MATURE CONTENT
FLASHBACK
Setelah Baekhyun pamit untuk pulang sejenak mengambil keperluan beberapa pakaian juga barang yang dibutuhkan selama Jinhae di rawat di saat itulah wanita Oh itu membuka matanya menoleh pelan menatap arah Sehun, kakaknya itu yang sedang menelepon seseorang dengan membelakanginya.
"Nde algetsemnida." Ucapnya terakhir sebelum kemudian mematikan ponselnya lalu berbalikkan badannya memandang arah ranjang dan terkejut setelahnya.
"Jinhae!!" Teriaknya spontan berjalan mendekat.
"Oppa."
"O! Oppa di sini. Bagaimana? Apa ada yang sakit? Oppa harus panggil dokter du---"
Saat itu juga cekalan tangan Jinhae menahan kakaknya itu pergi sukses membuat Sehun menatapnya bingung juga sendu.
"Gwenchana.---ada yang harus aku katakan pada oppa."
"Mwonde?"
"Malam di mana oppa sampai di Korea setelah meninggalkanku di Jepang, apa itu karena ayah? Apa ayah yang menyuruh oppa untuk kembali?" Tanya Jinhae menggebu. Semua pertanyaan ini selalu terpendam dalam pikiran mencoba mendapatkan jawabannya.
Sehun bungkam, ekspresi wajahnya seketika berubah. Ada ketakutan, marah juga penyesalan entahlah, karena yang pasti Jinhae harus menemukan jawabannya segera.
"Aku akan memberi ijin oppa menemui ayah jika oppj bisa mengatakan semuanya padaku apa yang sebenarnya terjadi malam itu." Ucap Jhnhae sekali lagi mempertegas diri mencoba bernegosiasi.
Raut wajah Sehun berubah, gigitan bibir yang pria itu lakukan sukses membuatnya kini berpikir keras terlebih pada apa yang adiknya itu tawarkan.
"Malam itu aku sungguh tak berniat pergi kemanapun karena kelelahanku yang baru sampai rumah dari bandara. Malam itu juga tengah hujan deras tapi ponselku penuh akan panggilan ayah. Aku menelponnya kembali karena aku khawatir jika terjadi sesuatu tapi ayah justru memintaku untuk datang ke sebuah alamat yang sudah ia kirimkan padaku lewat pesan. Aku tak berpikiran apapun saat itu dan ketika aku sampai tujuan kedua mataku benar-benar melihat bagaimana ayah menembakkan pistolnya ke arah Yerim tepat setelah gadis itu keluar dari dalam mobil ayah."
"Mwo?"
"Aku sungguh tidak tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi sebelumnya dan apa niat ayah sebenarnya membunuh Yerim malam itu dengan kejinya. Dan setelah kejadian malam itulah aku tak pernah mau mengingat kembali insiden mengerikan terutama menceritakannya padamu."
Tangan Jinhae mengepal dengan menahan tangis pilunya mendengar kenyataan yang selama ini dirinya tak ketahui sama sekali padahal ia adalah kawannya selama sekolah dulu.
"Dan oppa tak merasa bersalah apapun meski berusaha melupakannya? Bahkan kau juga tak mengatakan apapun padaku padahal oppa juga tahu Yerim adalah sahabatku. Wae? Wae oppa?!!" Marah Jinhae dengan sorot matanya yang tajam.
"Aku melindungimu dari ayah."
Jinhae diam memicingkan matanya dengan tajam berusaha untuk paham.
"Sesungguhnya ayah selalu menyewa Yerim untuk melayaninya di setiap malam. Hal yang selama ini tak pernah ingin aku katakan padamu karena aku tahu kau akan mengamuk jika kau tahu. Aku putus dari Yerim karena ayah juga dan segala ancaman yang ditujukan padaku di saat aku belum memiliki kuasa apapun untuk melawan adalah penyesalanku.---jika kau bertanya mengapa Yerim di bunuh ayah aku hanya bisa mengatakan ini---"