Part 11 | Ketulusan cinta

951 56 1
                                    

Assalamualaikum

Sebelum membaca ada baiknya tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen!!

Jangan jadi readers Silent nulis susah guys!!

Happy Reading!

****

Dipukul 02.30, Zaid terbangun. Perlahan ia mengerjapkan matanya, menatap sang istri yang tidur memeluknya. Ia tersenyum melihat wajah polosnya sang istri ketika tidur.

Ingin sekali membangun sang istri untuk sholat tahajud, namun melihat tidurnya yang nyenyak Zaid tidak tega membangunkannya. Zaid mencium kening Hafidzah sekilas, lalu merapikan rambut yang menutupi wajah cantik istrinya.

"Habibati bangun yuk, sholat tahajud!" Zaid menepuk pipi istrinya perlahan agar membangun sang empunya.

Hafidzah mengerjapkan matanya perlahan, pertama kali yang ia lihat adalah wajah tampan Zaid. Hafidzah tersenyum kecil, ia tak ingin bangun dari mimpinya yang indah ini. Namun setelah sadar bahwa ini bukanlah mimpi melainkan kehidupan nyata, lantas pipi Hafidzah memerah.

Gadis itu mencoba menyembunyikan pipinya yang memerah dengan menyelusupkan wajahnya di dada bidang Zaid.

"Kok malah sembunyi? Ayo bangun ambil air wudhu terus sholat tahajud!" ucap Zaid seraya mengelus rambut sang istri.

"Kakak dulu yang ambil air wudhu, nanti Iza belakangan aja," ucap Hafidzah sedikit gugup.

"Baiklah, tapi lepas dulu pelukannya. Nyaman ya, sampai gak mau dilepasin?" goda Zaid.

Hafidzah gelagapan, lantas ia pun melepaskan pelukannya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Hafidzah tidak ingin Zaid melihat pipinya yang memerah seperti kepiting rebus.

Zaid terkekeh pelan. Ia pun bangun dari tidurnya dan melangkah ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Hafidzah menurunkan kedua tangannya dari wajahnya kala Zaid memasuki kamar mandi. Ia memegangi dadanya, ia rasa ini tidak aman untuk jantungnya yang berdebar kencang setiap berada dekat dengan Zaid.

"Bunda tolong, Iza baper!" gumamnya seraya senyum-senyum sendiri.

Zaid keluar dari kamar mandi dengan wajah segarnya seusai berwudhu. Hafidzah pun berhenti tersenyum, ia berdiri dan langsung pergi ke kamar mandi mengambil air wudhu.

Hafidzah keluar dari kamar mandi lalu berjalan mendekati Zaid. Disana terdapat dua sajadah yang terbentang di atas karpet. Hafidzah pun memakai mukenanya, Zaid pun mendekati Hafidzah lalu merapikan rambut yang keluar dari mukenah sang istri. Setelah itu pasutri tersebut memulai sholat tahajud dengan khusyuk.

Setelah sholat Hafidzah mengambil punggung tangan kanan suaminya untuk menyalaminya. Setelah bersalaman Zaid pun mengecup kening Hafidzah dalam.

Tangan Zaid mengadah ke atas, ia memulai berdoa dengan sungguh-sungguh.

"Ya Allah. Hamba telah mengambilnya dari orang tua yang telah merawatnya, mengambil dia dari ibu yang telah mengandungnya selama 9 bulan, mengambil dia dari cinta pertamanya yaitu sang Ayah. Hamba ajak dia pergi meninggalkan rumah tempatnya bertumbuh, meninggalkan orang-orang yang selama ini menyanyanginya dengan sepenuh hati."

"Dia adalah seorang perempuan yang di besarkan oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang, maka betapa jahatnya hamba kalau hanya menyanyanginya dengan setengah hati."

"Dia rela keluar dari rumah demi mengikuti laki-laki yang baru saja mengucapkan sebuah ikrar dalam ikatan pernikahan. Maka betapa kurang ajarnya hamba, jika hamba menyakitinya. Betapa jahatnya hamba kalau tidak bisa membuatnya bahagia. Dan betapa jahatnya jika hamba tidak bisa menyiapkan yang terbaik untuknya."

Z A I D (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang