Chapter 34

372 80 3
                                    

___ Infinity Love by AR Yizhan ___

___ Infinity Love by AR Yizhan ___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* Happy Reading *

🧡🧡🧡

Kenapa aku harus kembali menjalani rasa sakit seperti ini? Apa kisah cintaku harus selalu menemui jalan buntu?

Seraya duduk terbengong-bengong di bawah pohon Wisteria, Sean menggoyang gelas di tangan. Cairan merah dalam goblet itu bergelombang mengikuti pergerakan. Pohon tinggi di taman samping rumah menjadi tempat bagi Sean untuk berdiam diri. Punggung bersandar pada batang pohon dengan menekuk satu lutut, tatapannya begitu hampa, menatap tanpa fokus.

Langit biru cerah di sore hari sangat tidak sesuai dengan hatinya yang kelabu. Sejak Wang Yibo meninggalkannya sendirian di ruangan, ia seolah tidak memiliki semangat hidup. Bagaimanapun dia mencoba menghubungi kekasihnya, tidak ada satupun chat atau telepon yang dijawab oleh pemuda itu. Dia benar-benar ditinggal seorang diri tanpa kepastian. Dia takut—semakin lama mereka terpisah—pemuda itu akan terbiasa tanpa dirinya.

Hembusan nafas berat menyertai gerakan tangannya yang mendekatkan sisi gelas pada bibir, kembali menikmati minuman merah yang sudah bergelas-gelas mengisi perut. Ia merasakan perih karena tidak menyentuh makanan dari pagi. Bukan ia ingin menyiksa diri, tetapi ia merasa tidak lapar karena terus mengisi lambungnya oleh cairan anggur. Kepalanya menoleh sewaktu mendengar langkah kaki yang mendekat. Ia melihat Yangyang berjalan menghampiri. Kernyitan di wajahnya langsung tercipta menatap raut muka murung direktur muda tersebut.

Yangyang duduk melipat kaki pada hamparan rumput. Karena tidak membawa gelas, ia mengambil gelas di tangan Sean, meneguk sisanya kemudian mengisi lagi dari botol yang ada di sisi pohon.

“Ada apa lagi denganmu? Wajahmu tidak enak dilihat,” Sean membiarkan direktur itu terus minum.

“Memangnya wajahmu sendiri enak dilihat? Setiap hari kau bermuram durja, tidak ada semangat sama sekali.”

Kembali Yangyang menghabiskan satu gelas cairan merah, wajahnya sedikit mengernyit merasakan panas di tenggorokan. Ia menyodorkan gelas pada Sean, melepas jas yang melekat di badan, lantas kembali mengambil gelas sebelum sempat diminum oleh pria manis itu.

Mendecak kesal, akhirnya Sean hanya menyandarkan kepala pada batang pohon. Mata beningnya menatap untaian bunga Wisteria yang menjuntai indah. Angin yang berhembus menggoyangkan dedaunan dan menyapa wajah. Menimbulkan rasa nyaman dari kesejukannya hingga matanya sesaat terpejam.

“Hanya Rosy yang mampu membuatmu seperti ini. Ada apa? Apa kau juga patah hati?”

“Aku tidak tahu ada apa, tiba-tiba saja dia memutuskan hubungan dengan alasan istirahat sementara,” nada galau menyertai jawaban Yangyang.

“Bagaimana mungkin?” kelopak mata Sean kembali membuka. Keningnya berkerut bingung melihat gelengan kepala Yangyang. “Apa mungkin pimpinan Lin melarangnya? Lin Gengxin pasti mengancam gadis itu.”

𝐈𝐍𝐅𝐈𝐍𝐈𝐓𝐘 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang