Bab 14

16 11 3
                                        

Seperti biasa setiap pagi Keysha memasukkan  perlengkapan sekolahnya kedalam tas dan tidak lupa juga membawa headphone milik ya yang tidak pernah lupa dia bawa. Walaupun biasanya Keysha jarang menggunakannya di sekolah tapi kali ini dia berinisiatif untuk selalu menggunakan ya setelah pelajaran selesai. Kenapa lagi kalau bukan karna Willy si super rese.

"Key, makan dulu" pinta Bintara yang sudah standby di meja makan. Kebetulan letak meja makan tidak jauh dari tangga jadi Bintara bisa melihat keysha yang sedang turun.

"Pah, Keysha udah telat. Nanti ajah di kantin ya pah" ucap Keysha dengan buru-buru.

"Lah, kan masih jam enam tiga puluh. Biasanya juga kamu berangkat jam delapan" ucap Bintara kebingungan melihat tingkah Keysha.

"Pak, nak Keysha sudah dua hari memang selalu cepat berangkat sekolah pak" tambah bi Wasti.

"Pah kan sudah Keysha bilang kalau Keysha mau jadi anak rajin" tukas Keysha membela diri sendiri.

Bintara hanya terkekeh saja. Ternyata setelah sekian lama putrinya ini bisa berubah juga jadi lebih baik. Tidak sia-sia Bintara menyayanginya selama ini.

"Yasudah, tapi kamu harus benaran makan di kantin ya nanti".

"HM, iya pah. Keysha pamit ya pah, bi" Keysha langsung berjalan keluar dan memasuki mobil yang sudah di siapkan pak Harto.

"Pak, saya bawa mobil sendiri saja" pinta Keysha setelah melihat pak Harto sudah standby di dalam mobil untuk mengantarkannya.

"Tapi non, pak Bintara kan belum izinkan nona nyetir mobil sendiri" ucap pak Harto khawatir.

"Tidak, saya bisa sendiri ko pak. Lagian udah izin sama papah" ucap Keysha meyakinkan. Keysha tidak ingin pak Harto datang lama-lama menjemputnya sekolah. Makanya dia memilih untuk membawa mobil sendiri. Dari pada Willy terus memaksanya untuk barengan dengannya, mending Keysha langsung mempersiapkan yang dia butuhkan.

"Oh, baik non" pak Harto mengizinkannya meski sedikit khawatir.

Keysha tersenyum dan langsung masuk kedalam mobil. Dengan penuh percaya diri Keysha membawanya. Sebenarnya Keysha tidak meminta izin kepada Bintara. Kalau Keysha minta izin pastinya Bintara tidak akan memberikannya. Keysha minta maaf pah batin Keysha.

Sesampai di kelas Keysha mencari keberadaan cowo gila yang selalu menggangu hidupnya. Tetapi Keysha tidak menemukan di mana batang hidungnya saat ini. Syukur lah, setidaknya Keysha bisa lega sebentar sebelum ia datang.

Beberapa menit kemudian kelas sudah mulai dipenuhi murid kelas XI IPS 1, tapi entah kenapa Willy belum juga datang. Secara tidak sadar Keysha terus melihat ke arah pintu memastikan Willy sudah datang atau tidak.

Jam pelajaran sudah mau di mulai dan tetap saja sosok Willy belum juga datang. Kemana anak itu? Keysha terus membatin. Ada rasa tenang dan ada juga rasa penasaran di hati Keysha.

"Selamat pagi semuanya" ucap Bu cinta. Bu cinta selalu hadir setiap pagi untuk mengecek kelas itu karena dia sebagai wali kelas di kelas XI IPS 1.

"SELAMAT PAGI BU" ucap seluruh murid di kelas itu bersamaan tapi tidak dengan Keysha. Sudah menjadi kebiasaanya untuk selalu diam.

Bu cinta memeriksa semua ruangan kelas itu dan pandangannya terhenti di satu titik.

"Oh iya, ibu mau memberi tahu kalau Willy saat ini izin. Jadi sekretaris tolong di catat ya" pinta Bu cinta kepada vio selaku sekretaris.

"Baik Bu".

"Oke, ibu melihat kondisi dikelas ini baik. Ibu akan pergi dan kalian tolong jangan berisik. Tunggu guru pengajar kalian masuk".

"Aa, Bu"

"Iya key" bu cinta melihat Keysha yang sedang mengangkat satu tangan nya hendak berkata sesuatu.

"Mau nanya, Willy kenapa gak hadir Bu".

"Mm, katanya sedang ada urusan keluarga. Jadi dia minta izin tadi pagi ke saya melalui telpon" ucap Bu cinta secara rinci.

Keysha hanya ber o ria saja. Dan sepertinya memikirkan sesuatu. Begitu pun dengan Bu cinta yang tidak berlama-lama dikelas itu hendak keluar dari sana.

"Kenapa gue malah memikirkan si cowo gila itu. Kan hidup gue sekarang jadi santai" batin Keysha memaksakan diri bahagia walaupun sepertinya dia keberatan untuk merasa senang. Entah kenapa.

_

"Apa yang mau anda sampaikan?"

"Tidak, saya datang hanya mengucapkan terimakasih saja pak Bintara. Tidak usah terlalu serius begitu. Saya jadi tidak enak sebagai tamu kamu" ucap Davin dengan tegar.

"Ku harap anda salah. Saya sangat menghormati tamu saya. Mm" Bintara mencari sekretaris nya. "Bu Mega tolong kamu buatkan secangkir kopi untuk tamu kita" pinta Bintara dengan santai sementara Davin hanya tersenyum saja.

"Baik pak"

"Saya salut pada mu" ucap Bintara datar dan melihat Davin dengan tegar.

"Sudah seharusnya memang seperti itu pak, kita bekerja dengan baik selama ini. Anda membatu saya dan begitu juga dengan saya membantu anda" tutur Davin dengan merasa bijak.

"Tetapi anda menjatuhkan ku"

"Bukan, saya tidak menjatuhkan anda pak Bintara. Saya hanya mengambil saham yang pernah saya tanam di perusahaan ini jadi jangan merasa saya menjatuhkan anda".

"Benar-benar licik" ucap Bintara pelan dengan keadaan bersandar di tempat duduknya dan jari yang menempel di dagunya. Begitu juga dengan raut wajah yang ingin sekali menghajar habis-habisan pria setengah baya di hadapannya. Tetapi Bintara tidak ingin membuat semuanya berantakan jadi dia hanya santai saja.

"Bapak mengatakan apa?" Tanya Davin penasaran dengan menatap Bintara serius

"Tidak penting. Lupakan!".

"Ini kopinya pak" ucap Bu Mega dengan profesional setelah itu dia pergi ke tempatnya semula melanjutkan pekerjaannya.

"Oh, iya saya pikir kamu jangan terlalu memikirkan Windy karena dia sangat nyaman dengan saya. Dan saya janji tidak akan melukainya".

"Saya tidak memikirkannya dan saya tidak menanyakan hal itu kepada anda" jawab Bintara dengan datar. Baginya pria di hadapannya adalah pria gila yang terlepas dari rumah sakit jiwa.

"Saya hanya memberitahukannya saja. Biar anda tidak menyimpan dendam kepada saya. Dan ku harap anda masih mengingat semua kebaikan saya padamu pak Bintara".

"Ya, saya selalu mengingatnya dan bukannya kewajiban seorang majikan untuk mengingat kebaikan para pelayannya dan akan membalas nya?"

Davin bingung dengan perkataan Bintara. Davin berpikir kalau Bintara merendahkannya saat ini. Davin berusaha untuk se-tegar mungkin karena dia juga sedikit berpikir kalau perkataan Bintara memang ada benarnya.

"Apa kamu menyimpan dendam terhadap ku?" Tanya Davin serius.

Bintara menatapnya sebentar dengan ekspresi datar tapi di hatinya berbeda kalau bisa jujur saat ini Bintara ingin sekali melaporkan perbuatannya kepada polisi.

"Saya pikir kamu pria yang bijak sana. Dan kuharap kamu bisa memikirkannya. saya akan menghadiri rapat saat ini jadi saya pamit dulu. kalau kamu masih ingin bersantai di ruangan saya silahkan". Bintara bergegas pergi. Davin merasa geram dan naik pitam dan berlahan Davin mengepal tangannya dengan kuat.

Love Not Wrong [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang