trentacinque

496 78 2
                                    

• SELAMAT MEMBACA •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• SELAMAT MEMBACA •

°°°°

Matahari sore menerobos masuk melalui jendela kamar rumah sakit, menciptakan bayangan keemasan di lantai. Iris berjalan pelan-pelan menuju kamar Bara, membawa seikat bunga lili putih yang baru dibelinya. Dia mengetuk pintu perlahan dan masuk dengan senyuman.

"Bara," sapanya lembut, berharap bisa menghibur cowok itu.

Namun, Bara hanya menghela napas dan memalingkan wajahnya. Wajahnya cemberut dan matanya menatap kosong ke luar jendela. Iris merasa ada yang tidak beres.

"Lo kenapa, Bar? Kok cemberut gitu?" tanya Iris dengan nada khawatir.

Bara menatap Iris sekilas, lalu menghela napas lagi. "Dokter bilang gue nggak boleh ikut pertandingan basket. Kondisi gue belum stabil katanya."

Iris mengernyit, merasa khawatir. "Ya iyalah, Bar. Lo lagi sakit. Masa lo mau maksain diri?"

Bara mendengus kesal. "Gue malah mikirin alasan apa yang cocok biar gue bisa kabur dari sini dan ikut pertandingan."

Mendengar itu, Iris langsung merasa marah. "Lo serius, Bar? Lo pikir penyakit lo ini cuma demam biasa? Ini ataxia, Bar! Penyakit terkutuk ini bisa bikin lo lumpuh kalau lo nggak nurut sama dokter!"

Bara menatap Iris dengan tajam, marah karena merasa gadis itu tiba-tiba mengurusi hidupnya. "Kenapa lo peduli banget sama gue, Iris? Kita nggak pernah sedekat itu buat saling melarang satu sama lain. Mending urus aja hidup lo sendiri!"

Disisi lain kata-kata Bara menghantam Iris seperti tamparan keras. Dia merasa rasa pedulinya diremehkan dan tak dihargai. Entah mengapa matanya mulai berkaca-kaca, tapi dia menolak untuk menangis di depan Bara. Dengan tegas, dia berbalik dan berjalan keluar dari kamar itu.

Bara hanya bisa melihat punggung Iris yang semakin menjauh. Dalam hatinya, dia merasa ada yang salah, tapi egonya terlalu besar untuk mengakuinya.

Iris berjalan cepat di lorong rumah sakit, mengabaikan tatapan penasaran dari orang-orang di sekitarnya. Sesampainya di pintu keluar, dia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan menatap ke langit yang mulai berwarna jingga. Makin yakin, sepertinya keputusan dia untuk akur dengan cowok itu ternyata salah. Tapi entahlah, sekarang perasaan gadis itu benar-benar campur aduk.

Sedangkan di dalam kamar rumah sakit, Bara berbaring diam, merenungkan kata-kata Iris. Dia mulai menyadari betapa pedulinya gadis itu, dan betapa bodohnya dia telah mengabaikan hal itu. Tapi sekarang, yang tersisa hanya penyesalan dan kamar rumah sakit yang sepi.

-0-0-0-0-

-0-0-0-0-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

04 September 2024

SSS2; Star of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang