Part 15 | Tawuran

766 44 15
                                    

Assalamualaikum

Sebelum membaca ada baiknya tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen!!

Jangan jadi readers Silent nulis susah guys!!

Saya ingatkan tolong vote ya, biar nggak males up. Jebal juseyo! 😉

Happy Reading!

****

Sepulang dari sholat ashar di masjid, Zaid berjalan menuju kamarnya. Ia memutar knop pintu, membuka pintu dengan hati-hati.

"Assalamualaikum, habibati aku pulang!" ucap Zaid memasuki kamarnya.

"Wa'alaikumussalam," jawab Hafidzah yang sedang duduk di sofa sambil menekan perutnya.

Zaid menghampiri Hafidzah dengan rasa khawatirnya. Ia mendudukkan dirinya di sebelah Hafidzah.

"Kamu kenapa hm?" tanya Zaid khawatir.

"Biasa Kak, ada tamu," jawab Hafidzah dengan ringisan yang keluar dari mulutnya.

"Sakit ya?" tanya Zaid yang mendapat anggukan dari Hafidzah.

Zaid mengendong Hafidzah dan membawa gadis itu berbaring ke ranjang. Zaid merabahkan dirinya di samping Hafidzah.

"Mana yang sakit biar Kakak yang usapin?" tanyanya.

"Hm?" kaget Hafidzah.

Zaid tersenyum, ia menarik Hafidzah mendekat pada dirinya. "Aku usapin biar enak."

"Wahai tamu, jangan engkau buat cintaku sakit. Jikalau kau ada dan kau adalah manusia, maka sudah ku pastikan kau bertarung dengan ku karena berani-beraninya menghilangkan seri di wajah wanita tercinta ku," ucap Zaid sembari mengelus perut Hafidzah dengan penuh kelembutan.

Hafidzah menahan salah tingkahnya karena tersentuh dengan ucapan Zaid. "Ya Allah, suamiku kok romantis banget sih? Masih nggak percaya kalau dia adalah suamiku, orang yang aku suka," ucap Hafidzah dalam hati.

"Iza mau apa? Biar Kakak beliin?"

"Kok Kakak peka banget sih kalau Hafidzah lagi pengen sesuatu?"

"Eh, masa sih? Padahal biasanya wanita kalau lagi datang bulan itu rasa laparnya tinggi karena hormon estrogen dan progesteron yang meningkat dan menurun."

"Gimana aku nggak kagum kalau Kakak aja kayak gini?"

Zaid terkekeh kecil. "Kayak gini gimana?" tanyanya.

"Ya, gitulah. Masya Allah, banget." Hafidzah menutup pipinya yang memerah.

"Haha, sayang kamu lucu sekali—"

Drtt... Drtt... Drtt...

Ucapan Zaid terpotong tatkala suara dering ponsel terdengar. Zaid mengalihkan pandangannya kearah ponsel yang tergeletak di nakas, ia pun mengambilnya dan mengangkat telepon tersebut.

"Halo, kenapa Jar?" tanya Zaid.

"Bos gawat nih, Rival datang ke markas Revberos. Sekarang dia berusaha menerobos pagar yang udah di jaga para anak keamanan," ucap Fajar panik dalam seberang telepon.

Mendengar hal tersebut Zaid mengepalkan tangannya dengan rasa penuh amarah, namun ia menenangkan dirinya karena terdapat sang istri disampingnya.

"Hm, baik gue kesana," bisik Zaid.

Tut...

"Kenapa Kak?" tanya Hafidzah.

"Nggak apa-apa kok. Perut Iza masih sakit?" tanya Zaid setenang mungkin menyembunyikan rasa amarahnya.

Z A I D (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang