Diamond Park Chapter 05

6.4K 511 35
                                    

Sore harinya sekitar jam 18:00 tepat Jisung baru pulang dari kantor dengan begitu banyak belanja di sisi kiri dan kanannya. Bahkan petugas kebersihan apartemen mereka membantu Jisung membawa ke unit apartemen mereka.

Ternyata dua kantong plastik di isi dengan bahan dapur, satu kantong plastik seperti pernak-pernik yang bisa kita buat menjadi gelang, kalung dll. Dua kantong plastik berisi sepatu dan sandal. Dua kantong plastik lagi berisi buku-buku cerita bermacam versi romantis, horor, misteri, pertualangan, manusia serigala, vampir dll.

Pokonya banyak lah dan Chenle hanya bisa ternganga saja.

Sebelum masuk ke kamar untuk membersihkan diri. Jisung sempet membisikkan kata yang cukup membuat wajah manis Chenle memerah.

"Lihat suamimu pulang"

Apa tidak meleleh Chenle mendengarkan hal itu.

Di rematnya baju kaus biru laut yang di berikan Jisung tadi malam. Merasa sudah cukup untuk ber- salting barulah Chenle berlari ke arah dapur membawa keranjang kosong. Untuk barang-barang kebutuhan dapur.

Setelah itu ia susun dengan rapi bahan yang harusnya berada di dalam kulkas. Dan yang tidak seharusnya ada di dalam kulkas, beberapa snack yang di beli Jisung ia taruh dalam lemari.

"Babe bisa ambilkan aku handuk...!!!" teriakan dari dalam kamar memberhentikan kegiatan Chenle tengah menyusun buku.

Memang ada rak buku sendiri Jisung buat. Sekitar ada tiga rak lah untuk beberapa buku yang di belikan laki-laki Park ini.

Mendengar teriakan itu Chenle langsung saja berlari masuk kedalam kamar dan menyerahkan handuk yang di minta. Selesai di situ? Enggak! Si Jisung malah narik tangan Chenle buat ikut masuk kedalam kamar mandi.

Untuk saja ya.

Waktu itu Jisung mandinya masih pakai celana tidak langsung full tidak memakai baju. Karena kaget si manis langsung saja reflek nutup matanya menggunakan handuk di tangannya.

"Jisung jangan kaya gini"

"Apa kau sudah mandi?"

"Chenle sudah mandi sebelum Jisung berangkat kerja tadi. Apa sekarang Chenle boleh keluar?"

"Tentu tapi berikan aku satu kecupan di sini," tunjuk Jisung tepat di depan bibirnya.

Chenle yang melihat arah tunjukan Jisung malah tersipu malu. Tubuhnya berbalik dan berlari kencang menuju tempat kedua ia merapikan belanja di bawakan Jisung tadi.

Tubuh panas dingin namun tidak ia hiraukan malah semakin sibuk dengan perkerjaan nya.

"Le"

"Iya?"

"Apa kau tidak membuat makan malam?"tanya Jisung menyadarkan Chenle.

" Astaga! Maafkan aku Jisung-ah sebentar akan ku buatkan kau ramen sebentar saja"

"Pedas"

"Baiklah"

Sibuklah Chenle di dapur meninggalkan Jisung dengan keadaan yang tidaklah baik-baik saja. Perkataan neneknya tempo hari membuat ia terpikir sampai sekarang.

Ada perasaan yang tiba-tiba datang dengan tidak jelasnya. Di dalam benak Jisung tidak rela meninggalkan satu manusia yang telah ia selamat kan ini. Perasaan bahagia dan senang setiap melihat wajah itu bahagia karena dirinya.

Sekuat apapun seseorang pasti akan menangis juga. Tetapi Jisung tidak harus menumpahkan keluh kesahnya pada siapa. Karena dirinya hanya sendiri, kakeknya sudah meninggal dunia

Ya berarti Jisung itu sendiri di dunia ini.











.
.
.
Hidangan yang uap panas yang begitu tebal sudah terhidang di depan Jisung maupun Chenle. Kini kedua manusia adam itu tengah makan dengan tenang walau uap masih begitu tebal.

"Bagaimana dengan keseharianmu?" tanya Jisung orang pertama membuka pembicaraan.

"Hanya membersihkan rumah saja"

"Itu saja?" Chenle menganggukan kepalanya pelan.

Laki-laki Park ini di buat gemas waktu melihat pipi yang semulanya sangatlah tirus sekarang sedikit berisi. Tangannya reflek mencubit pipi itu dengan sedikit kuat.

"Jisung pipi Chenle sakit"

"Maafkan aku sebab pipimu sangatlah berisi sekarang. Lebih banyak makan jika ingin sesuatu katakan saja"

"Gomawo"

"Makanlah aku sudah kenyang," unjur Jisung berjalan menjauh lebih tepatnya berjalan ke ruang televisi.

Chenle ya melihat masih banyak ramen di mangkuk Jisung langsung saja menghabiskan mie itu dengan cepat. Ia takut jika di tinggal sendiri di area dapur menurut Chenle sangatlah menyeramkan.

Selesai makan dan membersihkan peralatan makan dan masak. Laki-laki Cina ini langsung berlari ke ruang satunya dan duduk di samping laki-laki bongsor ini.

"Kenapa?"

"Tidak ada hanya ingin menonton bersama"

"Ingin menonton film horor?"

"Terserah kau saja aku akan mengikuti saja"

Jisung tau jika orang di depannya ini takut dengan hantu. Tapi ia ingin mengerjai manusia manis ini di tariknya pinggang kecil itu untuk duduk lebih dekat dengannya.

Keduanya menonton dengan hening. Kadang-kadang Chenle akan bergerak gelisah namun ia berusaha untuk menutupi rasa takutnya dengan cara memainkan tangan besar Jisung.

Ada urat yang menonjol keluar ia mainkan dengan pelan dari lengan sampai ke punggung tangannya tepat Chenle mainkan. Mencoba mengusir rasa takut di dalamnya.











TBC

Diamond ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang