Jangan lupa pencet bintang nya dulu 🌟
Happy reading 🔥
Hening, keadaan ruang ujian Lingga benar-benar sangat sepi. Tidak ada suara apapun yang terdengar di dalam ruangan ini sekarang. Bahkan sekarang orang yang biasa berceloteh pun tutup mulut fokus mengerjakan lembar ujian mereka.
"Waktunya kurang 15 menit lagi." ucap pengawas ujian, yang sedari tadi terus berkeliling.
"Jangan tergesa-gesa. Kerjakan dengan teliti!" pengawas itu lanjut berkeliling.
Lingga berkali-kali membuang nafasnya lelah saat tidak tau jawaban dari soal yang akan dikerjakannya. Waktu sudah kurang 15 menit lagi, dan masih ada lima soal yang belum dia kerjakan.
Ditambah lagi matanya yang ngilu akibat menatap layar komputer dalam waktu yang lama.Waktu terus berjalan. Sampai akhirnya bel berbunyi. Menandakan ujian pada hari ini sudah selesai.
"Baik, waktu sudah habis. Silahkan simpan jawaban kalian dan meninggalkan ruangan."
Ruang ujian mendadak ricuh setelah mendengar ucapan dari guru pengawas mereka.
"TENANG!" titahnya.
"Ayo, cepat keluar."
Setelahnya mereka semua satu persatu mulai keluar dari ruang ujian. 2 jam itu lama. Tapi 120 menit terdengar sangat singkat untuk mengerjakan 100 butir soal.
"Gimana-gimana? Lancar?" pertanyaan dari Aris langsung menyanbut Lingga dan Dika. Kebetulan dia tidak satu ruangan dengan mereka berdua.
"5 soal terakhir gua gak yakin sama jawaban gua." jawab Lingga jujur.
"Sama, itu pertanyaan menjebak." sahut Tyan.
"Gua juga sama lagi." ujar Aris.
"Iya, sama." ucap Dika begitu ketiga temannya memperhatikan dirinya.
"Kalo lo Ram?" tanya Tyan.
"Apakah dari muka gua terlihat gua bisa mengerjakan seluruh soal itu?" bukannya menjawab Rama malah balik bertanya.
"Jangankan soal terakhir. Baru baca soal nomer satu aja gua udah pusing." lanjutnya.
"Yaudah lah. Liat aja hasilnya nanti." ucap Aris merangkul Rama.
"Kantin, laper." ajak Dika. Yang disetujui oleh keempat sahabatnya itu.
Mereka berempat sudah sampai di kantin. Setelah memesan makan mereka mulai makan dengan lahap.
"Mau ayamnya dong!" pinta Tyan saat menyadari ayam di piringnya sudah tidak ada.
"Nih." Dika menjadi satu-satunya orang yang akan memberikan ayamnya pada Tyan.
"Makasih, Dika!" serunya girang.
"Eh," Lingga mengehentikan makannya. Begitupun dengan keempat temannya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingga [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] KARENA MASIH DALAM TAHAP REVISI, BEBERAPA BAB AKU UNPUB DULU👍🖤🖤 ⚠️ SEGALA SESUATU YANG TERTUANG DI DALAM CERITA INI ADALAH MURNI DARI IMAJINASI AKU SENDIRI ⚠️ JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT, DAN SUASANA ITU HANYA...