Part 9

1.2K 64 1
                                    

Hanum tampak mengatur nafasnya saat mobil Andre berjalan, mereka menuju rumah Mama Ina, panggilan akrab Andre ke adik almarhum ibunya yang mengurus Andre semenjak orangtuanya meninggal. Kedua telapak tangan Hanum saling meremas satu sama lain menghilangkan rasa gugup yang menyelimuti badannya. 

Tidak mudah bagi Hanum untuk kembali mengenalkan dirinya ke 'calon mertua' barunya, karena dulu dengan orangtua Rio Hanum pun tidak pernah dekat, mereka amat membatasi diri dengan Hanum, meski tidak pernah ada masalah diantara mereka. Entah karena apa tapi Hanum pun seringkali merasa tidak disukai orangtua Rio. 

Hanum sesekali melihat keluar jendela, berharap mobil Andre tidak pernah sampai di tujuannya hari ini.

"Mas, gimana ya nanti pendapat Mama Ina tentang aku?"

"Mm..mama pasti suka sama kamu."

"Ya...tapi gimana kalau mereka nggak setuju dengan pernikahan ini? Kayanya terlalu banyak faktor yang bisa dijadikan alasan untuk mereka nggak setuju, tentang Azka mungkin? " Kata Hanum menunduk sambil menghela nafas beratnya. 

Andre melihat Hanum yang makin gelisah memutuskan untuk menepikan mobilnya. 

"Mas sudah cerita tentang Azka, dan mama menunjukkan keberatan ko. Kamu belum ketemu Mama Ina, tapi mas yakin dia pasti suka kamu." Hanum masih belum bisa mengkondisikan rasa gugupnya. "Hanum..." Andre melihat tangan Hanum, dengan ragu ia menggenggam tangan Hanum. Dingin. "Kita kesana, bukan untuk meminta persetujuan mereka, tapi hanya mengenalkan kamu ke mereka. Keputusan untuk menikahi kamu itu adalah pilihan mas, mereka nggak bisa ikut campur hal itu. Oke?"

Hanum mengangguk dan mengolah nafasnya kembali dengan benar dan Andre kembali menjalankan mobilnya. 

25 menit kemudian mobil Andre memasuki perumahan Synthesis Residence yang membuat Hanum memprediksi mungkin mereka akan sampai di rumah Mama Ina.

Benar saja, mungkin hanya sekitar 5 km dari pintu masuk perumahan tadi Andre menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah besar dengan pagar yang tinggi. Andre membunyikan klakson mobilnya sekali, tak lama kemudian datang seorang pria berumur 30 tahunan berlari dan membuka pagar supaya mobil Andre bisa masuk.

Andre telah selesai memakirkan mobilnya, lalu menoleh ke Hanum.

"Yuk." Ajak Andre.

Hanum mengangguk, keduanya lalu keluar dari pintu masing-masing. Hanum kembali memastikan penampilannya rapi mengenakan rok plisket coklat susu senada dengan atasan batwing yang dihiasi bunga-bunga kecil dipadu dengan hijab pashmina berwarna krem di jendela mobil, sementara Andre mengeluarkan kotak bingkisan berisi pie susu yang dibuat Hanum dan adiknya dari bangku mobil belakang lalu berjalan menuju tempat Hanum berdiri.

Andre tersenyum menatap Hanum, rasa gugup Hanum tampak manis di matanya. Itulah yang membuat Andre menyukai Hanum, saat mengamatinya di kantor.

***

Flashback Andre's POV

Siapa bilang aku mau menjadi duda se lama ini? Tapi entahlah aku merasa seperti malas untuk menjalin hubungan yang baru. Wanita-wanita yang mendekatiku selama ini rasanya belum ada yang benar-benar membuatku ingin memilih untuk menjadi pendampingku lagi.

Belum lagi cerita pernikahanku dulu dengan Celine selalu jadi bahan pembicaraan hangat di kantor, padahal terhitung baru sebelum aku pindah ke departemen busdev ini, tapi semua bertingkah sebagai orang yang paling tau masalah perceraianku dengan Celine. Ternyata di kantor terpasang telinga di tiap lantainya. Tapi aku memang malas ambil pusing, dan merasa tidak perlu untuk klarifikasi apapun, toh semua sudah berakhir.

Aku benar-benar tak tertarik dengan wanita-wanita yang suka flirting saat bertemu denganku, yang berusaha mengorek tentang diriku atau literally menggodaku. Dan tak sadar ini sudah tahun kenamku menduda dan semakin gila dengan hobi bersepedaku, berusaha meredakan birahiku walaupun sebenarnya tetap tidak terbendung, hingga terpaksa kulakukan solo(19+) dirumah, kamar mandiku jadi saksinya.

Lalu aku melihatnya, dengan penampilan yang sederhana namun ia tampak ayu, tak sengaja beberapa kali bertemu dengannya di pantry kantor, pagi hari saat hanya ada kami berdua yang sudah datang. Parasnya mungkin kalau kutebak berusia sekitar 27 atau 28 tahun, tingginya kurasa tepat di jawline ku, matanya kecil dengan wajah yang agak bulat dan chubby.

Awalnya kami hanya bertemu secara kebetulan, pada akhirnya aku memutuskan untuk datang di jam yang sama dan menuju ruanganku melewati pintu yang tak jauh dari pantry untuk sekedar melihatnya, walaupun sebenarnya sebagai kepala departemen sudah ada lift khusus dari tempat parkir mobil atau lebih tepatnya tempat parkir sepedaku.

Seringkali ia tampak memakai rok dan kemeja serta hijab dengan warna-warna pastel, yang sangat matching dengan badannya yang berisi namun mungil. Dan pagi ini aku sedang berada di hadapannya yang sedang membuat teh, sambil kuhilangkan rasa hausku dengan meminum air di tumblr yang baru saja kuisi.

"Duluan pak." Katanya, dan kujawab dengan anggukan dan senyuman.

Hanum namanya. Akhirnya aku tahu namanya karena saat ini departemen ku dan departemen Mba Herna atasannya sedang berkolaborasi untuk mengurus tender Fremantle dari klien di Australia, dan aku akan menjadi perwakilan kantor selama 2 minggu acara inti di Australia.

Sepertinya benar asumsiku, dia memang tidak seperti wanita lainnya yang pernah kutemui. Dia friendly dengan orang-orang yang baru dikenalnya dan sopan dengan orang yang lebih tua namun tidak bersikap berlebihan.

She has the modesty.

Semakin hari aku semakin tertarik dengannya, rasanya aku ingin bertemu dengannya setiap hari. Dan akhirnya aku memiliki kesempatan itu, marena beberapa kali dia harus bekerja di ruanganku, tentu aku sangat senang, hingga akhirnya aku dan dia pun semakin sering bertegur sapa, namun ia tetap memberikan batas wajar yang membuatku jauh dari kata risih saat berbicara dengannya.

Lalu aku mengetahui tentang kehidupan aslinya, kalau dia sudah punya anak ... tapi tanpa suami!!

Maksudku, God, what did you do this girl? Rasanya aku ingin menjatuhkan gelas kopiku saat mendengar bahwa ia ditinggal suaminya yang wafat 3 tahun lalu dengan anaknya yang baru berumur 3 tahun?!

Dia bukan wanita biasa, sekarang aku paham mengapa ia tampak lebih dewasa dibanding teman-teman kerja yang usianya lebih tua darinya walaupun dia adalah yang termuda, dan ia tampak bijak dalam berhubungan dengan orang lain. Apakah itu yang membuatku akhirnya tertarik?

Semakin hari keingintahuanku kepadanya semakin menagih, seringkali ku andalkan informasi dari Mba Herna yang tidak sadar aku mengarahkan topik hingga tertuju padanya. Lalu untunglah Mba Herna meminta dia untuk banyak andil di project tender ini, Hanum seringkali diminta bekerja bersamaku membuatku dapat bertanya lebih banyak tentangnya.

I want her, I want her so bad... Aku ingin melihatnya tersenyum aku ingin lihat dia bicara, aku ingin lihat dia marah, menangis. Rasanya aku semakin gila padanya, aku ingin menjaganya, aku ingin memiliki hatinya, aku ingin berada di dekapnya, dan aku ingin melihatnya tertidur di ranjangku.

Apakah ini waktu yang tepat? Tapi kalau tidak sekarang, lalu aku harus menunggunya bersama pria lain? Tapi apa ia memiliki keinginan untuk menikah lagi? Nothing to lose! Aku akan melamarnya.

***

TOUCHED (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang