Part 29 | Masa lalu

174 10 0
                                    

Assalamualaikum, yorobun annyeonghaseyo

Kembali lagi bersama saya👋🏻

Jangan lupa vote dan komen, ramaikan yuk!

Happy Reading 🫶🏻

****

Hafidzah mengoleskannya alkohol pada luka yang ada di pipi, dahi maupun sudut bibir Zaid penuh lembut. Hafidzah tentu terkejut mendapati suaminya pulang-pulang terluka parah.

Zaid memegang kompres yang ia letakkan di perutnya, agar tak memar Hafidzah menyarankan untuk mengompres perut Zaid. Selain mencegah memar juga mencegah rasa nyeri.

"Hafidzah," panggil Zaid kepada istrinya. Ia menatap begitu dalam wajah Hafidzah.

"Iya, Kak ada apa?" jawab Hafidzah menghentikan tangannya yang sibuk sejenak.

"Ini tentang masa lalu."

"Kak aku udah pernah bilang dulu, jangan kalah sama masa lalu. Kakak harus bangkit karena masa depan, kalo Kakak masih kalah dengan masa lalu, masa depan Kakak  tidak akan tenang. Lupakan ya, ikhlaskan dengan semua yang terjadi."

"Benar, aku seorang pembunuh. Seharusnya aku mati saja." Zaid berkata dengan menunduk.

Hafidzah menangkup pipi Zaid dan mengelusnya perlahan. "Kakak jangan bilang seperti itu—"

"Aku pembunuh Hafidzah! Masihkah kamu mau Nerima seorang pembunuh seperti aku?" teriak Zaid memotong pembicaraan Hafidzah.

Hal tersebut membuat Hafidzah terkejut, pasalnya tidak pernah sama sekali Zaid meninggikan suaranya. Hafidzah tidak tau seperti apa emang masalah Zaid hingga ia menjadi seperti ini.

"Kak, Kakak tenang! Coba ceritakan ini pelan-pelan padaku!"

"Aku takut kamu akan meninggalkan aku saat tau kebenarannya."

"Tidak akan Kak. Kakak suami aku begitupun aku adalah istri kamu, kita udah berjanji dari awal kan sebelum menikah kalau kita akan menerima segala kekurangan masing-masing?" Zaid segera memeluk tubuh sang istri setelah Hafidzah mengatakan seperti itu.

"Aku adalah murid pindahan di SMA Merpati,  sebenarnya dulu aku sekolah di SMA terpandang di kota ini. Sebelum kejadian dimana sahabat aku bunuh diri, dan pada akhirnya aku trauma dan di pindahkan di SMA Merpati oleh Abi. Rival dan Reval, ya mereka kembar, dan Rival yang aku maksud sekarang adalah musuhku lebih tepatnya aku nggak pernah berniat memusuhinya."

"Awal kehancuran ini dimana datangnya seorang cewek yang di sukai Reval."

Flashback

"Bro!"

Rival dan Zaid memberhentikan jalannya kemudian menoleh kebelakang dimana Reval berlari kearahnya dengan senyum senangnya. Rival menatap julid kembarannya, sedangkan Zaid hanya tersenyum kecil.

"Berhasil?" tanya Rival dengan ogah-ogahan.

"Yoi, entar malam gue kencan sama dia! YES, KENCAN!" teriak Reval kesenangan. Lantas Rival membekap mulut kembarnya yang terlalu berisik.

"Eh, tapi!"

"Apalagi anj?"

"Bantuin gue nyari baju ya entar malam saudaraku tercinta." Reval merangkul pundak Rival sebelum di tepis sang empunya.

"Have fun my friend!" ucap Zaid pada Reval.

"Yoi, bro. Makasih juga untuk tidak menceramahi gue hari ini."

"Inget, cuma kencan. Jangan pacaran!"

"Mulai lagi," gumam Reval lesuh. Ketiganya kemudian tertawa bersamaan.

Z A I D (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang