Part 3 | Revberos

914 66 84
                                    

Assalamualaikum

Sebelum membaca ada baiknya tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen!!

Plis ya apa susahnya sih tekan tombol vote, tau nggak aku nulis ini tuh capek banget. Apalagi terkadang nulis itu kadang-kadang ada mood ada nggak. Jadi tolong lah hargai dikit perjuangan ku menulis ini!

Jangan cuma jadi readers Silent, yang menunggu cerita ini up dan cuma di baca.

Aku juga udah berusaha banget buat up seminggu dua kali, tapi aku gak bisa. Ya karena apa? Aku juga ada cerita lainnya dan aku juga up setiap seminggu satu kali, jadi aku harus adil gak boleh egois dalam up cerita.

Udah sekian dari saya, Happy reading!


****

Zaid kini telah sampai di markas Revberos, dan sekarang cowok itu duduk di kursi kebesarannya. Terlihat banyak sekali anggota Revberos yang datang ke markas.

Revberos adalah nama geng motor yang didirikan oleh Zaid dan kawan-kawannya, dengan jumlah 300 anak sekalian anggota inti. Geng ini sangat berbeda dengan geng motor yang didirikan oleh Arcelio, Abinya Zaid. Pasalnya para anak Revberos sering mengikuti balapan liar, tapi meskipun itu geng motor Revberos tidak suka cari masalah.

Seperti sekarang ini, Zaid akan mengajak para anak Revberos ke tempat balapan seperti biasa yang mereka kunjungi. Namun mereka tak kunjung beranjak dari markas ini, para anak Revberos menyempatkan main game sebelum pergi dari markas.

Mabar, itulah yang di sukai para anak Revberos kecuali Zaid, Aidan, dan Adzriel yang memang tidak suka sama game. Maklum mereka anak pinter, mau bermacam-macam apapun game mereka gak bakalan minat dengan game.

"Zaid, lo tau kan kalau Rival itu licik. Bisa aja tuh cowok bakal menangin balapan itu dengan cara liciknya." Ucap Adzriel tiba-tiba.

Zaid tersenyum miring, "Apapun rencananya, dia gak bakal bisa ngalahin gue." Ucapnya.

"Skil pembalap Zaid mana bisa diragukan. Sih bos mah, kalau naik motor kek setan. Gue jadi kepikiran entar kalau biniknya di bonceng." Ucap Fajar disela-sela bermain gamenya.

"Iya, juga ya. Gimana entar nasib biniknya?" Timpal Fijar.

"Ya, paling langsung masuk angin." Sahut Emir.

Ketiga cowok itu kembali menatap layar ponselnya, seraya jarinya tak berhenti menekan layar ponsel tersebut.

"Zaid kenapa Lo gak jadi pembalap aja?" Celetuk Fajar.

"Aneh aja lo, bisa di marahin Abi, gue jadi pembalap. Balapan ini, aja gue gak bilang-bilang. Lagi pula gue gak minat jadi pembalap, gue pengen jadi Ustadz." Ucap Zaid yang hanya bisa di dengar anggota inti Revberos.

"Ustadz kok masih bad boy." Sindir Aidan.

"Tau tuh sih bos."

"Fajar-Fajar kalau gede mau jadi apa?" Tanya Fijar.

"Maling!" Jawab Fajar ngegas.

"Ih, dosa tau jadi maling!"

Fajar tak menanggapi ucapan Fijar, cowok itu semakin terlarut dalam bermain game. Karena Fijar udah gak main game, ia berniat untuk menanyakan apa cita-cita mereka.

"Emir-Emir kalau gede mau jadi apa?" Tanya Fijar pada Emir.

"Mau jadi pacar kamu." Jawa asal Emir yang masih fokus bermain game.

"Ih, kok gitu? Gue masih normal ya, no belok-belok!" Ucap Fijar dengan wajah jijiknya.

"Yang mau sama lo siapa? Lagian gue juga masih normal, no belok!" Ucap Emir di sela-sela bermainnya.

Z A I D (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang