela kaca di sampingnya sambil menghela nafasnya kasar.
Tendernya gagalnya, perusahaannya tengah kacau balau sekarang. Berjuang mati-matian dalam kurun waktu berbulan-bulan menyiapkan segalanya dengan baik justru hal tak terduga yang ternyata ia dapatkan sekarang.
"HAISH!!!"
Tok.. tok..
Ceklek
"Maaf tuan Oh jika saya mengganggu, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda sekarang." Ucap sekretarisnya itu memberitahu.
"Siapa?"
"Tuan Park Chanyeol."
To be continue..