04. Awal?

1.4K 138 54
                                    

Votmen nya gratis kakak 😉

"Aku akan menjadikan ini awal dari perjalanan cerita kita."

Happy reading ✨

Motor milik Lingga berhenti didepan sebuah rumah dengan gerbang kayu coklat dan tembok yang di chat berwarna abu-abu muda, dan putih mendominasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor milik Lingga berhenti didepan sebuah rumah dengan gerbang kayu coklat dan tembok yang di chat berwarna abu-abu muda, dan putih mendominasi. Rumah minimalis yang ada di pertengahan perumahan.

Kaina langsung turun dari motor begitu Lingga menghentikan motornya. Meskipun sedikit sulit karena tubuhnya yang pendek sedangkan motor milik Lingga lumayan tinggi. Kemudian Kaina beranjak pergi begitu saja. Tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.

"Kai!" panggil Lingga.

Kaina menghentikan langkah kakinya yang akan segera membuka gerbang.

"Apa? Ngomong cepet." tutur Kaina.

"Kesini dulu." Lingga mematikan mesin motornya, kemudian membuka helm fullface yang dia pakai.

"ck." Kaina berdecak kesal. Tapi dia tetap menghampiri Lingga. "Apa?"

Lingga diam. Tidak tau dorongan dari mana, tangannya terangkat mengelus surai rambut Kaina. Entah mengapa Kaina tidak mengikat rambutnya hari ini.

Kaina tertegun menerima perlakuan seperti itu dari laki-laki didepannya.

"A-apa?" mendadak jantung Kaina berdetak lebih cepat dari biasanya. Seperti habis lari maraton aja.

"masih gak nyangka. Gua bisa ketemu Lo lagi." Lingga tersenyum, kemudian mengacak rambut Kaina gemas.

"A-apa sih. Gajelas banget." Kaina langsung menepis tangan Lingga yang masih bertengger di pucuk kepalanya.

Lingga terkekeh gemas. "Lo masih marah sama gua?" Lingga mengubah posisinya. Dari yang duduk di atas motor sekarang hanya bersandar di motor sport miliknya.

"Ya Lo mikir lah Lingga! Gua nunggu Lo dari jam setengah tiga, dan Lo baru dateng jam empat lewat. Terus Lo berharap gua biasa aja gitu!" Kesalnya.

"Masih aja Lo ya. Gampang marah." Lingga melipat kedua tangannya didepan dada.

"Terserah deh, mending pulang aja sana. Tau jalan keluarnya!" Kaina menunjuk jalan keluar dari perumahannya.

Perasaan Kaina sekarang benar-benar kesal kepada laki-laki didepannya itu. Bukannya meminta maaf atas kesalahannya, dia balah menyalahkan dirinya dan mengatakan bahwa dia cepat marah.

"Kalo keseringan marah, ntar muka Lo Cepet tua tau." Lingga mengacak gemas rambut Kaina.

Karena badan kaina yang tidak terlalu tinggi. Itu membuat dirinya terlihat lucu karena dia harus mendongakkan kepalanya untuk berbicara pada Lingga.

"Lingga ihh!"

"Kaina." Kaina memutar tubuhnya saat mendengar suara familiar menyapanya.

Seorang wanita paruh baya dan laki-laki muda berdiri di ambang pintu gerbang, dengan senyum mengembang di bibir mereka berdua.

Lingga [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang