Perlahan Chenle membuka matanya. Dan ia masih berada di dapur dengan posisi yang tidaklah elitnya. Ia mencoba bangkit dari acara pingsannya dan berjalan sempoyongan menuju ruang santai.
Rasanya ingin menangis mengingat sosok yang ia lihat tadi pagi itu. Tetapi semuanya sudah terlanjur Chenle tidak ingin mengambil pusing dan langsung kembali naik ke lantai atas menuju kamarnya.
"Aku rindu dengan Cina," gumamnya pelan.
Namun langsung saja ia tepis. Karena tidak ada lagi gunanya mengingat keluarga yang tidak memperdulikan dirinya. Bahkan tega menjual, itu sudah cukup membuktikan jika mereka bukanlah keluarga lagi.
Di liriknya handphone sudah menunjukan angka tujuh. Ia sudah terlambat untuk berangkat kerja sebenarnya tetapi dari pada tidak datang lebih baik datang saja.
Segeralah ia bersiap setelah mandi dan mengambil roti tawar ia langsung saja berangkat menggunakan angkutan umum. Rasanya sangatlah menyegarkan, di tambah dengan suasana yang cukup tenang.
Sekitar 5 menit Chenle sudah sampai di perusahaan megah itu. Dengan cepat ia masuk kedalam namun ia tidak akan berlari lantaran sekarang ia tengah berbadan dua.
Langkah terhenti waktu di hadang beberapa perempuan di depannya ini. "Bukannya ini laki-laki jalang itu?" hah!mereka bisa berbahasa Korea?
Sangatlah menakjubkan padahal wajahnya sangatlah mirip dengan orang Islandia."lalu masalahmu apa?"tantangan Chenle yang sekarang sudah mulai berani lantaran tidak ada lagi sosok pelindung itu.
"Kau berani melawan kami?ingat kau hanya OB di perusahaan ini. Tidak seharusnya kau berlaga seakan kau sangatlah berkuasa disini"
"Heh!asal kalian tahu kalian juga hanya karyawan biasa tidak ada yang spesial. Jika kalian tahu siapa aku mungkin kalian akan mengemis meminta di maafkan"
"Apa hubungan mu dengan persedir?"
"Ckckck, aku tidak akan memberitahu pada manusia rendah seperti kalian. Sampai jumpa calon istri dari persedir ingin pergi mohon jangan di ganggu"
Setelah mengatakan itu Chenle langsung saja berjalan dengan sombong. Menurutnya tidak ada yang perlu di takutkan dengan ketiga perempuan disana. Sesampainya di lantai paling, lantai khusus untuk persedir seorang saja.
Disana Chenle harus membersihkan semua ruangan yang ada disana. Hanya ada dua saja, ruang persedir dan ruang meeting. Tapi ia harus kerja sendiri. Mulai dari menyapu, lalu mengepel setelah membersihkan kaca.
Chenle membersihkan luar ruangan setelah itu membersihkan dalam ruangan. Saat membersihkan kaca jendela di dalam ruang persedir, Chenle mendengar ada suara langkah menuju ruang yang tepati sekarang.
Cklek
Coba kalian ada di posisi Chenle antara mau nangis sama teriak. Disana ada! Kalian bisa tebak aja siapa yang Chenle liat itu. Bahkan ya kain tipis yang ia gunakan untuk membersihkan kaca itu terjatuh.
Sedangkan orang yang ada di depan pintu cuma senyum simpel aja. Kek gak ada rasa bersalah sama sekali dengan laki-laki manis ini yang sudah di tinggal satu minggu lebih.
Kalian bayangkan aja. Seberapa kesalnya Chenle liat laki-laki tinggi pakai jas hitam dan dalam putih sambil minum kopi instan itu loh.
"Hai"
Dengar!
Dengan gampang ngomong kek gitu. Chenle yang sudah terlanjur kesal, marah, senang, juga sedih langsung saja berjalan keluar dari ruangan basar itu. Belum sempat Chenle benar-benar keluar tangannya sudah di tahan.
Bayangan pertama kalian apa?
Ciuman?
Pelukan?
Atau permintaan maaf?
Kata-kata mutiara??
Salah! Pokoknya salah besar. Jisung, laki-laki tinggi yang begitu Chenle rindukan malah naruh sampah kopi instannya di tangan kecil Chenle.
Mau tau Jisung berbicara kek mana? Jisung berbicara kek gini."di buang sampahnya ya OB manis,"selesai berbicara kek gitu ia langsung berjalan masuk dengan Chenle yang masih terbengong.
Chenle menatap sampah kopi sama laki-laki dominan itu bergantian. Karena kesal Chenle langsung saja melemparkan sampah kopi itu ke sembarangan arah, bersama dengan client Jisung datang. Menatap OB dengan wajah manis dan cantik itu dengan tatapan takjub, begitu berani melakukan hal seperti itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Park
RomanceDiamond Park kata yang cocok untuk menggambarkan seorang bernama Park Jisung dengan segala kekayaannya. Hanya satu orang saja yang beruntung bisa mendapatkan Park Jisung. . . . Zhong Chenle laki-laki asal tirai bambu yang harus terkurung di dala...