Part 19 | Perkara Seblak

654 40 2
                                    

Assalamualaikum

Sebelum membaca ada baiknya tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen!!

Teruntuk readers silent yok tinggalkan jejak biar saya tau kamu hidup 🤌🏻😉

Happy Reading!

****

Hari Minggu seperti ini, Hafidzah memilih santai di rumah seraya menemani Zaid yang sedang mengerjakan tugas kantor. Hari weekend begini masih aja kerja, itu lah kata Hafidzah yang terlintas di pikirannya.

Hafidzah asik melihat ponselnya sembari tertawa-tawa sendiri. Tak lupa mulutnya yang ta berhenti mengunyah camilan seperti kripik.

"Kak Zaid tiba-tiba Iza pengen Seblak buatan Ummah," ucap gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah Zaid yang berada di meja belajar.

Zaid mengalihkan pandangannya menatap istri tercintanya. "Kamu mau seblak?" tanyanya.

"Iya, Iza pengen seblak tapi buatan Ummah."

"Yaudah, ayo kesana!"

"Yey, terima kasih Kak Zaid!"

Gadis itu mematikan ponselnya dan antusias berganti pakaian. Setelah mereka berdua siap, mereka turun dari kamar dan keluar rumah. Zaid memanaskan mobil sedangkan Hafidzah mengunci pintu rumahnya.

Sebelum itu mereka mampir sebentar ke minimarket untuk membeli bahan-bahannya supaya saat datang kerumah orang tua Zaid, Ummahnya tak perlu bingung mencari barang. Setelah ke minimarket mereka kembali ke mobil menuju rumah orang tua Zaid. Diperjalanan Hafidzah tak berhenti mengoceh tentang seblak yang di inginkannya.

"Pokoknya, Iza mau seblak yang pedes banget banyakin sosisnya!" ocehnya membuat Zaid yang sedang menyetir menghela nafas.

"Nggak boleh pedes pedes sayang!" tegurnya.

"Kenapa sih? Seblak kalau nggak pedes bukan seblak namanya, aku gamau. Pokoknya pedes titik!"

"Nggak!"

"Pedes!"

"Nggak!"

"Pedes!"

Setelah bertengkar karena berbeda pendapat Hafidzah ngambek, gadis itu memalingkan wajahnya menatap kaca mobil. Sedangkan Zaid terkekeh karena kelakuan istrinya yang menurutnya sangat menggemaskan.

Sesampainya di rumah Ummah dan Abinya, Zaid memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Hafidzah turun dari mobil dan meninggalkan Zaid yang masih di dalam mobil.

"Untung sayang," gumamnya menggelengkan kepalanya.

Kedatangan mereka di sambut hangat oleh Khanza. Biasanya di hari weekend seperti ini keluarga tersebut menghabiskan waktunya di rumah dengan bersenang-senang, namun setelah Zaid menikah dan pindah rumah, rumah terasa sepi. Tapi sering kali Zaid akan kumpul bersama keluarganya di akhir pekan tentunya bersama dengan Hafidzah.

Setelah bersalaman, dan berbincang sejenak. Kini Hafidzah dan Khanza tengah berada di dapur.

Zaid menyembulkan kepalanya di pintu dapur. "Ummah jangan buat seblak yang pedes ya! Jangan ladenin Iza yang minta pedes!" kata laki-laki itu.

"Nggak, Iza pokoknya mau pedes!" Hafidzah tetap kekeuh ingin memakan seblak dengan tingkat kepedasan tinggi padahal Zaid sudah melarangnya.

"Terserah, nanti kalau ngeluh sakit perut aku nggak bakal peduli!" ucap Zaid yang tentunya hanya bercanda.

"Biarin, pokoknya seblak yang pedes."

"Ngeyel banget dibilangin kamu ya!"

Hafidzah memalingkan wajahnya enggan menatap Zaid membuat laki-laki itu menghela nafas panjang.

Z A I D (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang