Part 9 | Fitting Baju

616 52 2
                                    

Assalamualaikum

Sebelum membaca ada baiknya tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen!!

Jangan jadi readers Silent nulis susah guys!!

Happy Reading!

****

Karena Zaid kesiangan mengharus ia ditinggal oleh kedua adiknya. Kini Zaid sarapan bersama dengan Ummah dan Abinya.

"Zaid berangkat dulu ya, Ummah, Abi," ucap Zaid setelah menyelesaikan sarapannya.

Zaid menyalami punggung tangan Arcelio setelah itu ia menyalami punggung tangan Khanza. Zaid mencium pipi Khanza secara bergantian, namun hal tersebut membuat Abinya menatap Zaid tajam.

Cowok itu tersenyum menunjukkan deretan giginya kepada Arcelio, "Hehe jangan marah Abi. Cuma cium masa gaboleh?"

"Gak boleh, karena itu istri Abi."

"Dasar Abi cemburuan banget, sama anak juga," cibir Zaid.

"Awas saja nanti kamu juga gitu kalau udah punya anak," sinis Arcelio.

"Gak akan Abi. Percaya deh sama Zaid."

"Dih, hati-hati kemakan omongan sendiri."

Khanza hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah suami dan anaknya tersebut. "Heh, udah. Kok malah bertengkar sih?!"

"Zaid nanti habis pulang sekolah mampir ke butik Ummah ya!" ucap Khanza. Emang Khanza mempunyai bisnis sendiri, yaitu usaha butik. Dan butik yang didirikannya bersama sang suami kini sudah bercabang dimana-mana.

"Mau ngapain Ummah? Ummah mau ke butik lagi? Ya Allah, Ummah kan Zaid udah bilang jangan kesana, nanti Ummah kecapekan kasian sama adek," cerocos Zaid dengan tangan kekarnya mengelus perut buncit Ummahnya.

Khanza menepuk pundak Zaid pelan, "Ummah cuma mau ngurusin baju pernikahan kalian. Khawatir banget kalau Ummah kecapekan," ucapnya seraya terkekeh.

"Pokoknya Ummah gak boleh kecapekan, titik! Udah ya, Ummah, Zaid berangkat dulu." Lagi dan lagi Zaid mencium pipi Khanza yang membuat Abinya langsung menepuk pundak Zaid.

"Dibilang gak boleh cium istri Abi, ngeyel banget!" sinis Arcelio.

"Iya, Abi, Iya. Zaid minta maaf."

"Zaid berangkat dulu ya Um--"

Khanza mencekal pergelangan tangan Zaid agar cowok itu tidak pergi, "Eh tunggu. Jangan lupa nanti ke butik Ummah ya, sepulang sekolah," titah Khanza.

"Iya, Ummah. Tapi Zaid sedikit terlambat ya, karena Zaid ada latihan basket," ucap Zaid.

"Iya, sayang. Yaudah sana berangkat gih!"

"Bye, Bye, Ummah, Abi. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

****

"Gila Id Lo beneran mau nikah?" pekik Fajar

Jam istirahat seperti ini Zaid dan kelima sahabatnya akan memilih kumpul di gudang belakang sekolah. Setelah Zaid memberitahu bahwa dia akan menikah membuat para sahabatnya terkejut tidak percaya.

"Ck, beneran gue," ucap Zaid.

"Kapan nikahnya? Biar gue bisa makan-makan nih," sahut Fijar.

"Otak lo keknya isinya makanan semua deh," celetuk Emir.

"Biarin, dari pada otak lo yang isinya cewek, cewek, dan cewek," sindir Fijar.

Emir menatap datar Fijar seraya berkata, "Sialan, gue mana kek gitu. Ono noh sih Fajar yang pikirannya cewek terus."

Z A I D (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang