quaranta

33 31 0
                                    

• SELAMAT MEMBACA •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• SELAMAT MEMBACA •

°°°°

Bara, cowok tengil yang selalu usil hingga sering membuat Iris marah, kini telah pergi selamanya. Meskipun Iris sering kesal dengan kelakuan Bara, mengusirnya bukan berarti ia ingin Bara pergi sejauh ini, selamanya. Selama ini, Iris tetap menyimpan rasa kemanusiaan untuk Bara. Kini, ia baru menyadari betapa dalamnya perasaan itu dan betapa besar kehilangan yang dirasakannya. Bara, dengan segala kejahilannya, telah menjadi bagian penting dalam hidup Iris, dan bagian itu kini terasa kosong dan menyakitkan.

Iris duduk di samping ranjang Bara, menggenggam tangannya erat, berharap keajaiban akan terjadi—bahwa Bara akan terbangun dan kembali menertawakan kekalutannya seperti biasanya. Namun, setiap detik berlalu dengan harapan yang sia-sia. Kenyataan dingin terus merengkuh Iris, membisikkan kebenaran yang tak ingin ia dengar: Bara benar-benar telah pergi. Tidak ada lagi suara tawanya yang khas atau keusilan yang selalu membuat Iris kesal namun tersenyum. Sekarang, semua itu terasa sangat berharga.

Iris berbisik dalam hati, mencoba menerima kenyataan pahit ini. "Bara... lo beneran pergi, ya?" batinnya. Ia sudah siap menemani Bara menjalani pengobatan, baik itu kemoterapi atau operasi, berharap Bara sembuh. Namun, kini rasanya seperti ada bagian dari dirinya yang ikut hilang bersama Bara. Takdir membawa Bara "pulang" dengan cara yang tidak pernah ia bayangkan. Bukan pulang ke rumah, tapi pulang ke tempat di mana tidak ada lagi penderitaan, bebas dari sakit ataksia yang menggerogoti tubuhnya. Pulang yang ini membuat Iris sadar bahwa ia kehilangan lebih dari sekadar teman usil; ia kehilangan sosok yang tanpa ia sadari telah menjadi bagian penting dalam hidupnya.

Air mata Iris terus mengalir, membasahi pipinya. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menerima kenyataan. Ia tetap duduk di samping Bara, menggenggam tangan dingin cowok itu yang sudah kaku, berharap ini semua hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir. Namun, kenyataan tidak pernah sebaik itu. Di dunia nyata, saat semesta berbicara, kita hanya bisa mendengarkan, menerima, dan berharap waktu akan menyembuhkan luka. Iris tahu beberapa luka akan selalu meninggalkan bekas yang tidak pernah hilang.

Malam itu, di dalam kamar rumah sakit yang hening, Iris menyadari bahwa kepergian Bara mengajarkan dia tentang kehidupan, kehilangan, dan pertemanan yang sering kali tak terucap hingga semuanya terlambat. Bara mungkin sudah pergi, tetapi kenangan dan jejak yang ia tinggalkan dalam hidup Iris akan selalu ada, menjadi bagian dari kisah hidupnya yang tak akan pernah terlupakan.

-0-0-0-0-

°°°°

04 September 2024

SSS2; Star of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang