Part 23 | Nongkrong

597 47 1
                                    

Assalamualaikum, para readers tercinta 💗

Mwehehe balik lagi nih aku. Halah!
Gak usah basa basi monggo di baca!

Happy Reading! 🤗

Happy Reading! 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Zaid terduduk lemas tak berdaya di kursi panjang, menopang dagunya pada tangannya di meja warung. Cowok itu sedang gundah gulana, mengingat istrinya yang ngidamnya ingin jauh-jauh darinya. Bahkan untuk mendekat saja istrinya sudah mual-mual. Malam ini Zaid sungguh tidak bisa tidur memeluk istrinya sebab Hafidzah menginginkan tidur bersama Zahira.

Disinilah Zaid berada. Di warkop mang Saepul bersama dengan teman lainnya. Zaid menyesap kopinya bersamaan memainkan ponsel. Sedari tadi cowok itu menatap ponsel terus menerus padahal satu notifikasi dari istrinya saja tidak masuk sama sekali.

"Ngapa tuh sih bos?" tanya Fajar menggerakkan kepalanya menunjuk Zaid.

Gelengan dan endikkan bahu Emir menjawab pertanyaan Fajar. Tak mendapat jawaban Fajar hanya merespon dengan mengedikkan bahunya acuh.

"Bos kena-why?" tanya Fajar menepuk pundak Zaid.

"Istri gue ngidam gak mau deket-deket gue," jawab Zaid tanpa minat.

"Ini nih! Definisi orang pintar bakal bodoh kalau udah kenal cinta!" ujar Fajar dengan sok taunya.

"Jadi bulol!" ujar Emir menyahuti.

"Serius deh rasanya nikah tuh gimana sih?" tanya Emir penuh rasa ingin tahu.

"Enak sih. Ada yang peluk kalo tidur." Zaid tersenyum jahil sengaja menggoda Emir dengan jawabannya.

"Sialan! Tau gitu gue nggak nanya."

"Salah lo, ngapain nanya?" ujar Zaid mengangkat wajahnya.

"Ya penasaran aja gue." Emir menggaruk dahinya. "Anu bos. Sebenarnya gue mau nanya sih, tapi nggak jadi lah. Takut di timpuk sama lo, gue," ujarnya melanjutkan.

"Kalau tanya jangan setengah-setengah blok!" sahut Fajar menimpuk majalah ke wajah Emir.

"Tidak baik membuat orang penasaran!" sahut Fijar mengikuti.

"Zaid jawabnya gak sesuai harapan. Apa yang di harapkan dari dia?" Emir melirik Zaid sekilas. Hanya sekilas karena takut tatapan tajam Zaid.

Emir menoleh. "Kali ini gue serius bos. Lo gituan terakhir kali kapan? Wah gila ah. Jangan jawab pertanyaan gue!" Emir menggeleng mengacak rambut.

Zaid mengerutkan kening. Sekilas mereka semua menatap Emir membuat sang empu menunduk.

"Lo nanya gitu ngapain? Pengen lo?" celetuk Fajar.

Plakk

Geplakan keras di layangkan Emir pada Fajar. Reflek Fajar mengelus kepala yang sakit akibat geplakan tersebut.

Z A I D (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang