Diamond Park Chapter 04

6.7K 506 11
                                    

Sekitar jam 12 malam Jisung kembali ke apartemen dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Di liriknya ke arah sofa ada manusia manis tengah tertidur sambil memeluk kemeja kantornya.

Berjalan dengan pelan lah Jisung ke arah Chenle yang masih tertidur disana. Tangan besarnya dengan pelan mengelus puncak kepala itu, tubuhnya merosot ke bawah. Duduk di dekat Chenle sambil bersandar di sofa.

Tangan yang semulanya ada di puncak rambut Chenle kini beralih meremat rambutnya sendiri. Jisung benar-benar prustasi dengan hidupnya sendiri, percuma ia mendudukkan posisi orang terkaya di dunia ini. Tapi ia tidaklah bahagia benar kata kakeknya dulu uang dan kekayaan bukanlah segalanya.

Semakin lama rematan di rambut itu semakin kuat.

"Jisung," panggilan pelan dari arah belakang membuat Jisung tertegun sebentar sebelum menetralkan dirinya sendiri.

"Iya?"

Chenle yang sadar jika tuannya tidaklah baik-baik saja. Langsung ikut duduk di samping laki-laki yang menolongnya, apapun masalah Jisung ia harus menolongnya.

"Kau tidak apa-apa kan?"

"It's oke"

"Jisung apa kau lapar aku akan memanaskan makan malam yang ku buat tadi"

"Tidak usah nafsu makanku sudah hilang tapi..."

Pandangan laki-laki dominan itu melirik ke arah paha mulus tanpa luka itu. Tangannya dengan sadar begerak mengelus paha putih itu dengan diam.

Laki-laki manis yang sadar jika ia tidak memakai dalam hanya memakai kaus kebesaran saja. Langsung saja menghentikan pergerakan tangan Jisung dan bergeser menjauh.

"T-tuan"

"Don't call me tuan, naughty dolphin"

"Saya belum siap," cicitnya pelan.

Jisung yang mendengar itu langsung saja tertawa terbahak-bahak. Sungguh manusia di sampingnya ini sangatlah lucu, di tariknya tubuh kecil itu untuk duduk di atas pangkuannya.

"Aku hanya bercanda kenapa kau sangat serius menanggapinya"

"Aku takut kau menginginkan hal itu jadi langsung bergeser menjauh"

"Apa wajahku terlihat sangatlah bejad"

"Sangat! Wajah anda mirip dengan orang pedofil di luar sana"

"Ck, padahal umurku masih 27 tahun"

"Hanya berbeda tiga tahun saja??"

"Hmm"

Astaga Chenle hampir melupakan paket yang di antarkan dengan Han Jisung tadi siang.

"Sebentar Ji. Aku ingin mengambil sesuatu"

Cukup, membalikan badan saja Chenle sudah bisa menggapai paket untuk laki-laki di depannya ini.

"Apa?" tanya Jisung bingung dengan paket yang di serahkan untuk dirinya sendiri.

"Untukmu aku lupa menanyakan siapa yang memberikannya"

Jisung hanya menganggukkan kepalanya pelan saja. Masih posisi berpangkuan Jisung membuka paket itu. Alisnya langsung saja terangkan bingung waktu melihat jam tangan di dalamnya. Dan satu kaus berwarna biru laut dengan tulisan namanya disana.

"Dari siapa?"

"Entahlah tidak ada nama di sini," balas Jisung memakai jam tangan itu namun tidak cukup di tangannya."coba gunakan jam tangan ini apa cukup di tanganmu "

"Apa? Tapi ini untukmu"

"Gunakan saja. Jangan membantah"

"Baiklah"

Ternyata jam tangan itu sangatlah pas di tangan kecil Chenle. Di ambilnya kaos itu lalu memberikan pada Chenle,"gunakan ini besok"

"Baiklah"

Setelah mengatakan itu tiba-tiba saja tubuh terangkan menuju kamar laki-laki Park ini. Chenle yang memang penasaran dengan isi kamar Jisung, malah terlihat senang saja.












.
.
.
Keesokan harinya Chenle seperti biasa menjalankan hari-harinya tanpa Jisung yang berangkat berkerja. Hidup aman seperti membuat mood laki-laki ini tidak pernah turun selalu saja bahagia.

Balkon dapur apartemen Jisung yang tidak pernah di sentuh pemiliknya ini. Sudah sangatlah indah, bersih, rapi ya karena Chenle. Ia menanam aneka jenis bunga hias di sana. Ada satu kuris dan satu meja bundar.

Sangatlah indah sekali. Hari ini ia ingin mengelilingi satu unit apartemen milik Jisung. Siapa tahu ada hal yang sangatlah menarik. Pertama balkon dapur yang sudah ia ubah menjadi taman kecil di apartemen.

Kedua sepeda yang bisa di lipat dan tadi terganggu di toilet dapur. Chenle sudah menurunkan itu membersihkannya berniat ingin bermain sepeda. Tapi tinggi tidaklah sesuai ia takut jatuh menggunakan itu nanti.

Dan Chenle juga menambah tirai plastik yang bening dapat orang lihat kegiatan kita di dapur. Dari ruang televisi dan ruang tamu. Memang dapur apartemen Jisung tidak ada pintunya jadi Chenle berinisiatif lah membuatkan tirai itu.

Dan terlihat sangatlah bagus tidak terlalu mati suasana apartemen ini. Di meja di ruang televisi Chenle taruh buang yang hidup jika ada air. Dan bingkai foto Jisung masih kecil mungkin itu.

Ada lemari kaca, cukup besar sekitar ada empat persegi panjang. Di setiap persegi panjang ada sekitar lima kotak. Chenle pengen ngisi lemari itu dengan boneka atau barang-barang yang indah.

Namun uang saja ia tidak memiliki ingin meminta pada Jisung. Itu tidaklah mungkin sudah di beri tumpangan tempat tinggal malah ngelunjak.












TBC

Diamond ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang