trentotto

317 68 5
                                    

• SELAMAT MEMBACA •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• SELAMAT MEMBACA •

°°°°

Hari esok seringkali penuh rahasia. Kita mungkin menyusun rencana dengan hati-hati, tetapi semesta kadang memiliki rencana lain. Seperti pagi ini, Iris, yang awalnya berniat langsung menuju rumah Bara untuk menjemputnya pulang, merasakan dorongan kuat untuk terlebih dahulu mampir ke rumah sakit. Entah mengapa, kegelisahan tiba-tiba menyelimuti hatinya, mendorongnya untuk menuju rumah sakit dengan niat mengantar Bara pulang bersama.

Dengan langkah santai dan penuh keceriaan, Iris membawa makanan—sup ayam hangat dan beberapa potong buah segar, sesuai janjinya kemarin. Ia membayangkan reaksi Bara ketika melihat makanan tersebut, mungkin akan disertai senyum nakal dan candaan khasnya. Namun, saat tiba di lantai kamar rawat Bara, langkahnya perlahan melambat.

Dari kejauhan, Iris melihat dokter dan perawat keluar-masuk dari kamar Bara dengan wajah serius. Rasa khawatir mulai menggerogoti dirinya. Tubuhnya terasa dingin, dan jantungnya berdegup kencang. Meskipun ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, firasat buruk semakin menguat.

Iris berhenti di depan pintu kamar yang setengah terbuka, mencoba mengintip ke dalam. Ia melihat Bara terbaring diam di ranjang, tubuhnya tertutup kain putih. Dunia Iris seketika runtuh. Makanan yang ia bawa jatuh dari tangannya, berantakan di lantai. Suara bising di sekitar menghilang, digantikan oleh dengungan pelan di telinganya.

"Dok, Bara kenapa?!" teriak Iris panik pada seorang perawat yang baru saja keluar dari kamar. Suaranya bergetar dan air matanya mulai mengalir.

Perawat itu menundukkan kepala dengan empati. "Maaf, Kak. Bara... tidak tertolong. Kondisinya memburuk semalam setelah jatuh. Kami sudah berusaha, tapi..."

Kata-kata itu seperti petir di siang bolong, menghancurkan dunia Iris. Tanpa basa-basi, Iris berlari masuk ke kamar, meraih tangan Bara yang sudah dingin dan pucat. Sentuhan itu membuat hatinya hancur berkeping-keping. Tidak ada lagi kehangatan, hanya dingin yang menusuk tulang.

"Sumpah demi apapun, bangun, Bar! Lo gak mungkin pergi gini aja..." bisiknya dengan suara parau, menggenggam erat tangan Bara seolah berharap keajaiban. Air matanya semakin deras, membasahi kain putih yang menutupi tubuh Bara.

Iris mengingat obrolan mereka kemarin, saat Bara penuh canda dan tawa, saat hidup terasa akan terus berlanjut. Bara yang kemarin mengatakan, "Gue juga pengen pulang, Ris," kini benar-benar telah pulang, namun tidak dalam keadaan yang diharapkan Iris.

Jadi ini yang Bara maksud dengan pulang? Iris tak pernah membayangkan "pulang" yang dimaksud adalah pulang untuk selamanya. Pikiran itu begitu menyakitkan, melampaui apa yang bisa ia bayangkan. Hari esok yang misterius ini telah mengubah segalanya dalam sekejap, meninggalkan Iris dengan hati yang hancur berkeping-keping.

-0-0-0-0-

-0-0-0-0-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

04 September 2024


SSS2; Star of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang