trentasette

265 65 4
                                    

• SELAMAT MEMBACA •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• SELAMAT MEMBACA •

°°°°

Selepas dari danau, mereka berdua kembali ke ruangan Bara. Bara dan Iris duduk bersila di atas karpet yang tersedia, dikelilingi oleh ratusan balok Lego warna-warni yang berserakan. Di hadapan mereka, sebuah struktur setengah jadi berdiri dengan gagah, meskipun masih jauh dari sempurna.

Iris mengerutkan dahi, mengamati dengan seksama balok merah di tangannya. Dengan ragu-ragu, dia mencoba menempatkannya di salah satu sudut bangunan. Bara, yang sejak tadi memperhatikan, akhirnya angkat bicara.

"Ini warna merahnya harusnya gak disini," ujar Bara, menunjuk ke balok yang baru saja dipasang Iris.

Iris menoleh, matanya menyipit kesal. "Terus harusnya dimana?"

"Iya bener tau, tuh liat prosedurnya. Tuh..., tuh..., liat," ujar Bara seraya menunjuk ke sebuah kertas yang berisikan langkah-langkah pemasangan.

Bara mengambil kertas instruksi yang tergeletak di samping mereka, membentangkannya di depan Iris. Jarinya menunjuk-nunjuk diagram rumit yang menggambarkan susunan balok-balok Lego.

"Liat nih, step 23. Balok merahnya harusnya di sini," Bara menunjuk bagian lain dari struktur mereka.

Iris memicingkan mata, mencoba memahami diagram yang menurutnya lebih mirip peta harta karun daripada instruksi mainan. "Gue gak ngerti, Bar. Semua baloknya keliatan sama aja."

Iris mengamati, tapi rasa frustrasinya semakin memuncak. "Tau dah, Bar." Gadis itu berhenti sejenak, wajahnya cemberut saat dia meminggirkan beberapa potong balok-balok lego dari hadapannya. "Lo aja yang masang, gue dah muak. Mau pulang."

Tepat menyelesaikan kalimat itu, Iris beranjak dari tempat duduknya. Gerakannya yang tiba-tiba membuat beberapa balok Lego berhamburan ke lantai. Bara mengangkat kepalanya, perhatiannya teralihkan dari struktur Lego ke arah gadis itu.

"Lo pulang sendiri?" tanya Bara, alisnya terangkat.

Iris memutar bola matanya. "Ya maksud lo kalau gue gak pulang sendiri mau siapa lagi? Sama lo?"

Seketika itu juga Bara terkekeh mendengarnya. Dia bangkit, menghampiri meja belajarnya dan mengambil sesuatu dari laci. "Udah gue pesenin taksi," ujarnya seraya menyerahkan sebuah bukti transaksi kepada gadis itu.

Iris menerima kertas itu, matanya melebar sedikit karena terkejut dengan perhatian Bara. Namun, sebelum dia bisa mengucapkan terima kasih, Bara menambahkan, "Besok lo gak usah kesini."

Mendengar hal itu membuat kedua alis Iris saling bertaut. "Maksud? Mau kemana lo?"

Bara tersenyum tipis. "Yang butuh pulang ke rumah bukan cuma lo, gue juga kali, Ris," jawabnya santai.

"Oh," Iris mengangguk pelan. "Ya udah besok gue ke rumah lo," katanya, semangatnya kembali. Dia berhenti sejenak, seolah sedang memikirkan sesuatu. "Sekalian lo harus ngerasain masakan gue."

Mendengar itu, entah mengapa membuat Bara bergidik ngeri. Bayangan tentang eksperimen kuliner Iris yang pernah dia dengar dari teman-teman mereka membuatnya merasa tidak nyaman. "Gue bukan jadi bahan percobaan hasil masak lo kan?" tanyanya hati-hati.

 "SERAH LO DAH, BARA!" 

-0-0-0-0-

-0-0-0-0-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

04 September 2024

SSS2; Star of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang