Diamond Park Chapter 29

2.5K 202 8
                                    

"Eomma"

Di tengah keheningan rumah mewah milik Jisung. Wanita yang memegang nama ibu ini tersenyum ketika anaknya memanggilnya dengan lembut. Namun laki-laki Lee di ujung sana dapat menebak maksud lain dari kata lembut itu.

Dalam helaan nafas ia pergi meninggalkan keduanya.

"Ada apa nak?"

Jisung tersenyum samar. Ia duduk di hadapan eommanya. "Ku berikan kau dua pilih dan kau bisa meminta bantuan Wonyoung jika kau bingung"

"Pilihan apa nak?"

"Kau bisa memilih dari dua kotak berisikan kartu di dalamnya"

"Hahahaha, pasti permainan anak muda. Baiklah, eomma akan memilih kotak sebelah kanan dari Jisung"

"Baiklah"

Tangan besar laki-laki Park itu membuka kotak tersebut dengan kartu berwarna putih dengan tulisan di sana. Wanita itu menatap Jisung dan tulisan itu bergantian, meminta sebuah penjelasan yang tidak ia pahami.

"Yang jelas kau bisa membacanya"

"Bawa harta ini pergi dan kau akan aman." gumamnya pelan dan tampak bingung. "Apa maksudnya ini!"

"Kau harus pergi"

"Jisung bukannya kau sudah memaafkan eomma nak. Kenapa sekarang kau seperti ini??" bantahnya menatap Jisung tak percaya.

"Kapan aku mengatakan jika aku memaafkanmu"

Dengan cepat ia membuka kotak satunya. "Pergi dari sini bersama nyawa yang hilang"

Deg

"Kau???"

"Pilihanmu cukup bagus. Akan ku berikan waktu 5 menit untuk kau dan wanita penggoda itu pergi sebelum benda di tanganku melayang ke arahmu"

Ancam Jisung sambil memainkan pisau kecil miliknya. Tanpa pikir panjang ia langsung saja berlari ke lantai atas dengan keringat dingin.

Sesampainya di lantai yang atas. Ia langsung saja membereskan semua bajunya dan perhiasan miliknya. Serta barang-barang mewah yang dapat ia jual nanti.

"Kenapa?" Tanya Wonyoung penuh kebingungan.

"Kita harus pergi dari sini belum nyawa kita yang melayang"

"Apa maksudnya??"

"Jisung belum memaafkan kita sekarang kita harus pergi. Bawa barang-barang penting yang bisa menyelamatkan kita dari kemiskinan"

Tanpa basa-basi Wonyoung berlari pergi ke kamarnya. Membereskan segala barang-barang yang penting seperti di perintahkan.

Nafas keduanya tertahan. Berlari dengan tas yang penuh menuju mobil hitam milik Jisung. Yang sudah mereka berdua gak milikkan untuk keduanya sendiri.

Deru mesin mobil mengalihkan perhatian Jaemin yang baru saja pulang dari rumahnya ibunya. Matanya menatap bingung namun ia langsung saja masuk kedalam rumah.

Sesampainya di dalam hanya keheningan saja. Ada Jisung dan Verlan di ruang santai namun sepertinya keduanya tengah tertidur atau si daddy hanya memejamkan matanya saja.

Jaemin yang tidak ingin mengganggu waktu ayah dan anak itu langsung saja pergi. Ia masih berpikir tentang Chenle, bagimana kabar laki-laki manis itu sendiri.

"Le kapan aku bisa bertemu denganmu"













.
.
.
Mata laki-laki dominan ini mengerjap pelan merasakan sesuatu yang menimpa perutnya. Ia hanya ingat jika tadi ia memangku anak sulung yang tertidur.

"Dy!"

"Ah apa?" Tanya Jisung masih belum sadar 100%

"Dy na dada??"

"Huh! Dada?? Siapa dada harusnya baba sayang bukan dada"

"Dada!"

"Baiklah, Verlan bisa memanggil dada ataupun baba juga tak apa"

"Uuu dada!!!"

Laki-laki Park ini menghembuskan nafasnya pelan sebelum beranjak. Tawa anaknya timbul di pertengahan malam seperti sekarang ini. Sekarang jam sudah menunjukkan angka 11 malam.

Jisung mendorong pintu kamarnya dan Chenle. Terlihat istrinya yang sibuk menenangkan sang anak tengah yang tiba-tiba saja menangis.

"Sayang"

"Astaga Jisung! Kenapa kau bangun jam segini apa suarasuara Vano mengganggu"

"Tidak tapi anakmu yang satu ini merindukanmu. Biar aku saja yang mengurus Vano"

"Tak masalah"

"Apapun untukmu"

Chenle tersipu malu mendengar ucapan Jisung barusan. Dengan perlahan ia mengambil Verlan dari gendong sang suami dan membaringkan di sebelah adiknya sendiri.

Sedangkan Jisung berjalan ke arah sofa kamar. Sambil menenangkan tangis anaknya yang taklah main-main, turun dari Chenle memang beda.

Seperkian detik Vani tenang tiba-tiba menangis kembali seperti melihat mahluk astral saja.

"Jangan gila Jisung," gumamnya mengingat waktu ia masih di rumah sakit menunggu istri ini.

Terlihat indah di pandangan Jisung saat Chenle sudah terlelap dengan nyenyak nya. Lain halnya dengan dirinya masiy berusaha membuat anaknya tenang.

Memang keahlian Jisung hanya membuat Chenle mendesah nikmat di bawahnya saja:)














TBC

Diamond ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang