Sehabis pulang dari mall tadi Chenle sudah mecoba beberapa baju yang ia pilih dan di bayar dengan laki-laki Park. Yang pergi ke rumah orang tuanya sebentar. Setelah mendapat telpon yang mengatakan jika eomma terjatuh di dalam kamar mandi.
Sekarang ia tengah berbenah untuk pakaiannya sendiri. Karena Chenle sudah menumpang di apartemen Jisung jadi harus sedikit sopan.
Habis berbenah ia langsung saja berjalan menuju ruang televisi untuk sekeder menonton biasanya saja. Ia tidak ada film yang ia suka yang biasa Chenle lakukan sebelum ia berada di sini. Adalah berdiam diri di perpustakaan toko sampai maghrib.
Di kabarkan jika model asal Cina sekarang sedang menjalani hubungan dengan CEO dari Korea Selatan. Dengan nama samaran Jsp yang masih belum di ketahui siapa sebenarnya Jsp itu sendiri
Tiba-tiba saja kepala Chenle menoleh dengan cepat saat mendengar kata model asal Cina. Ia teringat akan seseorang tapi itu hal mustahil sampai bisa berada di Korea seperti sekarang ini.
Tapi bisa saja karena Chenle sudah ada di dalam jeruji besi selamat 2 tahun lebih. "Apa itu beneran gege tapi tidak mungkin," hatinya mengusap wajahnya kasar.
Ada rasa takut yang luar biasa adanya namun ia tidaklah paham. Semakin kami usapan Chenle fi wajahnya berpindah ke arah bibirnya yang terluka.
Bayangan tentang keluarga tiba-tiba saja datang padahal ia sudah berusaha untuk melupakan semuanya. Seperti itu sangatlah mustahil untuk di lupakan seperti sekarang ini.
Tok
Tok
Tok
"Sebentar...!!" teriak Chenle berlari kecil ke arah pintu masuk dan membuka pintu pelan.
"Selamat sore apa tuan Jisung ada?"
"Ya! Kau sudah Jisung kenapa harus bertanya padaku di mana tuan Jisung"
"Hahahaha, mohon maaf nama saya Han Jisung bukan Park Jisung, apa tuannya ada"
"Tidak ada mungkin besok atau tidak tengah malam nanti Jisung akan pulang. Apa ada yang di titipkan untuk Jisung sendiri?"
"Ada," jawabnya cepat memberikan satu bingkisan dan surat di atasnya. "Tolong di tanda tangani di sini"
Sesuai perintah tanpa pikir panjang Chenle langsung saja mendedatangi apa yang di suruh oleh kurir manis itu. Setelah selesai langsung saja ia tutup pintu itu dengan sangatlah rapat.
Di taruh nya paket untuk tuannya di atas meja di depannya. Chenle tak berani masuk ke kamar Jisung tanpa sepengetahuan laki-laki tinggi itu sendiri.
Jam dinding sudah menunjukan angka 12 siang tapi batang hidung laki-laki jangkung itu. Tidak terlihat sama sekali seperti beliau akan menginap di rumah orang tuanya.
"Apa kabar dengan mereka di Cina sana," gumamnya merebahkan dirinya di sofa dan menarik selimut tebal itu pelan.
Memang Chenle tidur di ruang TV yang bersatu dengan ruang tamu. Apartemen ini besar tapi ruangannya hanya sedikit saja, ada sekitar 4 ruangan saja.
Pertama kamar hanya ada satu dan itu hanya ada kamar Jisung saja. Kedua dapur yang cukup besar untuk ukuran apartemen, bahkan ada kulkas 2 pintu. Ketiga ruang TV dan ruang tamu yang sangatlah luas. Keempat toilet yang Chenle gunakan untuk mandi.
Singkat cerita karena bosan atau apa, Chenle malah tertidur pas lagi dengan hari yang tiba-tiba saja hujan rintik-rintik.
.
.
.
Suasana tiba-tiba saja menegak setelah perkataan nyonya besar Park, secara otomatis adalah neneknya Jisung. Laki-laki tinggi ini menatap kesal keluarganya yang terlalu mengaturnya, sudah hidup di tangannya saja belagu."Bagimana Jisung-ah apa kau ingin? Dia sangatlah cantik untuk ukuran laki-laki sepertimu. Apalagi orang cina tidak ada yang tidak manis"
"Tidak!"
"Kenapa? Kau selalu menolak setiap laki-laki ataupun perempuan yang nenek pilihkan"
"Kalian itu sudah hidup di tanganku tidak harusnya mengatur calon istri dan aku tekankan lagi jika aku masih normal!"
Semuanya langsung saja terdiam mendengar perkataan Jisung barusan. Eomma Jisung sudah ketar-ketir takut jika anak semata wayangnya ini tidak memberikan ia uang lagi.
"Kau mau kemana?" Tanya nenek sambil menunjuk cucu dengan tongkatnya.
"Tentu saja pulang ke rumahku"
"Disana bukan rumahmu Jisung-ah! Disini rumah mu bukan apartemen bodoh itu s.k.a.r.a.n.g masuk kamarmu Park Jisung"
"AKU SUDAH LELAH DI ATUR OLEHMU!"
Teriak Jisung terdengar sangatlah prustasi akiba semua tekanan dan perintah dari keluarga.
"Berhenti menuntut diriku nek! Aku lelah aku ingin hidupku seperti diriku sendiri bukan aturan bodoh kalian semuanya!"
Bug
"Tidak tahu bersyukur!!!"
Tubuh Jisung terjatuh akibat pukulan tiba-tiba di punggungnya oleh tongkat neneknya.
"Ini hukuman mu karena kau berani menentang keluarga mu sendiri. Nenek akan terus memukul punggungmu sampai kau sadar akan kesalahanmu"
Appa Jisung menangis dengan diam melihat anaknya tersiksa disana. Ia tidak bisa menolong dengan keadaan seperti ini, tidak bisa berjalan, berbicara. Yang berfungi hanya telinga dan matanya saja.
Di setiap pukul yang Jisung terima doa Salam Maria selalu ia ucapan dengan lantang. Bahkan ia masih berani berteriak, didalam hidupnya tidak akan pernah takut.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Park
RomanceDiamond Park kata yang cocok untuk menggambarkan seorang bernama Park Jisung dengan segala kekayaannya. Hanya satu orang saja yang beruntung bisa mendapatkan Park Jisung. . . . Zhong Chenle laki-laki asal tirai bambu yang harus terkurung di dala...