Diamond Park Chapter 22

3.8K 294 17
                                    

Awal bulan Desember, Chenle masih terbaring di ranjang rumah sakit. Malah keadaan sedikit memburuk tadi malam ia sudah beberapa kali pingsan dengan keadaan jatung yang lemah.

Jisung yang mendapat kabar itu tentu saja kaget dan takut, tetapi ia percaya pada Tuhan, Allah yang berkuasa pasti akan melindungi umat-Nya.

Jam makan siang, Jisung sudah ada di samping ranjang rumah sakit. Untuk menemani Chenle makan siang bersama seperti sebelum-belumnya.

Pengakuan tentang hubungan ia dan Renjun sudah Jisung jelaskan tanpa ada kebohongan sama sekali. Setelah kejadian pengakuan itu keadaan si manis sedikit tidak stabil tetapi kata dokter yang menangani Chenle. Itu bukan karena hal tersebut melainkan karena keadaan tubuh Chenle yang untuk mempertahankan kandungannya.

"Tadi Ji-ah melakukan apa saja?" Tanya sambil tersenyum lembut menerima segala suapan dari tunangannya ini.

Minggu pertama bulan Desember, Park Jisung mengikat Zhong Chenle dengan ikatan pertunangan. Hal itu membuat Chenle bahagia lalu keadaan membaik sampai kabar jika Baba nya meninggal membuat si manis semakin drop.

Teruntuk Jisung, Zhong Chenle sudah sangatlah bahagia!

"Tidak ada yang spesial aku hanya mengurus perkerjaan kantor saja, bagaimana denganmu?"

"Aku sempat membaca novel tetapi akhirnya sad ending sedikit membuat mataku memerah."

"Lain kali jangan aku tidak suka bidadari menangis dengan konyol"

"Xixixixi, maaf..."

Dua bungkus nasi sudah habis oleh keduanya. Rasa ayam goreng yang keduanya membuat Chenle ketagihan namun ia malu mengatakan, jika ia masih ingin. Bersyukur saja Park Jisung di beri kepekaan paling atas dengan Tuhan.

"Ingin sesuatu??"

"Tidak, menurut Ji-ah ayamnya enak tidak apa enak yang di Korea??"

"Kau ingin lagi?" Tanya Jisung sudah dapat membaca maksud dari Chenle barusan. "Kenapa tidak minta, hmm? Astaga apa anak daddy akan sama seperti baba nya suka malu-malu??"

"Aku masih lapar...!"

"Baiklah tuan Raja, hamba akan mengambil pesanan anda harap tunggu sebentar"

"Baik tuan pelayan"

Sedetik kemudian laki-laki Park itu berlari dengan laju menuju kantin rumah sakit. Ia sudah menduga jika Chenle akan meminta lebih jadi sudah Jisung siapkan.

Krek!

"Kenapa tuan pelayan sangatlah lama tuan raja hampir saja pingsan karena lapar:("

"Maaf tuan raja, tuan pelayan tersesat di lorong yang di buat oleh tuan doker"

"Lemah"

Keduanya tertawa dengan bahagia. Dan Chenle kembali memakan ayamnya dengan bantuan Jisung, karena tangannya masih menggunkan infus itu adalah nyawa bagi dua makhluk ini.

Karena Chenle tidak ada hidup tanpa ada alat-alat yang melekat di tubuhnya.

"Ji-ah tidak ingin? Ini sangatlah lezat aku harap Ji-ah merasakan juga"

"Jika aku makan maka kau tidak akan puas"

"Satu gigit saja boleh"

Yang berlaku sabagai submisif tersenyum manis sampai mata indah itu menyipit. Jisung yang melihat sampai di buat gemas, menangkup pipi sedikit mulai berisi kembali itu dan mencium seluruh wajah Chenle dengan cinta, bahagia, sayang, senang pokoknya full happy and love.











.
.
.
Ngomong-ngomong soal rumah. Chenle nanti akan tinggal di apartemen sederhana bersama Jisung sampai anaknya lahir, usia kandungannya sudah berjalan satu bulan lebih sangatlah menyenangkan.

Walau ada kata menderita.

Waktu berlalu kini matahari kembali ke posisi awal dan bulan yang menggantikan.

Tiba-tiba saja seorang suster masuk kedalam ruangannya bersama sang dokter. Mungkin jadwal pemeriksaan sudah tiba-tiba.

"Ada apa?" Tanya Chenle merasa kedatangan doket ini bukan untuk memeriksanya. "Apa terjadi sesuatu yang buruk??"

Keduanya diam malah semakin fokus dengan alat-alat di tubuh Chenle. Mereka sempat mendapatkan kabar dari salah satu suster yang mengantarkan susu kehamilan untuk Chenle barusan, memberikan informasi jika jantung Chenle kembali lemah.

"Apa anda merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuh anda??"

"Tidak semuanya baik dari tadi pagi keadaan tubuhku sudah mulai nyaman"

Kembali bertatap heran. "Siapa wanita yang sering berdiri di depan ruangan anda?" Tanya suster cantik itu pelan.

Si manis mengerutkan keningnya bingung. Untuk apa bibi Cerlyn berdiam diri di luar sana seharusnya beliau masuk saja.

"Mungkin bibi Cerlyn"

"Hah? Tidak mungkin seorang pemilik gereja tidak mengingat rambutnya. Dan di biarkan terurai begitu saja namun orang itu sangatlah manis"

Deg

"Tolong hubungi tunanganku." Mohon Chenle yang merasa tiba-tiba saja takut.

Doket yang melihat ketakutan Chenle langsung saja menghubungi laki-laki Park yang mungkin saja. Masih di rumah tengah bersiap untuk kesini.











TBC

Diamond ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang