Two

6.2K 966 31
                                    

Tujuh tahun yang lalu mereka masih bersama menjalin kasih dan bercengkrama, kisah yang telah dirangkai selama empat tahun harus berhenti karena kehadiran cinta pertama si pria. Ketika itu Aisha mundur teratur, kepada dunia yang memperlihatkan bahwa dirinya baik-baik saja setelah ditinggalkan oleh laki-laki yang dianggapnya tidak menghargai hubungan yang telah dibina selama empat tahun.

Hari ini Aisha tidak tahu alasan laki-laki itu datang ke rumah orang tuanya dia juga tidak bertanya pada Amran.

"Terimakasih sudah mau datang."

"Ini juga demi kepentingan perusahaanku Om."

Aisha tidak ingin menyimak tapi karena sudah berada di meja yang sama untuk menyantap makan malam mau tidak mau dia mendengar obrolan singkat Naka dan papanya.

"Om begitu antusias ketika mendengar namamu dari Okta, dan syukurnya kamu menyambut dengan baik."

Naka tersenyum maklum, di depannya duduk seorang gadis yang sampai detik ini belum menyapanya. Terhitung lima jam lebih keberadaannya di rumah itu, Naka ingin menyapa terlebih dahulu tapi Aisha baru turun sekarang.

Gadis itu juga tampak cuek seolah tidak mengenalinya, padahal Amran saja mengakui walaupun dirinya banyak berubah ia tetap masih kenal.

"Kita makan dulu, setelah itu mari bicara santai."

Aisha sedikit terganggu dengan keberadaan juga tatapan si mantan namun demikian ia tidak grogi melanjutkan makan dan mengunyah dengan baik sebelum menelan semua makanan itu. Ia tidak mungkin membiarkan lambungnya bekerja keras hanya karena pria itu.

Sedikitnya ia tahu kedatangan Naka adalah karena urusan pekerjaan Aisha tidak perlu tahu hal lainnya, ia juga akan beranjak dari sini begitu makan malam selesai.

"Mba kok diam saja?"

Aisha tidak suka suara adiknya saat ini sayangnya ia tidak bisa menegur karena tidak ada yang salah dengan tanya Amran.

"Lagi makan nggak boleh ngomong."

Papa mengangguk tanda setuju. "Habiskan makan malammu, kita akan ke ruang tengah."

Tiga suapan lagi nasi di piring Aisha habis, kali ini sedikit dipercepat agar bisa segera masuk ke kamarnya.

"Aku sudah selesai." Aisha berkata pada papanya. "Aku duluan ya ada yang ingin kukerjakan."

"Kamu tidak mau bergabung dengan kami?" Papa melihat putrinya sedikit terburu-buru.

"Sepertinya tidak, besok pagi ada meeting penting."

Papa terkekeh. "Karena itu kita akan membalasnya usai makan malam."

Aisha tidak mengerti, sejak kapan papanya membahas perihal meeting di rumah?

"Kebetulan, Naka yang akan hadir di meeting besok. Jadi yang sudah kamu persiapkan bisa kita bicarakan malam ini."

Apa? Tidak sengaja matanya melirik ke arah Naka yang kebetulan juga sudah memandangnya.

"Papa makan dulu."

Aisha ingin menertawakan dirinya sendiri, selama dua minggu dia menyiapkan bahan untuk meeting besok yang ternyata semua itu berhubungan dengan Naka. Tuhan.... seharusnya aku minta tolong pada orang lain untuk menyiapkan meeting yang kuanggap penting. Kalau tahu perusahaannya akan kerja sama dengan Naka ia tidak akan menyiapkan sedetail itu mungkin sebaliknya Aisha akan mencari cara agar kerjasama itu dibatalkan.

******

Tak lagi sama, tepatnya setelah mereka berpisah. Baik Naka maupun Aisha tidak pernah tahu seperti apa kehidupan setelah tujuh tahun mereka putus. Jika Naka sibuk dengan urusannya maka Aisha tidak pernah ingin mencari tahu.

Hasrat Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang