Part 8

1.3K 70 0
                                    

"Hanum...kayaknya itu ya?" Tanya Bu Ratih menunjuk ke luar rumah saat mobil Andre sedang mencari posisi parkir.

Hanum yang sedang mengenakan hijab di wajahnya kemudian mendongakkan kepalanya berusaha melihat keluar dari tempatnya,"Iya bu."

"Kalau gitu kamu sama Azka keluar gih."

Hanum segera menyelesaikan model pashmina di kepalanya. Setelah kembali memandang cermin untuk memastikan hijabnya telah rapi ia menggandeng Azka dan menuntunnya keluar rumah menemui Andre, mereka berdiri di pintu pagar dengan Azka di depan badan Hanum.

Andre yang mengenakan kaos polo berwarna navy, celana panjang krem dan sepatu pantofel kulit berwarna coklat keluar dari mobilnya dengan wajah yang tersenyum.

Hanum ikut tersenyum memandang Andre, pantas banyak wanita yang berlomba mencuri perhatian Andre, terutama dengan paras dan penampilannya yang sangat menawan dengan setelan biasa seperti ini.

"Susah nggak mas cari alamatnya?" Tanya Hanum saat Andre sudah berada di hadapannya.

"Nggak kok." Jawab Andre, lalu ia memposisikan badannya jongkok sejajar dengan Azka. "Ini pasti Azka"

Azka mengambil tangan Andre dan menciumnya sebagaimana yang diarahkan Hanum, lalu menatap Andre datar, "Om yang mau jadi ayah Azka?" Tanya Azka.

"Iya betul, boleh nggak om jadi ayah Azka?"

"Mmm tapi om bener bakal jagain Azka sama munda?"

"Insya Allah, tapi om izin dulu mau nikah sama bundanya Azka ya?"

"Om galak kaya munda nggak?"

"Apa sih Azka..." Hanum sewot mendengarnya.

"Hmph.." Andre tertawa "memang bunda galak ya?"

"Iya munda suka galak." Kata Azka yang membuat Hanum makin mengernyitkan dahinya.

"Tapi pasti bunda galak karena sayang Azka."

Hanum tersenyum simpul.

"Udah yuk mas masuk dulu."

Hanum, Azka dan Andre memasuki rumah.

"Assalamualaikum" sapa Andre.

"Waalaikumussalam." Jawab semua yang ada di dalam rumah.

"Ooh ini tho Mas Andre..." Pak Wawan mengulurkan tangan ke arah Andre dan langsung disambut oleh Andre yang mencium tangannya. "Jalanan lancar tadi mas?"

"Alhamdulillah lancar pak."

"Ya ya ya, yuk silahkan duduk mas." Pak Wawan dan Andre duduk di ruang tamu sementara Hanum dan Bu Ratih menyiapikan minuman di ruang makan.

"Num, kamu ke depan aja, temenin, biar ibu yang bawa ini."

Hanum mengangguk dan langsung berjalan ke ruang tamu saat Pak Wawan menjelaskan silsilah keluarganya ke Andre.

"Jadi Mas Andre saya sudah dengar dari Hanum mengenai niat Mas Andre yang ingin meminang Hanum."..."Yaa jujur saya senang mendengarnya tapi juga kepikiran kok bisa Mas Andre membuat pilihan ke Hanum."

Andre tersenyum mengangguk.

"Tapi saya paham lah, yang namanya cinta kan nggak memandang apapun, betul ya Mas Andre?"

"Iya pak." Jawab Andre sambil tertawa kecil.

Bu Ratih keluar dari ruang makan dengan membawa minuman beserta camilan ke ruang tamu.

"Kalau kami, sebagai orangtua dan keluarga Hanum, kami menyerahkan semua keputusannya pada Hanum. Mungkin kami hanya bisa memberi saran aja baiknya ke depan bagaimana."

Andre mengamati setiap perkataan Pak wawan dengan seksama.

"Baik jadi Mas Andre kira-kira mau datang kesini dengan keluarga kapan, kami serahkan saja ke Mas Andre."

"Ya pak, sebelumnya saya terima kasih sudah diizinkan untuk melamar Hanum, terkait datang dengan keluarga saya dan Hanum sudah membicarakan juga, saya akan datang dengan keluarga dari adik ibu saya, karena orangtua saya sudah tiada sejak saya SMP."

"Oh iya Mas Andre saya sudah dengar dari Hanum, jadi Mas Andre memang dirawat dengan keluarga dari almarhum ibu ya?"

"Ya pak. Alhamdulillah mereka sudah menganggap saya anak mereka sendiri, jadi kalau ada apa-apa saya memang selalu ke mereka."

"Ya...syukurlah Mas Andre jadi tidak kesepian ya.

"Ya Pak." "Mmm...Mungkin saya akan datang 2 minggu, supaya sebelum tugas ke Australia saya sudah mengikat Hanum."

"Oh gitu ya. Memang kapan mas berangkatnya?"

"Kurang lebih 1 bulan lagi pak, karena saya yakin Hanum pun paham keadaan di kantor akan jauh lebih sibuk beberapa waktu ke depan sampai saya berangkat"

"Mm..berapa lama mas disana?"

"Sekitar 2 minggu pak."

"Ya ya ya kalau begitu boleh nanti kami siapkan...Kalau untuk acara pernikahannya sendiri kira-kira sudah ada obrolan?"

"Kalau itu saya sudah ngobrol kemarin ke Hanum apa tidak masalah kalau 4 bulan dari sekarang?"

"4 bulan lagi ya... hmm..." Pak Wawan dan Andre mengangguk. "Memang niat baik harus disegerakan ya mas" 

"Ya pak, saya nggak mau keduluan orang lain."

"Wah...Mas Andre ini...kamu bagaimana Hanum?" Tanya Pak Wawan.

Hanum memandang Pak Wawan lalu menoleh ke arah Andre yang berada di sampingnya tanpa berkata apa-apa.

"Biasanya Mas Andre, kalau perempuan diam itu tandanya iya mas." Kata Pak Wawan bercanda membuat Andre ikut tertawa kecil sambil memandang Hanum.

Dari luar rumah terdengar suara mobil datang.

"Nah itu kakak pertama Hanum Mas Andre, mereka tinggal di Bandung sengaja datang mau kami kenalkan ke Mas Andre."

"Oh iya pak."

Pertemuan berlanjut dengan mengenalkan keluarga Hanum hingga mereka makan siang bersama.

Setelah itu Andre pamit kepada semua keluarga Hanum untuk pulang, Hanum dan Azka mengantar Andre menuju mobilnya.

Andre berjongkok mengambil posisi sejajar dengan Azka,"Nanti Azka main sama om ya?"

"Bener ya om" kata Azka antusias, setelah itu Azka langsung berlari ke dalam rumah tak sabar bermain dengan sepupu-sepupunya.

"Terima kasih ya mas, sudah menyempatkan datang kesini." Kata Hanum.

"Mas yang harusnya berterima kasih Hanum, kamu dan keluarga mau menerima mas kesini."

Hanum mengangguk.

"Hanum kalau besok mas ajak kamu ke rumah Mama Ina kamu mau? Kita ajak Azka juga."

"Iya Mas" Kata Hanum sambil mengangguk.

"Oke besok mas jemput jam 10 ya."

***

TOUCHED (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang