Sudah 3 minggu Chenle berada di rumah sakit, di harus tinggal di sana dengan beberapa alat yang menempel di tubuhnya. Di awal kehamilan ini ia harus di bantu dengan beberapa alat medis, jika tubuhnya sudah membaik ia akan di pulangkan.
Sedih?
Secara tidak langsung dapat di katakan jika kandungan Chenle tidak baik-baik saja. Selama 3 minggu itu Chenle sudah beberapa kali terpergok menangis dengan beberapa suster yang merawatnya.
Miris, kenapa kehidupannya tidak bisa seindah kehidupan orang lain.
Sekarang saja Chenle kembali menangis saat tubuhnya kembali di pasangkan alat yang baru. Kondisi janinnya semakin hari semakin lemah saja hal itu membuat Chenle takut.
Sudah beberapa kali dokter ataupun suster mengatakan untuk tidak cemas, takut, banyak pikiran hal itu membuat kandungan semakin lemah. Tetapi Chenle orang yang sangat lemah jika tidak sosok yang mendampinginya.
"Hikss ku mohon Tuhan kuatkan hambamu yang berdosa ini. Selamat anak-anakmu yang telah engkau titipkan pada hamba," suara parau Chenle memulai memecah sunyi malam di rumah sakit.
Bayangan tentang sosok yang membuat ia pingsan kembali datang, namun segera ia tepis.
"Sayang yang kuat ya. Baba nunggu dede loh masa dede tidak ingin melihat Baba di sini"
Kembali seperti biasanya.
Pandangan Chenle lurus ke arah pintu masuk. Waktu pintu bergerak sedikit,tiba-tiba perasaan takutnya mulai datang. Takut jika sosok menyeramkan itu kembali datang.
Deg
Tangisan Chenle kembali pecah tapi kali lebih nyaring dari sebelumnya. Orang yang ada di depan Chenle langsung saja memeluk tubuh kecil kesayangannya itu.
Suara tangis Chenle terendam karena wajahnya yang bersembunyi di dada bidang itu. Tangan besar itu mengelus pelan puncak kepala Chenle dengan lembut.
Si manis tidak bisa untuk sekedar duduk saja tidak mampu. Hanya berbaring saja yang ia lakukan dalam waktu 3 minggu ini, laki-laki itu memeluk dengan begitu eratnya sama hal dengan Chenle yang juga memeluk laki-laki itu dengan erat.
"Maaf.... maaf aku terlambat, sayang maaf. Aku bukan ayah yang baik untukmu dan anak kita, maaf"
"Ji-ah..."
Park Jisung dengan keberaniannya datang menemui sang pujaan hati. Dalam waktu 4 hari sebelum keberangkatan ke Islandia, laki-laki Park ini sudah mendapatkan informasi tentang laki-laki kecilnya.
"Ji-ah... Lele takut"
Jisung melonggarkan pelukan itu dan menangkup pipi yang semakin tirus itu. "Sayang dengar semuanya akan baik-baik saya jangan cemas, jangan banyak pikiran, jangan takut semuanya akan baik-baik saja. Percaya padaku semuanya baik tidak ada yang buruk"
"Hiksss..."
"Berhenti semuanya baik-baik saja Chenle-ya. Cukup percaya padaku saja ku pastikan dalam waktu 1 minggu semua alat-alat ini akan terlepas dari tubuh indahmu"
Mendengar perkataan Jisung cukup membuat Chenle tenang padahal waktu sudah menunjukkan angka 12 malam.
"Sekarang tidur, aku mencintaimu"
"Aku juga mecintai Ji-ah"
.
.
.
Suara keran, tetesan hujan yang jatuh dari langit membangunkan Chenle. Suara kicau burung membuat suasana hati Chenle sangatlah tenang."Semalam mimpinya cukup indah"
"Mimpi apa??"
"Hah!"
Chenle membola kaget waktu melihat Jisung! Park Jisung benar-benar ada di depannya sekarang ini. Suasana hatinya semakin membucah senangnya.
Dengan cepat Chenle merentangkan tangannya dengan semangat. Laki-laki dominan yang melihat itu langsung saja memeluk tubuh kecil itu dengan sayang.
"Manis ingin mandi pagi?"
"Tidak ingin rasanya masih sangatlah dingin"
"Baiklah." Pelukan terlepas karena Jisung ingin memakai bajunya.
Tunggu!
Ughh, sangatlah sexsi.
Dada bidang yang masih basah apa lagi tetesan air dari rambut jatuh ke dadanya. Jisung yang melihat jika si manis memperhatikan tubuhnya langsung saja menutup mata cantik itu.
"Ji-ah curang!!"
"Jangan nanti pengen belum boleh masuk"
Vulgar tapi Chenle suka.
Selesai memakai baju Jisung langsung saja memberikan sarapan yang telah ia ambil di kantin rumah sakit sebelum ia mandi tadi.
Bahagia!.
Masalah Jisung dengan Renjun, Chenle akan tutup mulut sampai laki-laki ini sendiri yang akan bercerita padanya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Park
RomanceDiamond Park kata yang cocok untuk menggambarkan seorang bernama Park Jisung dengan segala kekayaannya. Hanya satu orang saja yang beruntung bisa mendapatkan Park Jisung. . . . Zhong Chenle laki-laki asal tirai bambu yang harus terkurung di dala...