Diamond Park Chapter 01

13K 727 17
                                    

Dentuman musik menemani laki-laki ini yang masih berbalut pakaian kantornya. Manik gelap itu menatap beberapa perempuan yang menari di atas sana dengan lunturnya.

Gelas yang berisi vodka itu dimainkan dengan pelan. Rahang tegas itu membuat siapa saja terpesona namun sayangnya, laki-laki pemilik rahang tegas ini. Belum sama sekali terpikat dengan siapapun itu. Atau mungkin masa depannya masih belum datang padanya.

"Kau tak bermain malam ini?" Tanya laki-laki lain di sebelahnya. "Apa kau merasa suntuk?"

"Coba kau kunjungi jalangmu sana"

"Hai! Aku tak pernah bermain dengan perempuan di sini," Elaknya tengah mengelus paha mulus salah satu kaum hawa yang duduk di sebelahnya.

Decakan kecil keluar dari bibir tebal itu. Yang beranjak pergi dari sana meninggal kebisingan dunia malam ini. Pulang ke rumah bukanlah otofsi yang bagus malah kepalanya akan semakin pusing.

Tujuannya adalah apartemen mewah miliknya yang tidak jauh dengan bangunan bernama cust human. Walau dekat ia belum pernah datang ke sana.

Dari cerita yang ia dengar bahkan bangunan itu berisikan sejumlah manusia pemuas nafsu. Laki-laki ini sudah lelah menjadi manusia bejad sudah cukup waktu remajanya saja.

Di bukanya pintu apartemennya.

Kosong, gambaran pertama yang bisa dikatakan untuk keadaan apartemen laki-laki tinggi ini.

Beristirahat mungkin adalah pilihan yang cukup bagus. Karena besok ia harus bertemu dengan client dari Jepang untuk membahas projek pembuatan restoran di daerah kota Tokyo.

.
.
.
Pagi menjelang laki-laki ini sudah terbangun dan bersiap ke kantor. Cukup bersemangat tapi tidak ada rasa bahagia sama sekali, setiap berangkat ke kantor ia selalu melawat bangunan haram itu.

Tak ada niat untuk kesana sebenarnya. Namun rekam bisnis ada membicarakan tentang rencana akan membeli sebuah mainan disana. Banyak beberapa orang keluar masuk sana entah itu perempuan ataupun laki-laki, tua muda tetap sama saja.

Ada beberapa konsep yang sangatlah ia tidak pahami dengan bangunan aneh itu. Namun ia bersikap biasa saja karena tidak ingin membuat masalah.

Sekitar 30 menit sudah sampai di kantornya.

Banyak saja sapaan dari karyawan kantor namun ia enggan untuk membalasnya. Hanya melawati saja, tujuannya adalah ruangannya sendiri.

Sesampainya di ruangan kantor sudah ada sekertaris nya yang di pilih langsung oleh eomma nya sendiri. Senyum manis di berikan namun laki-laki ini malah terlihat sangat cuek.

"Selamat pagi Jisung-ah," sapa sambil berjalan mendekati sang atasan. "Kau tahu tadi malam aku datang ke apartemen mu tapi sepertinya tidak ada orang"

Sebenarnya ada tapi ia sudah masuk kedalam alam mimpi. Dan ia tidak ingin membiarkan perempuan ini masuk ke dalam apartemen, tempat privasinya.

"Oh, apa kau ada rencana untuk ke Jerman?aku sudah sangat lama tidak pernah kesana apa kabar dengan Jerman. Berbicara tentang Jerman bagimana jika kita kesana, apa kau mau??"

"Tidak"

"Ck, kau kenapa begitu kasar dengan seorang perempuan. Ayolah terbukalah sedikit saja apa sangatlah susah?"

"Kerjakan tugasmu"

"Kau tahu Park! Aku ada di sini karena kau jika bukan kau maka aku tidak akan ada di sini apa aku paham"

Alis laki-laki tinggi itu menukik tanda jika ia tidak senang dengan perkataan perempuan di depannya ini. "Jika karena aku. Maka segeralah pergi karena kau tidak menguntungkan"

Perempuan itu berdecak kesal sebelum keluar dari ruangan atasnya dengan kesal. Ia bersumpah akan membuat Park Jisung bertekuk lutut di hadapannya.










...
Dinginnya ruangan membuat laki-laki manis ini memeluk tubuhnya sendiri dengan kuat. Ia terus menangis karena ketakutan sudah beberapa kali ia melihat seseorang entah itu laki-laki ataupun perempuan. Di siksa, di lecehkan bahkan ada perempuan hamil pun tetap saja di siksa.

Matanya menatap kosong pada pintu yang terus terbuka dengan beberapa orang masuk dari sana. Ia berharap ada seseorang yang membawanya keluar dari sini.

Laki-laki manis ini tidak peduli jika ia di jadikan budak sex oleh orang yang membelinya. Di banding harus di setubuhi dengan semua laki-laki haus akan nafsu.

"Hikss tolong," gumamnya sudah merasa putus asa.

Berdoa, menangis itu saja yang ia lakukan di dalam jeruji ini. Mereka makan dua hari sekali, tapi ia sudah melewatkan makanannya. Karena makanan akan di letakan di tengah ruangan dan mereka akan berlomba-lomba mendapatkan makanan itu. Petisi sudah seperti bintang.

Malam itu tidurnya di temani dengan suara yang sangatlah menyakitkan.










TBC

Diamond ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang