Diamond Park Chapter 08

5.2K 411 7
                                    

Tiba-tiba saja Jisung mendapatkan telpon dari sekertaris jika ia harus berangkat ke London. Untuk menyelesaikan beberapa masalah yang terjadi pada perusahaan nya disana.

Chenle yang mendengar itu hal itu tentu saja merasakan hal sedih. Namun ia tidak ada hak untuk melarang laki-laki jangkung ini. Sampai pada akhirnya Jisung harus tetap berangkat ke London sekarang itu juga.

Sebelum pergi Jisung sempat berpesan untuk jangan keluar dari apartemen sampai ia pulang. Si manis hanya mengangguk saja tak ada guna keluar dari apartemen.

Singkat ceritanya Jisung sudah ada di dalam pesawat. Tapi naasnya harus satu pesawat dengan model asal Cina yang di jodohkan padanya.

Hawanya sudah tidak nyaman, sekertaris yang paham ingin saja bertukar tapi ia tidak ingin membuat keributan yang sangatlah panjang.

"Hai, aku kemarin ada datang ke apartemenmu tapi tidak ada orangnya"

"Hmm"

"Jangan terlalu dingin bukannya kita akan menjadi pasangan suami istri. Sangatlah indah," gumamnya pelan.

"Mimpi sekali"

"Mimpiku memang indah apalagi bersama denganmu aku menjelajahi mimpi itu sendiri,"godanya menatap penuh dampa pada si dominan."nanti sesampainya di London kita berjalan-jalan sebentar, bagimana"

"Sibuk"

"Kau sangatlah dingin apa kau tidak bisa membuka hatimu untuk sebentar saja"

"Dengan Huang Renjun!"suara beratnya sudah keluar perlahan."aku tidak menyukai laki-laki pemaksa seperti!aku sudah tidak peduli dengan kata perjodohan itu. Mau kalian menggelar acara mewah pun aku t.i.d.a.k akan datang"

Selesai berbicara seperti itu Jisung langsung berpindah tempat duduk di sebelah sekertaris. Ia tidak peduli dengan kata-kata neneknya nanti,Jisung bukan robot bagi mereka yang haus akan harta.

Beberapa penumpang ada yang sudah tertidur memang Jisung mengambil keberangkatan sore hari. Jadi saat di perjalanan sudah gelap mungkin sampai di sana sudah pagi.

Akhirnya ia memutuskan untuk memejamkan matanya lagi.











.
.
.
Mari kita lihat si kecil Zhong setelah di tinggal laki-laki Park itu. Jam sudah menunjukkan angka sore tapi ia masih belum beranjak dari balkon dapur.

Suasana yang sangatlah sepi malah membuat ia takut. Di usapnya ujung matanya yang tiba-tiba saja mengeluarkan air mata pelan.

"Chenle merindukan Jisung"

Kali ini ia tidak berbohong ia benar-benar merindukan laki-laki Park itu. Kenapa awan tiba-tiba saja mendung seperti ini, semoga tidak akan terjadi hujan badai seperti minggu lalu.

Untuk sebelum pergi Jisung sempat memberikan handphone pada Chenle. Dan ada kontak pemilik apartemen, Jisung sendiri dan asistennya. Chenle yang sudah bosan akhirnya masuk kedalam rumah karena cuaca memang dingin sekali.

Di dalam ruangan dengan penghangat ruangan yang sangatlah pass. Malah membuat matanya memberat namun ia tidak ingin tidur. Di bukanya handphone itu untuk melihat-lihat.

Ini kali pertama bagi Chenle, memang handphone setelah kejadian penjualan. Di buka aplikasi pesan untuk mengirimkan pesan pada seseorang yang tengah ia rindukan.

[Cepat pulang!]

Chenle yang melihat pesanannya malah tersenyum sendiri saking senangnya. Dan keinginan untuk tidurpun terwujudkan.

...
Sekitar jam 12 malam Chenle terbangun karena suara berisik dari handphone yang ada di atas kepalanya. Memang Chenle menaruh handphonenya di atas keningnya.

Diangkat telpon tanpa membaca sang pemanggilan.

"Iya halo," sapanya duluan dengan kantuk yang masih sangatlah katara.

"Ada yang mengirimkan aku pesan jika merindukanku. Apa benar...??"

"Kau!"

"Apa aku menganggumu?"

"Tidak!" aktif sekali sahutan anak manis ini."apa perkerjaanmu sudah selesai?kapan kau akan kembali ke Korea lagi"

"Hai sabar aku baru saja sampai dan kau sudah menanyakan kapan aku kembali"

"Karena aku merindukanmu"

"Tunggu satu minggu aku akan kembali"

"Xixixi aku akan menunggu Ji-ah"

Panggilan yang sangatlah lucu."baiklah tunggu aku disana,"samar-samar Chenle mendengar suara perempuan di sana.

Namun ia berpikir positif mungkin Jisung sendang fi luar.

"Kau dimana?"

"London"

"Ck, aku tahu itu tapi kau ada di mana hotel atau resto atau dimana"

"Aku di hotel bersama Ily, apa ada masalah"

Benar ternyata dugaan Chenle. Tiba-tiba saja hatinya berdenyut ngilu mendengar itu namun segera ia tepis. Karena Chenle tidak ada hak untuk mengatur Jisung untuk bertemu siapa saja.

"Aku tutup telponnya"

"Kau baik-baik saja?"

"Hmm"

"Kenapa? Jika ada yang salah beritahu mungkin aku bisa memperbaiki masalahnya"

"Tidak ada. Baiklah aku akan menutup telpon ini aku ingin segera tidur"

"Good night baby boy"

"Too"

Telpon benar-benar terputus dengan Chenle yang tiba-tiba saja merasakan hak sedih. Entah apa penyebab ia tiba-tiba saja merasakan hal itu setelah ber telponan dengan Jisung disana.












TBC

Diamond ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang