Part 24 | Bersamamu

627 39 1
                                    

Assalamualaikum para readers tersayang 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Assalamualaikum para readers tersayang 🤗

Kembali lagi nih aku, jangan lupa vote komen ramaikan yok!

Happy Reading 🫶🏻

****

Sudah lebih dari dua puluh menit Hafidzah menunggu Zaid. Zaid mengatakan kepada Hafidzah untuk menunggunya di parkiran, akan tetapi cowok itu tak kunjung datang. Mengundang rasa bosan pada Hafidzah.

Cukup lama akhirnya Zaid datang bersama gerombolannya. Zaid tertawa di sela-sela jalannya bersama dengan teman-temannya. Entah tertawa karena apa, mungkin saja tertawa karena lelucon yang di lontarkan oleh Fajar maupun Emir.

Hal itu membuat Hafidzah tak lepas pandang dari Zaid, tawanya manis hingga membentuk lesung di pipinya, tas ransel yang ia tenteng dengan satu bahunya dan yang membuat gadis itu terpesona adalah rambut panjangnya Zaid.

Aidan menyadari keberadaan Hafidzah. Ia menyenggol lengan Zaid dengan sikunya, dan menggerakkan dagunya menunjuk Hafidzah. Zaid menoleh mengikuti arah pandang Aidan.

Lantas Zaid berjalan cepat setelah mengetahui keberadaan istrinya di dekat motornya. Elusan pucuk kepala dilayangkan Zaid kepada Hafidzah.

"Udah lama?" tanya Zaid.

Hafidzah mendongak. "Lama banget. Iza bosan tauk!" ujarnya melengos seakan-akan marah.

"Maaf ya. Kakak habis ngumpul sama tim basket. Bentar lagi ada turnamen basket." Zaid menangkup pipi Hafidzah membawanya untuk menatap dirinya.

"Turnamen dalam waktu dekat ini itu?" tanya Hafidzah. Tangan lentik itu menurunkan tangan Zaid dan menggenggamnya.

Zaid mengangguk sebagai jawaban pertanyaan dari istrinya.

"Yaudah sebagai permintaan maaf Kakak, kakak ajak Iza jalan-jalan gimana? Kita cari apapun yang ingin kamu mau," ujar Zaid menatap lekat mata kekasihnya.

"Beneran lho ya!"

"Iya." Zaid terkekeh mengacak hijab Hafidzah gemas.

"Hm, berantakan Kak!" keluhnya membenarkan hijabnya.

"Sini Kakak benerin!" Zaid mendekatkan dirinya, kedua tangannya membenarkan hijab yang di kenakan Hafidzah penuh kehati-hatian.

"PULANG WOY PULANG!" teriak Emir melirik sinis pasutri itu.

"Kok panas ya? Fijar beli es yok! Di sini PANAS!" ucap Fajar sengaja menekan kata di akhir kalimat.

"Yok lah! Capek lihat orang bucin mulu!" balas Fijar tak mau kalah.

"Iri dengki itu tidak baik!" ujar Zaid.

Sialnya wajah Zaid yang menyebalkan membuat Emir ingin menimpukinya. "Apa aja tidak baik. Bahkan lo bucin dilihatin ke kita itu juga tidak baik!" balas Emir.

Z A I D (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang